Definisi
Pertusis
adalah infeksi saluran pernapasan akut berupa batuk yang sangat berat atau
batuk intensif. Nama lain tussis quinta, wooping cough, batuk rejan.
Epidemiologi
Tersebar diseluruh dunia . ditempat tempat yang padat
penduduknya dan dapat berupa endemic pada anak. Merupakan penyakit paling
menular dengan attack rate 80-100 % pada penduduk yang rentan.Menyerang semua
golongan umur yang terbanyak anak umur , 1tahun, perempuan lebih sering dari
laki laki, makin muda yang terkena pertusis makin berbahaya. Insiden
puncak antara 1-5 tahun, dengan persentase kurang dari satu tahun : 44%,
1-4 tahun : 21%, 5-9 tahun : 11%, 12 tahun lebih: 24% ( Amerika, 1993)
Etiologi
Tersebar diseluruh dunia . ditempat tempat yang padat
penduduknya dan dapat berupa endemic pada anak. Merupakan penyakit paling
menular dengan attack rate 80-100 % pada penduduk yang rentan.Menyerang semua
golongan umur yang terbanyak anak umur , 1tahun, perempuan lebih sering dari
laki laki, makin muda yang terkena pertusis makin berbahaya. Insiden puncak
antara 1-5 tahun, dengan persentase kurang dari satu tahun : 44%, 1-4 tahun :
21%, 5-9 tahun : 11%, 12 tahun lebih: 24% ( Amerika, 1993)
Patofisiologi
Bordetella
pertusis diitularkan melalui sekresi udara pernapasan yang kemudian melekat
pada silia epitel saluran pernapasan. Basil biasanya bersarang pada silia
epitel thorak mukosa, menimbulkan eksudasi yang muko purulen, lesi berupa
nekrosis bagian basal dan tengah epitel torak, disertai infiltrate netrofil dan
makrofag
Mekanisme
patogenesis infeksi Bordetella pertusis yaitu perlengketan, perlawanan,
pengerusakan local dan diakhiri dengan penyakit sistemik Perlengketan
dipengaruhi oleh FHA ( filamentous Hemoglutinin), LPF (lymphositosis promoting
factor), proten 69 kd yang berperan dalam perlengketan Bordetella
pertusis pada silia yang menyebabkan Bordetella pertusis dapat bermultipikasi
dan menghasilkan toksin dan menimbulkan whooping cough. Dimana LFD menghambat
migrasi limfosit dan magrofag didaerah infeksi.
Perlawanan
karena sel target da limfosist menjadi lemah dan mati oleh karena ADP (toxin
mediated adenosine disphosphate) sehingga meningkatkan pengeluaran histamine
dan serotonin, blokir beta adrenergic, dan meningkatkan aktivitas isulin. Sedang
pengerusakan lokal terjadi karena toksin menyebabkan peradangan ringan disertai
hyperplasia jaringan limfoid peribronkial sehingga meningkatkan jumlah mucus
pada permukaan silia yang berakibat fungsi silia sebagai pembersih akan
terganggu akibatnya akan mudah terjadi infeksi sekunder oleh sterptococos pneumonia,
H influenzae, staphylococos aureus.
Penumpukan
mucus akan menyebabkan plug yang kemudian menjadi obstruksi dan kolaps
pada paru, sedang hipoksemia dan sianosis dapat terjadi oleh karena gangguan
pertukaran oksigen saat ventilasi dan menimbulkan apneu saat batuk. Lendir yang
terbentuk dapat menyumbat bronkus kecil sehingga dapat menimbulkan emfisema dan
atelektasis. Eksudasi dapat pula sampai ke alveolus dan menimbulkan infeksi
sekunder, kelaina paru itu dapat menimbulkan bronkiektasis.
Gejala
Klinis
Masa inkubasi Bordetella pertusis adlah 6-2 hari (
rata rata 7 hari). Sedang perjalanan penyakit terjadi antara 6-8 minggu.
Ada 3 stadium
Bordetella pertusis:
1. Stadium
kataral (1-2 minggu)
Menyerupai gejala ispa : rinore dengan lender cair, jernih, terdapat injeksi konjungtiva, lakrimasi, batuk ringan iritatif kering dan intermiten, panas tidak begitu tinggi, dan droplet sangat infeksius
Menyerupai gejala ispa : rinore dengan lender cair, jernih, terdapat injeksi konjungtiva, lakrimasi, batuk ringan iritatif kering dan intermiten, panas tidak begitu tinggi, dan droplet sangat infeksius
2. Stadium
paroksimal atau spasmodic (2-4 minggu)
Frekwensi derajat batuk bertambah 5-10 kali pengulangan batuk uat, selama expirsi diikuti usaha insprasi masif yang medadak sehingga menimbulkan bunyi melengking (whooop) oleh karena udara yang dihisap melalui glotis yang menyempit. Muka merah, sianosis, mata menonjol,lidah menjulur, lakrimasi, salivasi, petekia diwajah, muntah sesudah batuk paroksimal, apatis , penurunan berat badan, batuk mudah dibangkitkan oleh stress emosiaonal dan aktivitas fisik. Anak dapat terberak berak dan terkencing kencing. Kadang kadang pada penyakit yang berat tampak pula perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis.
Frekwensi derajat batuk bertambah 5-10 kali pengulangan batuk uat, selama expirsi diikuti usaha insprasi masif yang medadak sehingga menimbulkan bunyi melengking (whooop) oleh karena udara yang dihisap melalui glotis yang menyempit. Muka merah, sianosis, mata menonjol,lidah menjulur, lakrimasi, salivasi, petekia diwajah, muntah sesudah batuk paroksimal, apatis , penurunan berat badan, batuk mudah dibangkitkan oleh stress emosiaonal dan aktivitas fisik. Anak dapat terberak berak dan terkencing kencing. Kadang kadang pada penyakit yang berat tampak pula perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis.
3. Stadium
konvalesens (1-2 minggu)
Whoop mulai berangsur angsur menurun dan hilang 2-3 minggu kemudian tetapi pada beberapa pasien akan timbul batuk paroksimal kembali. Episode ininakan berulang ulang untuk beberapa bulan dan sering dihubungkan dengan infeksi saluran napas bagian atas yang berulang
Whoop mulai berangsur angsur menurun dan hilang 2-3 minggu kemudian tetapi pada beberapa pasien akan timbul batuk paroksimal kembali. Episode ininakan berulang ulang untuk beberapa bulan dan sering dihubungkan dengan infeksi saluran napas bagian atas yang berulang
Diagnosa
Diagnosis
ditegakan berdasarkan atas anamnesa , pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboraturium. Pada anamnesis penting ditanyakan adakah serangan yang khas yaitu
batuk mula mula timbul pada malam hari tidak mereda malahan meningkat menjadi
siang dan malam dan terdapat kontak dengan penderita pertusis, batuk bersifat
paroksimal dengan bunyi whoop yang jelas, bagaimanakah riwayat
imunisasinya. Pada pemeriksaan fisik tergantung dari stadium saat pasien
diperiksa. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis(
20.000-50000/ul) pada akhir stadium kataralis dan permulaan stadium spasmodic.
Pada pemeriksaan secret nasofaring didapatkan Bordetella pertusis. Dan
pemeriksaan lain adalah foto thorak apakah terdapat infiltrate perihiler,
atelektasis atau emfisema.
Pengobatan
Jika
penyakitnya berat, penderita biasanya dirawat di rumah sakit. Mereka ditempatkan di dalam kamar yang tenang dan tidak terlalu
terang. Keributan bisa merangsang serangan batuk. Bisa dilakukan pengisapan
lendir dari tenggorokan. Pada kasus yang berat, oksigen diberikan langsung ke
paru-paru melalui selang yang dimasukkan ke trakea.
Untuk menggantikan cairan yang hilang karena muntah dan
karena bayi biasanya tidak dapat makan akibat batuk, maka diberikan cairan
melalui infus. Gizi yang baik sangat penting, dan sebaiknya makanan diberikan dalam porsi
kecil tetapi sering. Untuk membasmi bakteri, biasanya diberikan antibiotik
eritromycin.
0 komentar:
Posting Komentar