RSS

BRONKITIS


lungs.jpg
Definisi
            Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit ataugangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.( Ngastiyah, 1997 )
            Bronkitis adalah masalah pada jalur pernafasan bagian bawah yangdisebabkan oleh peradangan ataupun infeksi jalan udara, jalan udara ini termasuk  batang tenggorokan dan pipa udara yang merupakan jalan masuk oksigen kedalam paru-paru.
            Sedangkan menurut Samer Sarah (2007), Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronchial atau bronki. Peradangan tersebut disebabkanoleh virus, bakteri, merokok atau polusi udara

Etiologi
Berdasarkan penyebabnya bronchitis dibagi menjadi 2 bagian, yakni :
1.         bronchitis infeksiosa; adalah bronchitis yang diakibatkan oleh bakteri atau infeksi bakteri/virus. Yang kedua adalah bronchitis iritatif; ialah bronchitis yangdisebabkan adanya alergi akan sesuatu yang dapat menyebabkan iritasi pada daerahrawan bronchitis.Untuk lebih jelasnya berikut penjelasan tentang bronchitis berdasarkan penyebabnya:1. Bronkitis InfeksiosaPenyebab Bronkitis infeksiosa adalah virus, bakteri dan yang paling utamaorganisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumonie dan Chalamydia).Serangan bronchitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernafasan menahun.Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari :
        Sinusitis kronis
        Bronkiektasis
        Alergi
        Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak 
2.          Bronkitis Iritatif Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh: Berbagai jenis debu, asap dari asamkuat, amonia, beberapa pelarut organik klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida dan bromine, polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida,tembakau dan rokok lainnya

Tanda dan Gejala
            Gejalanya berupa: batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan),sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan, sering menderitainfeksi pernafasan (misalnya flu), bengek, cepat lelah, pembengkakan pergelangankaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan, wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan, pipi tampak kemerahan, sakit kepala, gangguan penglihatan. Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti: pilek,yaitu hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dannyeri tenggorokan.
            Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putihatau kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atauhijau. Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadangterjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapaminggu. Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat, sering ditemukan bunyinafas mengi, terutama setelah batuk, bisa terjadi pneumonia

Patofisiologi
            Temuan utama pada bronkitis adalah hipertropi kelenjar mukosa bronkusdan peningkatan jumlah sel goblet dengan infiltrasi sel-sel radang dan oedema padamukosa sel bronkus. Pembentukan mukosa yang meningkat mengakibatkan gejalakhas yaitu batuk produktif. Produksi mukus yang terus menerus mengakibatkanmelemahnya aktifitas silia dan faktor fagositosis dan melemahkan mekanisme pertahanannya sendiri. Faktor etiologi utama adalah virus dan zat polutan. Pada penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi akibat perubahan fibrotik yang terjadidalam jalan napas. Pada waktunya mungkin terjadi perubahan paru yang menetapyang mengakibatkan episema dan bronkhietaksis.Gejala klinis bronkitis akut :Batuk awalnya kering, setelah 2 sampai 3 hari batuk mulai berdahak danmenimbulkan suara lendir, pada pemeriksaan dada, ditemukan ronkhi basah kasar dan suara napas kasar. Batuk biasanya akan menghilang setelah 2 sampai 3 minggu.Bila setelah 2 minggu masih ada batuk , mungkin telah terjadi kolaps parusegmental atau terjadi infeksi paru sekunder. Pada anak dahak yang kental jarangditemukan karena sering ditelan.anak yang usianya sudah besar biasanyamengeluh sakit retrosternal dan pada anak kecil dapat terjadi sesak napas

Pengobatan
 Pengobatan konservatif,terdiri atas :
1. Pengelolaan umum
·            Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis, meliputi:
 Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien : 
a.      Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.
b.      Mencegah / menghentikan rokok 
c.       Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya.
·         Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk dikerjakanadalah sebagai berikut :
a.       Melakukan drainase postural Pasien dilelatakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga dapat dicapai drainase sputum secara maksimum. Tiap kali melakukan drainase postural dilakukan selama 10 ± 20 menit, tiap hari dilakukan 2 sampai 4 kali. Prinsip drainase postural ini adalah usaha mengeluarkan sputum (secret bronkus ) dengan bantuan gaya gravitasi.
b.      Posisi tubuh saat dilakukan drainase postural harus disesuaikan dengan letak kelainan bronchitisnya, dan dapat dibantu dengan tindakan memberikan ketukan pada pada punggung pasien dengan punggung jari. Mencairkan sputum yang kental Dapat dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas, menggunakan obat-obat mukolitik dan sebagainya. Mengatur posisi tepat tidur pasienSehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk memudahkan drainase sputum
·          Mengontrol infeksi saluran nafas.
 Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA) harus diperkecil dengan jalan mencegah penyebaran kuman, apabila telah ada infeksi perlu adanyaantibiotic yang sesuai agar infeksi tidak berkelanjutan.

Pencegahan
            Untuk mencegah Bronkitis menjadi lebih parah berhentilah merokok jika anda perokok , gunakan masker atau pelindung di tempat kerja kalau memang dibutuhkan
            Cara mengatasi Bronkitis tanpa obat-obatan adalah banyak beristirahat,sering minum air hangat, usahakan selalu berada di ruangan yang tidak terlalu dingin dan hindari debu, usahakan juga terkena sinar matahari pagi sebelum jam 10 pagi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

ASMA


Definisi
            Penyakit asma berasal dari kata “Asthma” yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti “sukar bernapas.”
           
Etiologi
            Asma adalah penyakit yang disebabkan oleh peningkatan respon dari trachea dan bronkus terhadap bermacam – macam stimuli yang ditandai dengan penyempitan bronkus atau bronkhiolus dan sekresi yang berlebih – lebihan dari kelenjar – kelenjar di mukosa bronchus.

Patofisiologis.
            Penyakit Asma (Asthma) adalah suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi) dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang mengalami sesak nafas. Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.


Epidemiologi
            Di Amerika, 14 sampai 15 juta orang mengidap asma, dan kuranglebih 4,5 juta di antaranya adalah anak-anak.
Indonesia : merupakan salah satu penyakit utama yang menyebabkan pasien memerlukan perawatan, baik di rumah sakit maupun di rumah. Separuh dari semua kasus asma berkembang sejak masa kanakkanak, sedangkan sepertiganya pada masa dewasa sebelum umur 40 tahun. dapat dimulai pada segala usia, mempengaruhi pria dan wanita tanpa kecuali, dan bisa terjadi pada setiap orang pada segala etnis.

Faktor Pemicu
      ISPA (rhinovirus, influenza, pneumonia, dll)
      Alergen (debu, serbuk sari bunga, tengu, kecoa, jamur, dll)
      Lingkungan (udara dingin, gas SO2,NO2, asap rokok, dll)
      Emosi : cemas, stress
      Olahraga: terutama pada suhu dingin dan kering
      Obat/pengawet : Aspirin, NSAID, sulfit, benzalkonium klorida, beta bloker

Tanda dan Gejala Penyakit Asma
      Pernafasan berbunyi (wheezing/mengi/bengek) terutama saat mengeluarkan nafas (exhalation). Tidak semua penderita asma memiliki pernafasan yang berbunyi, dan tidak semua orang yang nafasnya terdegar wheezing adalah penderita asma!
      Adanya sesak nafas sebagai akibat penyempitan saluran bronki (bronchiale).
      Batuk berkepanjangan di waktu malam hari atau cuaca dingin.
      Adanya keluhan penderita yang merasakan dada sempit..
      Serangan asma yang hebat menyebabkan penderita tidak dapat berbicara karena kesulitannya dalam mengatur pernafasan.
Pencegahan
            Langkah tepat yang dapat dilakukan untuk menghindari serangan asma adalah menjauhi faktor-faktor penyebab yang memicu timbulnya serangan asma itu sendiri. Setiap penderita umumnya memiliki ciri khas tersendiri terhadap hal-hal yang menjadi pemicu serangan asmanya.
            Setelah terjadinya serangan asma, apabila penderita sudah merasa dapat bernafas lega akan tetapi disarankan untuk meneruskan pengobatannya sesuai obat dan dosis yang diberikan oleh dokter.

Penanganan
Asma dapat diterapi dengan 2 macam cara:
      Cara pertama merupakan  terapi non-obat, dapat dilakukan dengan menghindari pemicunya, atau dengan terapi napas (senam asma).
      Cara kedua dengan melibatkan obat-obat asma

Terapi melibatkan obat-obat asma yang digolongkan menjadi 2
      untuk penggunaan jangka panjang yang berguna mengontrol gejala asma dan sebagai terapi untuk mencegah kekambuhan (long-term prevention)
      obat asma untuk penggunaan jangka pendek yang merupakan pengobatan cepat untuk mengatasi serangan asma akut (short-term relief). 
Terapi Jangka Panjang
            Obat jangka panjang memberikan pencegahan jangka panjang terhadap gejala asma, menekan, mengontrol, dan menyembuhkan inflamasi jika digunakan teratur namun tidak efektif untuk mengatasi serangan akut.  Beberapa obat jangka panjang antara lain kortikosteroid inhalasi yang merupakan obat paling efektif, beta-2 agonis aksi panjang dan metil ksantin (teofilin) untuk mengatasi gejala asma pada malam hari (gejala nocturnal), kromolin dan nedokromil sebagai antiinflamasi
Terapi Jangka Pendek
            untuk jangka pendek, berupa obat-obat bronkodilator (salbutamol, terbutalin, dan ipratropium) dan kortikosteroid oral ketika serangannya sedang sampai berat.
            Untuk jangka panjang dan pendek, dapat digunakan obat-obat sistemik (prednisolon, prednison, metilprednisolon)

Daftar Pustaka
      hhtp:/medicastore.com/med/subkategori_pyk.Php,2007)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

DIFTERI


Penyakit-Difteri1.jpg
Definisi
Difteri adalah suatu penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan tanda khas berupa pseudomembran dan dilepaskannya eksotoksin yang dapat menimbulkan gejala umum dan lokal.

Epidemiologi
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti TBC, Diphteri,Pertusis, Campak, Tetanus, Polio, dan Hepatitis B merupakan salah satu penyebabkematian anak di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Diperkirakan1,7 juta kematian pada anak atau 5% pada balita di Indonesia adalah akibat PD3I.

Etiologi
Disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae, bakteri gram positif yang bersifat polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Pewarna sediaan langsung dengan biru metilen atau biru toluidin. Basil ini dapat ditemukan dengan sediaan langsung dari lesi. Dengan pewarnaan, kuman bisa tampak dalam susunan palisade, bentuk L atau V, atau merupakan kelompok dengan formasi mirip huruf cina. Kuman tumbuh secara aerob, bisa dalam media sederhana, tetapi lebih baik dalam media yang mengandung K-tellurit atau media Loeffler
Pada membran mukosa manusia C.diphteriae dapat hidup bersama-sama dengan kuman diphteroid saprofit yang mempunyai morfologi serupa, sehingga untuk membedakan kadang-kadang diperlukan pemeriksaan khusus dengan cara fermentasi glikogen, kanji,glukosa, maltosa dan sukrosa.
Basil ini hanya tumbuh pada medium tertentu, seperti: medium Loeffler, medium tellurite, medium fermen glukosa, dan Tindale agar. Pada medium Loeffler, basil ini tumbuh dengan cepat membentuk koloni-koloni yang kecil, glanular, berwarna hitam, dan dilingkari warna abu-abu coklat.

Patofisiologi
Gejala klinis penyakit difteri ini adalah panas lebih dari 38 °C, ada pseudomembrane bisa di faring, laring atau tonsil, sakit waktu menelan, leher membengkak seperti leher sapi (bullneck), disebabkan karena pembengkakan kelenjar leher. Tidak semua gejala-gejala klinik ini tampak jelas, maka setiap anak panas yang sakit waktu menelan harus diperiksa faring dan tonsilnya apakah ada psedomembrane. Jika pada tonsil tampak membran putih keabu-abuan disekitarnya, walaupun tidak khas rupanya, sebaiknya diambil sediaan (spesimen) berupa apusan tenggorokan (throat swab) untuk pemeriksaan laboratorium.
Gejala diawali dengan nyeri tenggorokan ringan dan nyeri menelan. Pada anak tak jarang diikuti demam, mual, muntah, menggigil dan sakit kepala. Pembengkakan kelenjar getah bening di leher sering terjadi. (Ditjen P2PL Depkes,2003) 
Masa tunas 3-7 hari khas adanya pseudo membrane, selanjutnya gejala klinis dapat dibagi dalam gejala umum dan gejala akibat eksotoksin pada jaringan yang terkena. Gejala umum yang timbul berupa demam tidak terlalu tinggi lesu, pucat nyeri kepala dan anoreksia sehingga tampak penderita sangatlemah sekali.
Gejala ini biasanya disertai dengan gejala khas untuk setiap bagian yang terkena seperti pilek atau nyeri menelan atau sesak nafas dengan sesak dan strides, sedangkan gejala akibat eksotoksin bergantung kepada jaringan yang terkena seperti iniokorditis paralysis jaringan saraf atau nefritis.
Biasanya bakteri berkembang biak pada atau di sekitar permukaan selaput lendir mulut atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan. Bila bakteri sampai ke hidung, hidung akan meler. Peradangan bisa menyebar dari tenggorokan ke pita suara (laring) dan menyebabkan pembengkakan sehingga saluran udara menyempit dan terjadi gangguan pernafasan.
Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah dari batuk penderita atau benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Ketika telah masuk dalam tubuh, bakteri melepaskan toksin atau racun. Toksin ini akan menyebar melalui darah dan bisa menyebabkan kerusakan jaringan di seluruh tubuh, terutama jantung dan saraf.
      Toksin biasanya menyerang saraf tertentu, misalnya saraf di tenggorokan. Penderita mengalami kesulitan menelan pada minggu pertama kontaminasi toksin. Antara minggu ketiga sampai minggu keenam, bisa terjadi peradangan pada saraf lengan dan tungkai, sehingga terjadi kelemahan pada lengan dan tungkai. Kerusakan pada otot jantung (miokarditis) bisa terjadi kapan saja selama minggu pertama sampai minggu keenam, bersifat ringan, tampak sebagai kelainan ringan pada EKG. Namun, kerusakan bisa sangat berat, bahkan menyebabkan gagal jantung dan kematian mendadak. Pemulihan jantung dan saraf berlangsung secara perlahan selama berminggu-minggu. Pada penderita dengan tingkat kebersihan buruk, tak jarang difteri juga menyerang kulit.
Pada serangan difteri berat akan ditemukan pseudomembran, yaitu lapisan selaput yang terdiri dari sel darah putih yang mati, bakteri dan bahan lainnya, di dekat amandel dan bagian tenggorokan yang lain. Membran ini tidak mudah robek dan berwarna abu-abu. Jika membran dilepaskan secara paksa, maka lapisan lendir di bawahnya akan berdarah. Membran inilah penyebab penyempitan saluran udara atau secara tiba-tiba bisa terlepas dan menyumbat saluran udara, sehingga anak mengalami kesulitan bernafas.
Berdasarkan gejala dan ditemukannya membran inilah diagnosis ditegakkan. Tak jarang dilakukan pemeriksaan terhadap lendir di tenggorokan dan dibuat biakan di laboratorium. Sedangkan untuk melihat kelainan jantung yang terjadi akibat penyakit ini dilakukan pemeriksaan dengan EKG. .(Ditjen P2PL Depkes,2003)

Manifestasi Klinis
1.         Pemberian antitoksin: Setelah dokter memastikan diagnosa awal difteri, anak yang terinfeksi atau orang dewasa harus menerima suatu antitoksin. Antitoksin itu disuntikkan ke pembuluh darah atau otot untuk menetralkan toksin difteri yang sudah terkontaminasi dalam tubuh.

Sebelum memberikan antitoksin, dokter mungkin melakukan tes alergi kulit untuk memastikan bahwa orang yang terinfeksi tidak memiliki alergi terhadap antitoksin. Dokter awalnya akan memberikan dosis kecil dari antitoksin dan kemudian secara bertahap meningkatkan dosisnya.
2.         Antibiotik: Difteri juga dapat diobati dengan antibiotik, seperti penisilin atau eritromisin. Antibiotik membantu membunuh bakteri di dalam tubuh dan membersihkan infeksi. Anak-anak dan orang dewasa yang telah terinfeksi difteri dianjurkan untuk mnjalani perawatan di rumah sakit untuk perawatan.

Mereka mungkin akan diisolasi di unit perawatan intensif karena difteri dapat menyebar dengan mudah ke orang sekitar terutama yang tidak mendapatkan imunisasi penyakit ini.


Pencegahan
            Penyakit ini tidak hanya dapat diobati tetapi juga dapat dicegah dengan vaksin. Vaksin difteri biasanya dikombinasikan dengan vaksin untuk tetanus dan pertusis, yang dikenal sebagai vaksin difteri, tetanus dan pertusis.
            Versi terbaru dari vaksin ini dikenal sebagai vaksin DTaP untuk anak-anak dan vaksin Tdap untuk remaja dan dewasa. Pemberian vaksinasi sudah dapat dilakukan saat masih bayi dengan lima tahapan yakni, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 12-18 bulan dan 4-6 tahun.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PERTUSIS


Whooping-Cough-Pertussis-image.jpeg
Definisi
Pertusis adalah infeksi saluran pernapasan akut berupa batuk yang sangat berat atau batuk intensif. Nama lain tussis quinta, wooping cough, batuk rejan.

Epidemiologi
Tersebar diseluruh dunia . ditempat tempat yang padat penduduknya dan dapat berupa endemic pada anak. Merupakan penyakit paling menular dengan attack rate 80-100 % pada penduduk yang rentan.Menyerang semua golongan umur yang terbanyak anak umur , 1tahun, perempuan lebih sering dari laki laki, makin muda yang terkena pertusis makin berbahaya. Insiden puncak  antara 1-5 tahun, dengan persentase kurang dari satu tahun : 44%, 1-4 tahun : 21%, 5-9 tahun : 11%, 12 tahun lebih: 24% ( Amerika, 1993)

Etiologi
Tersebar diseluruh dunia . ditempat tempat yang padat penduduknya dan dapat berupa endemic pada anak. Merupakan penyakit paling menular dengan attack rate 80-100 % pada penduduk yang rentan.Menyerang semua golongan umur yang terbanyak anak umur , 1tahun, perempuan lebih sering dari laki laki, makin muda yang terkena pertusis makin berbahaya. Insiden puncak  antara 1-5 tahun, dengan persentase kurang dari satu tahun : 44%, 1-4 tahun : 21%, 5-9 tahun : 11%, 12 tahun lebih: 24% ( Amerika, 1993)

Patofisiologi
Bordetella pertusis diitularkan melalui sekresi udara pernapasan yang kemudian melekat pada silia epitel saluran pernapasan.  Basil biasanya bersarang pada silia epitel thorak mukosa, menimbulkan eksudasi yang muko purulen, lesi berupa nekrosis bagian basal dan tengah epitel torak, disertai infiltrate netrofil dan makrofag
Mekanisme patogenesis infeksi Bordetella pertusis yaitu perlengketan, perlawanan, pengerusakan local dan diakhiri dengan penyakit sistemik Perlengketan dipengaruhi oleh FHA ( filamentous Hemoglutinin), LPF (lymphositosis promoting factor), proten 69 kd yang berperan dalam perlengketan  Bordetella pertusis pada silia yang menyebabkan Bordetella pertusis dapat bermultipikasi dan menghasilkan toksin dan menimbulkan whooping cough. Dimana LFD menghambat migrasi limfosit dan magrofag didaerah infeksi.
Perlawanan karena sel target da limfosist menjadi lemah dan mati oleh karena ADP (toxin mediated adenosine disphosphate) sehingga meningkatkan pengeluaran histamine dan serotonin, blokir beta adrenergic, dan meningkatkan aktivitas isulin. Sedang pengerusakan lokal terjadi karena toksin menyebabkan peradangan ringan disertai hyperplasia jaringan limfoid peribronkial sehingga meningkatkan jumlah mucus pada permukaan silia yang berakibat fungsi silia sebagai pembersih akan terganggu akibatnya akan mudah terjadi infeksi sekunder oleh sterptococos pneumonia, H influenzae, staphylococos aureus.
Penumpukan mucus akan menyebabkan plug  yang kemudian menjadi obstruksi dan kolaps pada paru, sedang hipoksemia dan sianosis dapat terjadi oleh karena gangguan pertukaran oksigen saat ventilasi dan menimbulkan apneu saat batuk. Lendir yang terbentuk dapat menyumbat bronkus kecil sehingga dapat menimbulkan emfisema dan atelektasis. Eksudasi dapat pula sampai ke alveolus dan menimbulkan infeksi sekunder, kelaina paru itu dapat menimbulkan bronkiektasis.

Gejala Klinis
Masa inkubasi Bordetella pertusis adlah 6-2 hari ( rata rata 7 hari). Sedang perjalanan penyakit terjadi antara 6-8 minggu.
 Ada 3 stadium Bordetella pertusis:
1.      Stadium kataral (1-2 minggu)
Menyerupai gejala ispa : rinore dengan lender cair, jernih, terdapat injeksi konjungtiva, lakrimasi, batuk ringan iritatif kering dan intermiten, panas tidak begitu tinggi, dan droplet sangat infeksius

2.      Stadium paroksimal atau spasmodic (2-4 minggu)
Frekwensi derajat batuk bertambah 5-10 kali pengulangan batuk uat, selama expirsi diikuti usaha insprasi masif yang medadak sehingga menimbulkan bunyi melengking (whooop) oleh karena udara yang dihisap melalui glotis yang menyempit. Muka merah, sianosis, mata menonjol,lidah menjulur, lakrimasi, salivasi, petekia diwajah, muntah sesudah batuk paroksimal, apatis , penurunan berat badan, batuk mudah dibangkitkan oleh stress emosiaonal dan aktivitas fisik. Anak dapat terberak berak dan terkencing kencing. Kadang kadang pada penyakit yang berat tampak pula perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis.

3.      Stadium konvalesens (1-2 minggu)
Whoop mulai berangsur angsur menurun dan hilang 2-3 minggu kemudian tetapi pada beberapa pasien akan timbul batuk paroksimal kembali. Episode ininakan berulang ulang untuk beberapa bulan dan sering dihubungkan dengan infeksi saluran napas bagian atas yang berulang

Diagnosa
      Diagnosis ditegakan berdasarkan atas anamnesa , pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboraturium. Pada anamnesis penting ditanyakan adakah serangan yang khas yaitu batuk mula mula timbul pada malam hari tidak mereda malahan meningkat menjadi siang dan malam dan terdapat kontak dengan penderita pertusis, batuk bersifat paroksimal dengan  bunyi whoop yang jelas, bagaimanakah riwayat imunisasinya. Pada pemeriksaan fisik tergantung dari stadium saat pasien diperiksa. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis( 20.000-50000/ul) pada akhir stadium kataralis dan permulaan stadium spasmodic. Pada pemeriksaan  secret nasofaring didapatkan Bordetella pertusis. Dan pemeriksaan lain adalah foto thorak apakah terdapat infiltrate perihiler, atelektasis atau emfisema. 

Pengobatan
      Jika penyakitnya berat, penderita biasanya dirawat di rumah sakit. Mereka ditempatkan di dalam kamar yang tenang dan tidak terlalu terang. Keributan bisa merangsang serangan batuk. Bisa dilakukan pengisapan lendir dari tenggorokan. Pada kasus yang berat, oksigen diberikan langsung ke paru-paru melalui selang yang dimasukkan ke trakea. Untuk menggantikan cairan yang hilang karena muntah dan karena bayi biasanya tidak dapat makan akibat batuk, maka diberikan cairan melalui infus. Gizi yang baik sangat penting, dan sebaiknya makanan diberikan dalam porsi kecil tetapi sering. Untuk membasmi bakteri, biasanya diberikan antibiotik eritromycin.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PNEUMONIA


aspiration.jpg

Definisi
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul sebagai penyakit primer dan dapat juga akibat penyakit komplikasi. (A. Aziz Alimul : 2006)

Etiologi
      Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia, dan hal ini berdampak kepada obat yang akan di berikan.
      Mikroorganisme penyebab yang tersering adalah bakteri, yang jenisnya berbeda antar Negara, antara suatu daerah dengan daerah yang lain pada suatu Negara, maupun bakteri yang berasal dari lingkungan rumah sakit ataupun dari lingkungan luar.
Pneumonia yang disebabkan oleh infeksi
      Bakteri
Agen penyebab pneumonia di bagi menjadi organisme gram-positif atau gram-negatif seperti : Steptococcus pneumoniae (pneumokokus), Streptococcus piogenes, Staphylococcus aureus, Klebsiela pneumoniae, Legionella, hemophilus influenzae.
      Virus
Influenzae virus, Parainfluenzae virus, Respiratory, Syncytial adenovirus, chicken-pox (cacar air), Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus herves simpleks, Virus sinial pernapasan, hantavirus.
      Fungi
Aspergilus, Fikomisetes, Blastomises dermatitidis, histoplasma kapsulatum.
Pneumonia di sebabkan oleh bahan-bahan lain/non infeksi :
1.      Pneumonia Lipid : Disebabkan karena aspirasi minyak mineral
2.      Pneumonia Kimiawi : Inhalasi bahan-bahan organik dan anorganik atau uap kimia seperti beryllium
3.      Extrinsik allergic alveolitis : Inhalasi bahan debu yang mengandung alergen seperti spora aktinomisetes termofilik yang terdapat pada ampas debu di pabrik gula
4.      Pneumonia karena obat : Nitofurantoin, busulfan, metotreksat
5.      Pneumonia karena radiasi
6.      Pneumonia dengan penyebab tak jelas.
(Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, 2006)
Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah:
1.  virus sinsisial pernafasa
2. adenovirus
3. virus parainfluenza
4. virus influenza

cara mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bisa melalui:
1.      Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar
2.       Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain
3.       Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru.

Epidemiologi
Pada anak-anak, banyak dari kematian ini terjadi pada masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian bayi baru lahir disebabkan pneumonia. Lebih dari dua juta anak balita meninggal setiap tahun di seluruh dunia. WHO juga memperkirakan bahwa sampai dengan 1 juta ini (vaksin dicegah) kematian yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus''''pneumoniae, dan lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di negara-negara berkembang.

Faktor Risiko
Faktor-faktor resiko terkena pneumonia, antara lain: Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA), usia lanjut, alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, Umur dibawah 2 bulan, Jenis kelamin laki-laki , Gizi kurang, Berat badan lahir rendah, Tidak mendapat ASI memadai, Polusi udara, Kepadatan tempat tinggal, Imunisasi yang tidak memadai, Membedong bayi, efisiensi vitamin A dan penyakit kronik menahun

Patofisiologi
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar.

Gejala Klinis
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna merah karat (untuk streptococcus pneumoniae), merah muda (untuk staphylococcus aureus), atau kehijauan dengan bau khas (untuk pseudomonas aeruginosa). Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.
Tanda dan Gejala
  1. Suara napas lemah
  2. Retraksi intercosta
  3. Penggunaan otot bantu nafas
  4. Demam
  5. Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar
  6. Batuk
  7. Sakit kepala
  8. Kekakuan dan nyeri otot
  9. Sesak nafas
  10. Menggigil
  11. Berkeringat
  12. Lelah.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
1. kulit yang lembab
2. mual dan muntah
3. kekakuan sendi.

Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan pneumonia adalah sebagai berikut :
  1. Pertahankan suhu tubuh dalam batas normal melalui pemberian kompres.
  2. Latihan bentuk efektif dan fisiotheraphy paru.
  3. Pemberian oksigenasi (oksigen 1-2 liter/menit).
  4. mempertahankan kebutuhan cairan (IVFD dektrose 10% : NaCl 0,9%).
  5. Pemberian nutrien apabila ringan tidak perlu diberikan antibiotik, tetapi apabila penyakit berat dapat dirawat inap, maka perlu pemberian antibiotik berdasarkan usia, keadaan umum, kemungkinan penyebab, seperti pemberian Ampisilin dan Kloramfenikol.
  6. penatalaksanaan medis dengan cara pemberian pengobatan


Pencegahan
Peumonia dapat dicegah dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Memberikan ASI ekslusif
2. Mencegah perkembangan infeksi
3. Mencegah komplikasi pneumonia dengan penyakit lain
4. Menggunakan penanganan antibiotic

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS