RSS

COMBUSTIO


Definisi

            Combustio  (luka  bakar) adalah  kerusakan  atau  kehilangan  jaringan  yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik,dan radiasi yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan (Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001).

Epidemiologi

            Insiden kasus yang ditemukan pada RSUD Dr. Soetomo ditemukan seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50% dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkan pasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan teknik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius (Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001).

Etiologi

Berdasarkan penyebab luka bakar, luka bakar dibedakan atas beberapa jenis penyebab, antara lain:
  1. Luka bakar karena api
  2. Luka bakar karena air panas
  3. Luka bakar karena bahan kimia
  4. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi
  5. Luka bakar karena sengatan sinar matahari.
  6. Luka bakar karena tungku panas/udara panas
  7. Luka bakar karena ledakan bom.
Patofisiologi

      Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terkena suhu tinggi rusak sel darah yang di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan odema dan menimbulkan bulae dengan membawa serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intra vaskuler. Tubuh kehilangan cairan antara ½ % - 1 % “Blood Volume” setiap 1 % luka bakar. Kerusakan kuIit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebih (insensible water loss meningkat).

  1. Respon kardiovaskuiler
Perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melelui kebocoran kapiler mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung Hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada organ mayor edema menyeluruh.

  1. Respon Renalis
Dengan menurunnya volume inTravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal

  1. Respon Gastro Intestinal
Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya perlukan luas. Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi abdomen, muntah dan aspirasi.

  1. Respon Imonologi
Sebagian basis mekanik, kulit sebgai mekanisme pertahanan dari organisme yang masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam luka.

Gejala klinik

ü  Luka derajat I :
v  Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis
v  Kulit kering terlihat eritem
v  Tidak dijumpai bulae
v  Nyeri karena ujung – ujung saraf teriritasi
v  Penyembuhan terjadi secara sepontan dalam waktu 5 – 10 hari.
ü  Luka derajat II :
v  Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai reaksi eksudasi
v  Dijumpai bulae
v  Nyeri pada ujung – ujung saraf sensoris teriritasi
v  Dasar luka berwarna pucat atau merah, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal

Luka derajat II:
  1. Derajat II dangkal (superficial)
v  Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis
v  Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea masih utuh.
v  Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10 – 14 hari
  1. Derajat II dalam (deep)
v  Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
v  Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh
v  Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung biji epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan


  1. Luka bakar derajat III :
v  Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam.
v  Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kalenjar keringat, kalenjar sebasea mengalami kerusakan
v  Tidak dijumpai bulae
v  Kulit yang terbakar berwarna abu – abu dan pucat.  Karena kering,letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar
v  Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar
v  Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi,  karena ujung – ujung saraf sensorik mengalami kerusakan / kematian
v  Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka

Wallace membagi tubuh atas bagian – bagian 9 % atau kelipatan dari 9 terkenal dengan nama Rule of Nine atau Rule of Wallace.
v  Kepala dan leher                                           : 9%
v  Lengan masing-masing 9%                             : 18%
v  Badan depan 18%, badan belakang 18%       : 36%
v  Tungkai masing-masing 18%                          : 36%
v  Genetalia/perineum                                         : 1%
v  Total                                                              : 100%

Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan penderita adalah 1 % dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak –anak dipakai modifikasi Rule of Nine menurut Lund and Brower, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.

Penatalaksanaan

  1. Luka Bakar Ringan.
v  Luka bakar derajat II <15 %
v  Luka bakar derajat II < 10 % pada anak – anak
v  Luka bakar derajat III < 2 %
  1. Luka bakar sedang
v  Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa
v  Luka bakar derajat II 10 – 20 % pada anak – anak
v  Luka bakar derajat III < 10 %

  1. Luka bakar berat
v  Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa
v  Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak – anak.
v  Luka bakar derajat III 10 % atau lebih
v  Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/perineum.
v  Dengan adanya komplikasi pernapasan, fraktur dan kerusakan jaringan lunak yang luas.
  1. Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.
  2. Cooling : Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar - Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi - Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia - Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.
  3. Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam dari superficial partial- thickness (dapat dilihat pada tabel 4 jadwal pemberian antitetanus). Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi kurang dari 2 bulan
  4. singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.
  5. Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.
  6. Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri, berupa
    1. Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg
    2. Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus
    3. Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg

  1. Pemeriksaan Laboratorium
      1. LED: mengkaji hemokonsentrasi
      2. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Initerutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
      3. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,khususnya pada cedera inhalasi asap.
      4. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
      5. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakanotot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
      6. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
      7. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.
      8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap
  2. Radiologi
      1. Hitung darah lengkap : peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan/kehilangan cairan.
      2. Elektrolit serum : kalium meningkat karena cedera jaringan /kerusakan SDMdan penurunan fungsi ginjal. Natrium awalnya menurun pada kehilangan air.
      3. Alkalin fosfat : peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairaninterstitiil/ganguan pompa natrium.
      4. Urine : adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringandalam dan kehilangan protein.
      5. Foto rontgen dada : untuk memastikan cedera inhalasi
      6. Skan paru : untuk menentukan luasnya cedera inhalasi
      7. EKG untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka bakar listrik.
      8. BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
      9. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.
      10. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
      11. Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein pada edema cairan

Penanganan
  1. Topikal dan tutup luka
      1. Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringannekrotik.
      2. Tulle.
      3. Silver sulfa diazin tebal.
      4. Tutup kassa tebal.
      5. Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
  2. Obat – obatan:
      1. Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
      2. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasilkultur.
      3. Analgetik : kuat (morfin, petidine)
      4. Antasida : kalau perlu
Prognosis

            Prognosis lebih baik pada anak dengan usia di atas 5 tahun, dan pada  dewasa dengan usia kurang dari 40 tahun. Berat ringan luka bakar tergantung pada: kedalaman luka bakar, luas, usia, lokasi, agent, riwayat penyakit, dan trauma.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar