FUNGSI JANTUNG
·
Jantung
harus menyediakan darah yang cukup mengandung oksigen dan nutrisi untuk
organ-organ tubuh. Pada saat yang sama jantung juga harus memompakan darah ke
seluruh tubuh.
·
Mengisi
darah dengan oksigen yang segar dari udara dan pada saat yang bersamaan
mengekskresi salah satu hasil akhir metabolisme yaitu karbondioksida.
KELAINAN JANTUNG DAPAT DIBEDAKAN
MENJADI
· Kelainan
jantung congenital (bawaan).
Dibedakan lagi menjadi:
o Kelainan jantung siatnotik
Sifatnya lebih kompleks. Secara klinis, diagnosis banding penyakit jantung siatonik dapat dibedakan berdasarkan gambaran elekrokardiografi dan foto torak.
o Kelainan jantung non-sianotik
o Kelainan jantung siatnotik
Sifatnya lebih kompleks. Secara klinis, diagnosis banding penyakit jantung siatonik dapat dibedakan berdasarkan gambaran elekrokardiografi dan foto torak.
o Kelainan jantung non-sianotik
· Kelainan
jantung yang didapat pada waktu kecil atau menjelang dewasa.
A.
PENYAKIT JANTUNG TIROID
Hormon tiroid mempunyai banyak efek pada
proses metabolik di semua jaringan, terutama di jantung yang paling sensitif
terhadap perubahannya. Gangguan fungsi kelenjar tiroid dapat menimbulkan efek
yang dramatik terhadap sistem kardiovaskular, sering kali menyerupai penyakit
jantung primer. Pengaruh hormon tiroid pada jantung digolongkan menjadi 3
kategori, efek terhadap jantung langsung, efek hormon tiroid pada sistem saraf
simpatis dan efek sekunder terhadap perubahan hemodinamik.
Efek Hormon
Tiroid Terhadap Sistem Kardiovaskular
Hormon tiroid sangat memengaruhi sistem
kardiovaskular dengan beberapa mekanisme baik secara langsung ataupun tak
langsung. Pada keadaan hipotiroid maupun hipertiroid sangat memengaruhi
kardiovaskular. Hormon tiroid meningkatkan metabolisme tubuh total dan konsumsi
oksigen yang secara tidak langsung meningkatkan beban kerja jantung.
B.
TUMOR JANTUNG
Tipe
|
Jumlah
|
Persen
|
Jinak (Benigma)
|
199
|
58
|
-
Miksoma
|
114
|
33,2
|
-
Rabdomioma
|
20
|
5,8
|
-
Fibroma
|
20
|
5,8
|
- Hemangioma
|
17
|
5
|
- Nodal atriventrikular
|
10
|
2,9
|
- Sel granular
|
4
|
1,2
|
- Lipoma
|
2
|
0,6
|
- Paragang lioma
|
2
|
0,6
|
- Hamartoma
miositik
|
2
|
0,6
|
- Kardiomiopati
histiositosid
|
2
|
0,6
|
- Pseudotumor
inflamatori
|
2
|
0,6
|
- Tumor jinak
lain
|
4
|
1,2
|
Ganas (Maligna)
|
144
|
42
|
- Sarkoma
|
137
|
39,9
|
- Limfoma
|
7
|
2,1
|
Tumor jantung mungkin muncul dengan berbagai
jenis manifestasi kardiak dan non-kardiak. Lokasi dan ukuran tumor merupakan
penentu utama gejala-gejala dan tanda-tanda khusus. Sebagian besar muncul dalam
manifestasi penyakit jantung yang lebih umum, seperti nyeri dada, sinkop, gagal
jantung, murmur, aritmia, gangguan konduksi, dan efusi perikard dengan atau
tanpa tamponad.
Miksoma
Miksoma adalah tipe tumor jantung primer yang paling sering
dijumpai pada seluruh kelompok usia. Dapat muncul di segala usia, paling sering
pada dekade ketiga sampai keenam, dengan predileksi pada perempuan.
Penatalaksanaan terpilih pada miksoma adalah operasi, dan biasanya kuratif.
Tumor Jinak
Lainnya
Lipoma mungkin tumbuh sampai sebesar 15 cm dan mungkin muncul dengan gejala karena interferensi mekanik dengan fungsi jantung, aritmia, atau gangguan konduksi, atau sebagai abnormalitas siluet jantung pada pemmeriksaan foto rontgen dada.
Rabdomioma dan fibroma, merupakan tumor-tumor yang paling sering muncul pada bayi dan anak-anak, paling sering muncul pada ventrikel dan karena itu menunjukkan tanda-tanda dan gejala obstruksi mekanik.
Lipoma mungkin tumbuh sampai sebesar 15 cm dan mungkin muncul dengan gejala karena interferensi mekanik dengan fungsi jantung, aritmia, atau gangguan konduksi, atau sebagai abnormalitas siluet jantung pada pemmeriksaan foto rontgen dada.
Rabdomioma dan fibroma, merupakan tumor-tumor yang paling sering muncul pada bayi dan anak-anak, paling sering muncul pada ventrikel dan karena itu menunjukkan tanda-tanda dan gejala obstruksi mekanik.
Sarkoma
Hampir semua keganasan jantung primer adalah sarkoma, yang mungkin terdiri dari beberapa tipe histologis. Umumnya, tumor-tumor ini dicirikan dengan memburuknya keadaan dengan cepat yang mengarah ke kematian pasien dalam beberapa minggu atau bulan. Sarkolema umumnya melibatkan sisi kanan jantung, dan karena pertumbuhan yang sangat cepat, invasi ke ruang perikardial dan penyumbatan jantung atau vena kava sering dijumpai. Sarkoma juga mungkin muncul pada bagian kiri jantung dan mungkin disalahartikan sebagai miksoma.
Hampir semua keganasan jantung primer adalah sarkoma, yang mungkin terdiri dari beberapa tipe histologis. Umumnya, tumor-tumor ini dicirikan dengan memburuknya keadaan dengan cepat yang mengarah ke kematian pasien dalam beberapa minggu atau bulan. Sarkolema umumnya melibatkan sisi kanan jantung, dan karena pertumbuhan yang sangat cepat, invasi ke ruang perikardial dan penyumbatan jantung atau vena kava sering dijumpai. Sarkoma juga mungkin muncul pada bagian kiri jantung dan mungkin disalahartikan sebagai miksoma.
C. ENDOKARDITIS BAKTERIALIS
Endokarditis bakterialis ialah radang katub dan endokardium jantung. Umumnya disebabkan oleh “Streptococcus viridians” “Streptococcus faecalis”, kadang-kadang oleh mikrokok “Staphylococcus aureusdan “S. albus”. Tetapi mungkin disebabkan oleh kuman-kuman lain dan jamur. “Streptococcus viridans” biasanya terdapat dinasofarings, orofarings, saliva dan karies gigi. “Streptococcus faecalis” terdapat dalam traktus digestivus.
PREDISPOSISI
Predisposisi endokarditis bakterialis terutama
kelainan katub jantung dan kelainan bawaan jantung. Kelainan bawaan jantung
yang sering menimbulkan endokarditis ialah “Patent Ductus arteriosus” (PDA),
“ventricle septal defect” (VSD), strenosis pulmoner dan tetralogi Fallot. Bila
suatu saat ada faktor pencetus yaitu bakteremia, dapat timbul infeksi pada
katub dan endokardium. Bakteremia ini sering terjadi pada infeksi jalan napas,
pembedahan tonsilektomi, prostatektomi dan lain-lain) atau tindakan lain
seperti endoskopi, kateterisasi buli-buli, keterisasi jantung dan lain-lain;
atau waktu pencabutan gigi. Mungkin pula terjadi waktu melahirkan dan nifas.
GAMBARAN KLINIK
1. Gejala toksemi seperti demam, banyak keringat,
menggigil dan anemia. Penderita merasa lesu-lemah, anoreksi dan nyeri pada
otot-otot dan sendi.
2. Manifestasi embolik-vaskuler yang dapat
mengenai semua organ tubuh. Pada kulit dan selaput lendir menimbulkan :
“White centered petechiae” di konjungtiva,
fundus okuli, mukosa mulut dan kulit;
“Osler’s node” yaitu tonjolan sekepala jarum
sampai sebesar kacang tanah, berwarna merah dan nyeri. Sering timbul di telapak
tangan, telapak kaki, dan sela jari;
“Janeway lesions” yaitu eritema atau
pendarahan kulit yang tidak nyeri. Umumnya ditelapak tangan dan kaki;
“Splinte hemorrage” berupa garis-garis
hemorhagi dibawah kuku.
Pada ginjal menimbulkan albuminuria, hematuria dan dapat sampai terjadi uremia. Mungkin juga timbul infark ginjal. Limpa membesar dan kadang-kadang infark. Emboli diotak menimbulkan kelumpuhan – hemiplegia atau gambaran ensefalitis atau meningitis. Mungkin pula terjadi emboli di mesenterium. Pada mata, dapat terjadi kebutaan yang sekonyong-konyong karena emboli dalam arteri sentralis retinae. Neuritis optika mungkin karena penyumbatan arteri.
Nyeri sendi yang tiba-tiba mungkin disebabkan emboli endarterial. Emboli arteri koronaria dapat menimbulkan kematian mendadak.
Pada ginjal menimbulkan albuminuria, hematuria dan dapat sampai terjadi uremia. Mungkin juga timbul infark ginjal. Limpa membesar dan kadang-kadang infark. Emboli diotak menimbulkan kelumpuhan – hemiplegia atau gambaran ensefalitis atau meningitis. Mungkin pula terjadi emboli di mesenterium. Pada mata, dapat terjadi kebutaan yang sekonyong-konyong karena emboli dalam arteri sentralis retinae. Neuritis optika mungkin karena penyumbatan arteri.
Nyeri sendi yang tiba-tiba mungkin disebabkan emboli endarterial. Emboli arteri koronaria dapat menimbulkan kematian mendadak.
3. Kelainan jantung
Umumnya memang sudah ada kelainan jantung
sebelumnya. Bising jantung yang sudah ada dapat berubah dengan timbulnya
endokarditis bakterialis. Mungkin pula timbul kompensasio kordis atau gangguan
hantaran jantung.
Diagnosis
1. Adanya penyakit katub atau penyakit jantung
bawaan yang diketahui dari adanya bising jantung organis.
2. Demam lebih dari 1 minggu, biasanya lebih dari
39°C
3. Adanya fenomena embolik, terutama petekhiae
dan “Orsler’s node”
4. Biakan darah yang positif.
Biakan darah harus diambil secara aseptic
setiap hari selama 3 hari berturut-turut. Pengambilan darah dilakukan saat
demam memuncak.
PENCEGAHAN
Semua penderita kelainan katub dan kelainan
jantung bawaan harus mendapat antibiotika sebelum tindakan operasi terutama
pencabutan gigi, tonsilektomi dan endoskopi.
Biasanya diberikan penisilin. Bensil penisilin
500.000 U diberikan 1 jam sebelum operasi, kemudian dilanjutkan dengan
penisilin V oral 4 x 500.000 U selama 2 – 3 hari.
PENATALAKSANAAN
1. Antibiotika. Pemberian antibiotika harus
secepat mungkin, dengan menggunakan antibiotika yang sesuai. Diberika dalam
waktu cukup lama (umumnya selama 4 – 6 minggu).
a. Penisilin
merupakan obat terpilih. “Streptococcus faecalis,” nya dikombinasikan dengan
golongan aminoglikosid (Streptomisin, kanamisin dan gentamisin). Yang sering
diberikan ialah “aquaeus potassium penicilin” secara drip intravena lambat,
dilarutkan dalam 1000 ml larutan glukose 5%. Dosis disesuaikan dengan percobaan
kepekaan yaitu menentukan kadar antibiotika yang paling kecil dimana kuman
tidak mungkin berkembang biak (efek bakteriostatik), kalau kuman peka (kurang
dari 0,1 U penicillin/ml), berikan 2,4 juta penisilin dan 1 – 2 g Streptomisin
sehari selama 4 – 6 minggu. Kalau kepekaan lebih dari 2 U penisilin/ml perlu
dosis 15 – 20 juta sehari.
Kalau
kepekaan lebih dari 5 U penisilin/ml, diperlukan dosis amat tinggi yaitu 50 –
100 juta U sehari.
b. Aminoglikosida
(streptomisin, kanamisin, dan gentamisin) terutama untuk kuman Gram negatif
(flora usus). Bila dikombinasikan dengan pnisislin, Streptomisin diberikan 1 –
2 g sehari;
c. Sefalotin
6 -12 g intravena sehari dapat digunakan untuk streptokok dan stafilokok;
d. Metisilin,
nafsilin, kloksasilin, dikloksasilin dan Oksasilin dipakai untuk stafilokok
yang membentuk penisilinase.
e. Tetrasiklin
dan Eritromisin kurang cocok karena efeknya terutama bakteriostatik.
f. Lain-lain.
Basitrasin, Neomisin, Polimiksin dan lain-lain digunakan sesuai dengan
penyebabnya.
2. Pengobatan suportif.
Memperbaiki
keadaan umum, antara lain bila terdapat anemia berat diberikan transfusi darah
atau “packed red cells”.
3. Pembedahan.
Pembedahan
jantung misalnya ligasi duktus arteriosus Botalli pada PDA, dilakukan setelah
infeksi diatasi.
D. PENYAKIT JANTUNG REMATIK (DEMAM REMATIK)
Demam rematik merupakan penyebab utama dari
penyakit jantung yang terjadi dibawah usia 50 tahun. Untuk diagnostic dapat
dipakai criteria Jones yang terdiri dari criteria major dan criteria minor.
Demam rematik disebabkan oleh infrksi kuman
streptokokus betahemolitik grup A yang biasa dimulai dengan gejala-gejala
infeksi tenggorokan. Fase selanjutnya adalah demam rematik yang mulai menyerang
organ-organ target seperti jantung, sendi-sendi, membran basal glomerulus,
system saraf pusat, jaringan subkutan, dan sebagainya.
Apabila terjadi infeksi kuman streptokokus
pada jaringan tubuh, sel kuman streptokokus akan mengeluarkan komponen-komponen
yang bersifat antigenic, maka tubuh akan membentuk banyak antibody untuk
menetralisirnya. Disamping itu khusus mengenai streptolisin titer O, ternyata
zat ini sewaktu-waktu dapat memecah sel darah merah dan menyebabkan hemolisis.
Oleh karena itu, streptokokus jenis ini dimasukkan kedalam kelas betahemolitik.
Infeksi demam rematik sering terjadi secara
berulang dan dikenal sebagai reaktivasi rema. Penyakit jantung rematik
merupakan satu-satunya komplikasi demam rematik yang paling permanen sifatnya
dan merugikan masa depan seseorang. Tidak semua demam rematik akan berkembang
menajadi penyakti rematik. Hal ini karena gejala demam rematik pada fase dini
memang tidak mudah dikenali atau tidak jarang bersifat silent attack.
Demam rematik biasanya menyerang jaringan otot
miokard, endokard dam perikard.
DIAGNOSIS
Kriteria major :
Karditis, poliartritis, korea, nodul subkutan,
eritema marginatum.
Kriteria minor :
Demam, poli artralgia, PR Interval memanjang
pada EKG, lekositosis + LED meninggi + C protein reaktif positif, tanda-tanda
infeksi “Streptoccus B hemolyticus” sebelumnya dengan ASTO yang meninggi,
pernah demam rematik atau tanda-tanda penyakit katup oleh rematik.
Diagnosis demam rematik dapat ditegakkan bila terdapat 2 kriteria
major atau 1 kriteria major bersama 2 kriteria minor.
PENATALAKSANAN
Dalam segi pengobatan dibagi dalam 2 group :
A. Penderita-penderita dengan demam rematik akut
dengan/tanpa kelainan jantung dan penyakit jantung kronik dengan rematik aktif.
B. Penderita-penderita penyakit jantung rematik
tanpa rematik aktif.
Grup A
1. Istirahat total.
Ini mutlak untuk penyakit yang sedang aktif.
Istirahat minimal 6 minggu atau selama kita memberikan kortikosteroid. Patokan
ini perlu sebab pada beberapa kasus sering terjadi serangan ulangan setelah
kortikosteroid dihentikan.
2. Diet yang adekuat dan vitamin-vitamin;
3. Penisilin : Diperlukan untuk menghilangkan
infeksi streptokok. Dosis minimal 800.000 unit setiap hari i.m. untuk 10 hari.
Bila penderita tidak tahan penisilin dapat diberikan linkomisin, eritromisin,
klortetrasiklin, oksitetrasiklin.
4. Kortikosteroid : Diberikan pada fase akut
(permulaan penyakit) dan pada tiap-tiap tanda aktifitas dari penyakit. Dosis :
60 mg/hari sampai proses membaik kira-kira 2 minggu, lalu diturunkan
pelan-pelan (‘tapering off”) selama 6 minggu. Setelah kortikosteroid dihentikan
sebaiknya diawasi kemungkinan timbulnya “rebound phenomena”.
5. Salisilat : Indikasi utama pemberian salisilat
apabila terdapat arthritis.
Dapat diberikan dalam bentuk larutan Natrium
salisilat. Dosis : 3 – 6 gram/hari sampai 10 gram/hari. Na. salisilat
(salisilat harus diingatkan akan bahaya intoksikasi).
Grup B
Penyakit jantung rematik yang tidak disertai
dengan demam rematik yang aktif tidak ada terapi yang spesifik kecuali untuk
profilaksis, dengan diet yang baik, vitamin yang cukup serta pembatasan
pekerjaan. Kriteria pembatasan pekerjaan menurut “New York Heart Association
committe” adalah :
Klas A : Tidak perlu pembatasan aktifitas
fisik;
Klas B : Pada dasarnya tidak diadakan
pembatasan aktifitas, akan tetapi pekerjaan yang sangat berat dan yang bersifat
kompetisi harus dihindarkan;
Klas C : Diadakan pembatasan secukupnya dan
kompetisi dilarang
Klas D : Diadakan pembatasan yang keras;
Klas E : Istirahat total di tempat tidur.
Disamping ini harus diperhtikan pula criteria
tentang “Kapasitas fungsional”.
Pada beberapa hal dan dengan syarat tertentu
dapat pula dilakukan operasi katup atau penggunaan protesa katup
KOMPLIKASI
1. kelemahan jantung;
2. fibrilasi atrium;
3. endokarditis bacteria (akut dan subakut).
Biasanya disebut sebagai SBE (“Subacute bacterial endocarditis”);
4. emboli.
E. DEKOMPENSASIO KORDIS
Suatu kegagalan jantung dalam memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
GAMBARAN KLINIK DEKOMPENSASIO KORDIS
KIRI
1. sesak napas : “dyspnoe d’effort”, “paroxysmal
nocturnal dyspnoe” dan ortopne;
2. pernafasan Cheyne Stokes;
3. batuk-batuk, mungkin hemoptu;
4. sianosis;
5. suara serak;
6. ronhi basah halus tidak nyaring di daerah
basal paru-paru, hidrotoraks, kelainan fungsi;
7. kelainan jantung seperti pembesaran jantung,
gallop, P2 mengeras dan split, takikardia dan lain-lain
8. tekanan vena jugularis masih normal (maksimal
5 – 2Cm H2O) ;
9. BMR mungkin naik;
10. Kelainan pada foto Rontgen ;
11. BMR mungkin naik;
12. Kelainan pada foto Rontgent : hilli membesar,
diparu terlihat bayangan garis lebih banyak dari biasa, cor membesar.
GAMBARAN KLINIK DEKOMPENSASIO KORDIS
KANAN
1. edema pretibial, edema presakral, asites dan
hidrotoraks;
2. tekanan vena jugularis meninggi,
“hepato-jugular reflux”, pulsasi positif;
3. gangguan gastrointestinal : anoreksia, mual,
muntah, meteorismus dan rasa kembung di epigastrium;
4. pembesaran hati yang mula-mula lunak, tapi
tajam, nyeri tekan; lama kelamaan menjadi keras, tumpul, tidak nyeri tekan.
Mungkin didapati gangguan fungsi hati, tetapi perbandingan albumin-globulin
tetap 2. Splenomegali.
5. Gangguan ginjal : albuminuri (1 +,) silinder
hialin, granuler, kadar ureum meninggi (60 – 100 mg%), oliguria dan nokturia;
6. Hiponatremia, hipokalemia dan hipokloremia.
DASAR PENGOBATAN
1. mengurangi kerja jantung;
2. memperkuat kontraksi jantung;
3. mengurangi retensi air dan garam dalam tubuh;
4. mengobati sebab dan hal yang membantu
timbulnya dekompensasio kordis, yaitu :
a. Sebab-sebab di luar jantung (ekstrakardial)
seperti tirotoksikosis, anemia, miksedema, fistula arterio-venousa polisitemia
vera dan penyakit paget ;
b. Hilangkan faktor presipitasi seperti infeksi
(terutama infeksi saluran pernafasan) infark paru, kelelahan, makan garam
berlebihan, terhentinya pengobatan, aritmia (misalnya fibrilasi atrium,) infark
miokard atau anemia.
a. Koreksi bedah atau medik dari sebab-sebab pada
jantung, misalnya valvulotomi , katub buatan atau pengobatan endokarditis.
PENATALAKSANAAN
1. Istirahat
Pada dekompensasio berat harus istirahat
ditempat tidur, bila terdapat ortopne tidurkan dengan bantal tinggi atau posisi
setengah duduk. Tenangkan penderita, bila perlu dengan obat penenang. Pada
keadaan yang ringan aktifitas dibatasi.
2. Diit
Berikan makanan lunak, rendah garam (0,5 – 1
NaCl) , bila perlu cairan dibatasi.
3. Digitalis
Mempunyai efek memperkuat kontraksi jantung
dan memperlambat frekuensi jantung.
4. Diuretik
5. Aminofilin
6. Morfin.
Obat ini diberikan untuk mengurangi sesak
napas pada asma kardial dan edema paru-paru.
Diberikan dengan dosis 10 mg subkutan 1 – 2
kali sehari. Hati-hati akan kemungkinan terjadi depresi pernapasan, karena itu
siapkan pernapasan buatan.
7. Pemberian oksigen bilamana perlu.
8. Secara mekanik dengan pemasangan tornikuet
pada 3 dari keempat ekstremitas.
Dianjurkan untuk penderita yang tetap sesak
napas setelah pemberian obat-obat. Tekanan dipertahankan antara tekanan
diastolic dan sistolik, dengan demikian darah akan tertahan di ekstremitas
sehingga akan mengurangi bendungan pada paru-paru. Torniket dibuka setiap 15
menit.
9. Obat-obat lain seperti sedativa, kodein,
antibiotik bila terdapat infeksi dikumarol untuk tromboemboli (jangan diberikan
bila ada gangguan fungsi hati).
TANDA-TANDA TERCAPAINYA PENGOBATAN
1. frekwensi nadi berkurang;
2. penderita mulai banyak kencing;
3. keluhan sesak napas berkurang.
F. INSUFISIENSI KORONER AKUT (“IMPENDING
MYOCARDIAL INFARCTION”, “PREINFARCTION SYNDROME”)
Sebelum terjadi infark miokard, seringkali dijumpai serangan
angina pectoris, tetapi lebih lama dan lebih sering. Nyeri dada dapat
menyerupai serangan infark miokard, tetapi tidak ditemui tanda-tanda lain.
DIAGNOSIS
1. Nyeri dada makin hebat, makin sering dan makin
lama. Lama serangan antara 10 – 30 menit, tetapi dapat lebih dari 1 jam;
2. Seringkali tanpa adanya factor pencetus.
Timbul mendadak, setelah masa angina pectoris yang stabil atau infark miokard
yang sudah lama tenang;
3. Nyeri dada ini tidak mudah dihilangkan dengan
istirahat dan pemberian nitrogliserin;
4. Adanya kelainan pada elektrokardiogram yaitu
depresi segmen ST yang masih tampak di luar serangan.
5. Tidak terdapat infark miokard akut, sehingga
tidak dijumpai demam, LED yang meninggi, lekositosis atau peninggian enzim
serum (CPK, SGOT dan LDH).
6. Pada angiografi koroner ditemui penyempitan
yang lebih dari 50% pada satu atau lebih cabang utama arteri koroner.
PENATALAKSANAAN
1. Istirahat. Biasanya dianjurkan istirahat
selama 3 minggu, tetapi akhir-akhir ini terdapat kecenderungan untuk mengurangi
masa istirahat ini (pada infark miokard sendiri dianjurkan bedrest hanya sampai
tidak timbul serangan 2 – 3 hari);
2. Penderita dirawat di rumah sakit pada serangan
pertama;
3. Dberikan sedatif, trankuilizer, bila perlu petidin/morfin;
4. Diberikan makanan lunak, rendah kalori dan
lemak;
5. Pemberian antikoagulan bila fasilitas
laboratorium mengijinkan;
6. Berikan vasodilator koroner.
G. ANGINA PEKTORIS
Nyeri
dada karena kurangnya penyediaan oksigen bagi miokardium (myocard hypoxaemia)
aterosklerosis arteri koroner. Nyeri dada ini spesifik, yaitu nyeri substernal
yang menjalar ke bahu kiri, lengan kiri sampai jari, dapat juga ke tenggorok,
abdomen atau kebelakang. Biasanya nyeri ini sebentar (2 – 3 menit, paling lama
½ jam).
PENATALAKSANAAN
PENGOBATAN SERANGAN AKUT
1. Tablet nitrogliserin diletakkan di bawah lidah
secepatnya waktu mulai serangan.
Dosis mulai dari 0,15 mg. Dapat diulangi
dengan dosis yang lebih besar setelah 5 – 10 menit. Jangan diam dalam posisi
berdiri karena memudahkan terjadinya hipotensi postural yang menimbulkan
kolaps;
2. Amil nitrit, dipecahkan dan dihisap
(inhalasi);
3. Bila tidak terdapat obat-obat di atas, dapat
digunakan alkohol;
4. Penderita harus tetap diam tenang sampai
serangan berlalu.
PENCEGAHAN SERANGAN BERIKUTNYA
1. Pendidikan bagi penderita mengenai sebab
angina yaitu ketidakseimbangan kebutuhan oksigen dari miokard dengan penyediaan
oksigen, dan perjalanan penyakit jantung insemik. Dengan demikian penderita
akan lebih kooperatif dan dapat mengurangi stress;
2. Mengobati – menghindari faktor predisposisi
dan presipitasi antara lain hipertensi, diabetes meitus, hiperlipidemia, stress
kejiwaan, obesitas, terlalu banyak merokok, inaktivitas dan anemia.
a. Diet.
Koreksi
dari obesitas, dengan pengurangan berat badan keberat ideal, kerja jantung akan
berkurang.
Diet rendah
kolesterol dan lemak jenuh, sedangkan lemak tak jenuh boleh ditambahkan.
Bila
hiperlipidemia tak dapat diperbaiki dengan diet, dapat digunakan obat-obat
seperti klofibrat atau kolestiramin.
b. Aktivitas.
Batasi
aktivitas sedemikian sehingga tak sampai menimbulkan rasa nyeri atau napas
pendek. Hindari inaktivitas dengan melakukan kegiatan yang teratur dan
ditingkatkan secara lambat-laun untuk menambah daya cadangan jantung dan
toleransi terhadap aktivitas.
Hindari
stress fisik yang mendadak. Sebaiknya istrahat kira-kira ½ jam setelah makan.
3. Obat-obatan :
a. Nitrogliserin sublingual sebelum aktivitas.
b. “Long – acting nitrates”, yaitu Pentaeritriol
tetranitrat 3 x 10 mg sehari sebelum makan.
Sorbid
nitrat a 5 mg, 3 – 4 x 1 – 2 tablet sehari. Dapat juga digunakan Dipiridamol.
c. Penghambat adrenoseptor beta. Obat ini dapat
mengurangi kerja jantung.
Penggunaannya
sebaiknya secara kombinasi dengan “long – acting nitrates”.
Efek-efek samping obat adalah : rasa
lelah, rasa berat diekstremitas, pusing, mual, diare, mimpi dan depresi.
H. INFARK MIOKARD.
ETIOLOGI
1. Tertutupnya salah satu cabang arteri koroner;
2. Sklerosis pembuluh darah koroner.
GEJALA KLINIK
Keluhan nyeri substernal, dapat juga
prekordial atau epigastrium sifatnya seperti tertekan benda berat,
ditusuk-tusuk, diiris-iris, rasa panas yang sukar diuraikan. Rasa sakit
menjalar ke lengan kiri, ke leher sampai rasa tercekik.
Penderita dapat meninggal. Timbulnya dapat
mendadak atau tidak. Pada pemeriksaan Nampak penderita yang sedang kesakitan,
keringat dingin, hipotensi. Nadi permulaan lambat, kemudian agak cepat. Sering
ditemukan aritma.
PENATALAKSANAAN
Prinsipnya adalah :
1. Mengurangi/menghilangkan rasa sakit;
2. Mengurangi kerja jantung sampai daerah infark
menjadi sembuh;
3. Mencegah perjalanan infark;
4. Mengatasi komplikasi seperti dekompesatio
kordis, aritmia syok dan lain-lain.
Pengawasan penderita sangat penting, jangan
emosi dan hindari dari hal-hal yang menimbulkan stress.
I. ARITMIA
JANTUNG
TAKIKARDIA REGULER
1. Sinus takikardia
2. Takikardia atrium atau nodal yang paroksismal
(takikardia supraventrikel)
3. Takikardia ventrikel
4. Fluter atrium dengan tingkat blok yang tidak
berubah.
TAKIKARDIA IREGULER
1. Fibrilasi atrium
2. Flutter atrium dengan bermacam-macam blok
3. Takikardia atrium atau nodal yang paroksimal
dengan blok
4. Sinus takikardia dengan beberapa macam
premature beat.
BADIKARDIA IREGULER
1. Sinus bradikardia
2. Irama nodus
3. Blok jantung parsial tingkat II dengan blok
yang menetap.
4. Blok jantung total.
BRADIKARDIA IREGULER
1. Sinus bradikardia dengan sinus aritmia yang
nyata atau ekstrasistole yang sering.
2. Blok jantung parsial dengan “ dropped beats “
yang sering atau singkat atau tingkat blok yang berubah.
DENYUT JANTUNG NORMAL DENGAN IRAMA
IREGULER
1. Ekstasistole yang sering
2. Fibrilasi atrium yang dikontrol degan
Kardioglikosida
3. Sinus aritmia.
4. Blok jantung parsial dengan “ dropped beats “.
“ CARDIAC ARREST “
1. Fibrilasi vetrikel
2. “Cardiac standstill”.
DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan kardiologi rutin (perhatikan
tertama frekwensi pulsasi a. radiasi dan iramanya).
2. Elektro kardiografi.
PENATALAKSANAAN
Pada sinus takikardia
Denyut jantung jarag melebihi 160/menit.
Pengobatan ditujukan terhadap penyebabnya, seperti hipetiroid, syok,
dekompensasio kordis, anemia atau faktor-faktor psikik. Pada sinus takikardia
penekanan bola mata atau “carotis massage” akan memperlambat frekwensi denyut
jantung, tapi bila tindakan ini dihentikan denyut jantung akan kembali ke irama
semula.
Pada Takikardia atrium atau nodal yang
proksimal
Frekwensi lebih cepat dari sinus takikardia.
Penekanan bola mata dan “carotis massage” akan cepat mengembalikan irama ke
irama sinus, tetapi kadang-kadang tidak berhasil.
Pada takikardia ventrikel
Diagnosis yang tepat harus dengan ECG.
Berikan 50 – 100 mg lignokain i.v. yang diikuti
dengan pemberian infuse lignokain 500 – 1000 mg dalam 500 ml glukosa 5% dengan
kecepatan 1 – 2 mg per menit.
Teruskan infuse lignokain selama lebih dari 2
hari dengan dosis 1 – 2 mg permenit, hingga takikardia ventrikel tidak kembali.
Pada fibrilasi atrium
Sering dijumpai pada penderita hipertiroid,
hipertensi, koroner infusiensi. Pengobatan ditujukan terhadap kasusnya.
Pada Sinus bradikardia
Bila disertai keluhan, frekwensi sangat lambat
dan infark jantung akut/proses lama, maka harus diobati. Berikan atropine
sulfat 0,5 – 1 mg i.v. atau i.m. dan dapat diulangi lagi sesudah 10 menit jika
perlu. Bila tidak ada efek, dapat diberikan infuse isoprenalin HCl (isuprel)
0,5 x mg dalam 500 ml glukosa 5% (i microgram permenit). Bila tidak berhasil
dengan obat-obatan, pertimbangkan “atrial pacing” atau “ventricular pacing”.
Pada Irama nodus
Bila ada keluhan disertai denyut jantung yang
sangat pelan atau dengan infark jantung akut, maka harus diobati seperti pada
sinus bradikardia. Jika irama nodus tidak dapat dikembalikan ke irama sinus dan
penderita tanpa keluhan maka tidak perlu pengobatan.
Pada Blok jantung parsiil tingkat II
dengan blok yang menetap
Berikan atropine sulfat 0,5 mg i.v. atau
infuse isoprenalin HCl 0,5 mg dalam 500 ml glukosa 5% (menggunakan obat).
Pada sinus bradikardia dengan sinus
aritmia yang nyata atau ekstrasistol yang sering
Pengobatan seperti pada sinus bradikardia.
Sinus aritmia
Tidak perlu pengobatan.
Fibrilasi ventrikel
Segera lakukan “extracardiac massage” dan
pernafasan buatan dengan oksigen melalui air viva.
“Cardiac standstill”
Pukul sternum 1/3 bagian bawah, lakukan
“external-cardiac massage”, pernafasan buatan. Berikan isuprel 0,1 mg dalam 5
ml glukosa 5% i.v kalau tidak ada efek boleh diulang sekali lagi setelah 3 – 5 menit.
Bila gagal, berikan 10 ml kalsium glukonat 10% i.v. dan boleh diulang tiap 10
menit.
J. GAGAL JANTUNG
DEFINISI
Gagal jantung (GJ) adalah sindrom klinis
(sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat
istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau
fungsi jantung.
Gagal jantung merupakan penyakit yang sering
ditemukan dan termasuk salah satu dari urutan tertinggi dalam daftar penyebab
kematian di kebanyakan Negara-negara barat.
Curah jantung pada waktu istirahat kira-kira 4,5 L per menit yang diatur
dengan tepat. Apabila terjadi perbedaan sedikit dari curah jantung antara
ventrikel kanan dan ventrikel kiri maka akan menimbulkan gangguan yang berat
dan kematian.
KELUHAN DAN GEJALA
Gejala
ini timbul secara bertahap, terkadang setelah periode beberapa bulan atau
beberapa tahun. Gejala utamanya adalah sesak nafas. Terkadang pernafasan dapat
didengar berbunyi seperti asma bronchial.
Gejala
berikutnya adalah edema perifer.
Penderita biasanya mengeluh bahwa pada waktu bangun pagi kakinya masih normal,
tetapi semakin siang kaki dan pergelangan kaki bengkak dan pasien mengeluh
tentang perasaan berat dikakinya. Pada umumnya pada waktu malam hari, edema
pada kaki kanan diangkut dan dibuang melalui urine. Oleh karena itu pada waktu
malam hari, penderita mengeluarkan kencing yang banyak dan pada umumnya paling
sedikit mengeluarkan urine sebanyak 3 kali (nokturia).
Nokturia merupakan gejala penting pada gagal jantung.
Pada
gagal jantung terdapat darah yang berlebihan di dalam sinus-sius hati. Hati
akan membengkak dan pada palpasi terasa lunak dan sakit. Sehingga akan
menimbulkan perasaan tidak enak pada perut bagian atas, terutama setelah makan.
Tanda
yang penting pada kasus gagal jantung adalah warna biru pada kulit tangan,
kaki, mukosa bibir, dan pipi. Ini disebut sianosi.
BEBERAPA ISTILAH
DALAM GAGAL JANTUNG
Gagal Jantung Sistolik dan Diastolik
Kedua jenis ini terjadi secara tumpang tindih
dan tidak dapat dibedakan dari pemeriksaan jasmani, foto toraks atau EKG dan
hanya dapat dibedakan dengan eko-Doppler.
Gagal jantung
sistolik adalah ketidakmampuan kontraksi jantung memompa sehingga curah jantung
menurun dan menyebabkan kelemahan, fatik, kemampuan aktivitas fisik menurun dan
gejala hipoperfusi lainnya.
Gagal jantung
diastolik adalah gangguan relaksasi dan gangguan pengisian ventrikel. Gagal
jantung diastolik didefinisikan sebagai gagal jantung dengan fraksi ejeksi
lebih dari 50%. Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan Doppler-ekokardiografi
aliran darah mitral dan aliran darah vena pulmonalis. Tidak dapat dibedakan
dengan pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan jasmani saja.
PENATA LAKSANAAN
GAGAL JANTUNG
Ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi
penyebab gangguan diastolik seperti fibrosis, hipertrofi, atau iskemia. Di
samping itu kongesti sistemik/pulmonal akibat dari gangguan diatolik tersebut
dapat diperbaiki dengan restriksi garam dan pemberian diuretik.
Pada tahap simtomatik dimana sindrom GJ sudah
terlihat jelas seperti cepat capek (fatik), sesak nafas (dyspnea in effort,
orthopnea), kardiomegali, peningkatan tekanan vena jugularis, asites,
hepatomegalia dan edema sudah jelas, maka diagnosis GJ mudah dibuat. Tetapi
bila sindrom tersebut belum terlihat jelas seperti pada tahap disfungsi
ventrikel kiri/LV dysfunction (tahap asimtomatik), maka keluhan fatik dan
keluhan diatas yg hilang timbul tidak khas, sehingga harus ditopang oleh
pemeriksaan foto rontgen, ekokardiografi dan pemeriksaan Brain Natriuretic
Peptide.
Diuretik oral maupun parenteral tetap
merupakan ujung tombak pengobatan gagal jantung sampai edema atau asites hilang
(tercapai euvolemik). Digitalis diberikan bila ada aritmia supra-ventrikula
(fibrilasi atrium atau SVT lainya) atau ketiga obat diatas belum memberikan
hasil yang memuaskan. Intoksikasi digitais sangat mudah terjadi bila fungsi
ginjal menurun (ureum/kreatinin meningkat) atau kadar kalium rendah (kurang
dari 3.5 meq/L)
Pemakaian obat dengan efek
diuretik-Vasodilatasi seperti Brain Natriuretic Peptide(Nesiritide) masih dalam
penelitian. Pemakaian alat bantu seperti
Cardiac Resychronization Theraphy (CRT) maupun pembedahan, pemasangan
ICD (Intra-Cardiac Defibrillator) sebagai alat mencegah mati mendadak pada
gagal jantung akibat iskemia maupun non-iskemia dapat memperbaiki status
fungsional dan kualitas hidup, namun mahal. Transplantasi sel dan stimulasi
regenerasi miokard, masih terkendala dengan masih minimalnya jumlah miokard
yang dapat ditumbuhkan untuk mengganti miokard yang rusak dan masih memerlukan
penelitian lanjut.
DEFINISI GAGAL
JANTUNG AKUT
Gagal jantung akut didefinisikan sebagai
serangan cepat (rapid onset) dari gejala-gejala atau tanda-tanda (symptoms and
signals) akibat fungsi jantung yang abnormal. Dapat terjadi dengan atau tanpa
adanya sakit jantung sebelumnya. Disfungsi jantung bisa berupa disfungsi
sistolik atau disfungsi diastolik, keadaan irama jantung yang abnormal atau
ketidakseimbangan dari pre-load atau after-load, seringkali memerlukan
pengobatan penyelamatan jiwa, dan perlu pengobatan segera. GJA dapat berupa
acute de novo (serangan baru dari GJA, tanpa ada kelainan jantung sebelumnya)
atau dekompensasi akut dari GJK. GJA dapat timbul dengan satu atau beberapa
kondisi klinis yang berbeda.
Contoh klasik gagal jantung akut (GJA) adalah
robekan daun katup secara tiba-tiba akibat endocarditis, trauma atau infark
miokard luas. Curah jantung yang menurun secara tiba-tiba menyebabkan penurunan
tekanan darah tanpa disertai edema perifer.
MANIFESTASI
KLINIS
Manifestasi klinis GJA sangat banyak, dan kadang ada tumpang
tindih dengan manifestasi klinis yang lain, dan penanganannya pun bisa sangat
berbeda.
- Gagal jantung dekompensasi. (de novo atau sebagai gagal jantung kronik yang mengalami dekompensasi) dengan gejala atau tanda-tanda gagal jantung akut dengan gejala ringan, dan belum memenuhi syarat untuk syok kardiogenik, edema paru atau krisis hipertensi.
- Gagal jantung akut hipertensif terdapat gejala dan tanda gagal jantung disertai tekanan darah tinggi, dan gangguan fungsi jantung relatif, dan pada foto toraks terlihat tanda-tanda edema paru akut.
- Edema paru yang diperjelas dengan foto toraks dan respiratory distress berat dengan ronki yang terdengar pada referal lapangan paru dan ortopnea O2 saturasi biasanya kurang dari 90% sebelum dioperasi.
- Syok kardiogenik : didefinisikan sebagai adanya tanda-tanda hipoperfusi jaringan yang diakibatkan oleh gagal jantung rendah atau preload dikoreksi. Tidak ada definisi yang jelas dari parameter hemodinamik, akan tetapi syok kardiogenik biasanya ditandai dengan penurunan tekanan darah (sistolik kurang dari 90mm Hg, atau berkurangnya tekanan arteri rata-rata lebih dari 30mm Hg) dan atau penurunan pengeluaran urin (kurang dari 0,5 ml/kg/jam) dengan laju nadi >60 kali per menit dengan atau tanpa adanya kongesti organ. Tidak ada batas yang jelas antara sindrom curah jantung rendah dengan syok kardiogenik.
- High output failure, ditandai dengan curah jantung yang tinggi, biasanya dengan laju denyut jantung yang tinggi misalnya mitral aritmia, tirotoksikosis, anemia, penyakit Raget’s, dan lain-lain, ditandai dengan jaringan perifer yang hangat, kongesti paru, kadang disertai tekanan darah yang rendah seperti pada syok septik.
- Gagal jantung kanan yang ditandai dengan sindrom low output, peninggian tekanan vena jugularis, pembesaran hati dan hipotensi.
DEFINISI GAGAL
JANTUNG KRONIK
Gagal jantung kronik didefinisikan sebagai
sindrom klinik yang komplek yang disertai keluhan gagal jantung berupa sesak,
fatik, baik dalam keadaan istirahat atau latihan, edema dan tanda objektif
adanya disfungsi jantung dalam keadaan istirahat.
Contoh gagal jantung kronis (GJK) adalah
kardiomiopati dilatasi atau kelainan multivalvular yang terjadi secara perlahan-lahan.
Kongesti perifer sangat menyolok, namun tekanan darah masih terpelihara dengan
baik.
PENANGANAN GAGAL
JANTUNG KRONIK
Pendekatan terapi pada gagal jantung dalam hal ini disfungsi
sistolik dapat berupa :
-
Saran umum, tanpa
obat-obatan.
-
Pemakaian obat-obatan.
-
Pemakaian alat,
dan tindakan bedah.
Penatalaksanaan Umum, Tanpa Obat-obatan
- Edukasi mengenai gagal jantung, penyebab, dan bagaimana mengenal serta upaya bila timbul keluhan, dan dasar pengobatan.
- Istirahat, olahraga, aktivitas sehari-hari, edukasi aktivitas seksual, serta rehabilitasi.
- Edukasi pola diet, kontrol asupan garam, air dan kebiasaan alkohol.
- Monitor berat badan, hati-hati dengan kenaikan berat badan yang tiba-tiba.
- Mengurangi berat badan pada pasien dengan obesitas.
- Hentikan kebiasaan merokok.
- Pada perjalanan jauh dengan pesawat, ketinggian, udara panas dan humiditas memerlukan perhatian khusus.
- Konseling mengenai obat, baik efek samping, dan menghindari obat-obat tertentu.
PENYAKIT JANTUNG
KONGENITAL PADA DEWASA
Penyakit jantung kongenital merupakan kelainan
struktur atau fungsi dari sistem kardiovaskular yang ditemukan pada saat lahir,
walaupun dapat ditemukan di kemudian hari.
DIET
PENYAKIT JANTUNG
Penyakit jantung terjadi akibat proses
berkelanjutan, dimana jantung secara berangsur kehilangan kemampuannya untuk
melakukan fungsinya secara optimal. Pada awalnya, jantung dapat mengkompensasi
ketidakefisien fungsinya dan mempertahankan sirkulasi darah normal melalui
pembesaran dan peningkatan denyut nadi (Compensated
Heart Disease).
Dalam keadaan tidak terkompensasi (Decompensatio Cordins), sirkulasi darah
yang tidak normal menyebabkan sesak napas (dyspnea),
rasa lelah dan rasa sakit di daerah jantung. Berkurangnya aliran darah dapat
menyebabkan kelainan pada fungsi ginjal, hati, otak, serta tekanan darah yang
berakibat terjadinya resorpsi natrium. Hal ini akan menyebabkan edema. Penyakit
jantung dapat menjadi akut apabila disertai infeksi (Endocarditis atau
Carditis), Gagal Jantung, setelah Myocard Infarct, dan setelah operasi jantung.
Tahukah Anda, menurut laporan WHO dari 58 juta
orang yang meninggal pada tahun 2005, sepertiganya (19 juta orang) yang
meninggal karena penyakit jantung? Di Indonesia, Survei Kesehatan Rumah Tangga
menunjukkan presentase orang yang meninggal karena penyakit jantung pada tahun
1980 adalah 11,6 persen, kemudian meningkat menjadi 41,2 persen pada tahun
2001. Angka-angka itu memberi peringatan kepada kita agar lebih waspada
terhadap berbagai faktor risiko penyakit jantung dan berupaya untuk
mencegahnya.
Bila jantung Anda ingin sehat:
·
Konsumsilah
cokelat. Kebanyakan pabrik pembuat cokelat menghilangkan padatan cocoa alami,
yang dapat membuat cokelat berwarna gelap tidak menarik, dan menghilangkan
flavanol karena ia terasa pahit. Padahal, cocoa dan flavanol yang membuat
cokelat menjadikannya makanan penyehat jantung.
·
Avokad
sebaiknya dimakan langsung dalam keadaan segar. Mengonsumsi irisan-irisan
avokad lebih baik daripada avokad yang dibuat jus. Bubuhkan sedikit gula, sebab
gula dapat mengurangi kadar magnesium.
·
Cara
mengolah ikan perlu diperhatikan agar omega-3 ikan tak banyak terbuang.
Pemasakan ikan yang terbaik ialah dengan dipepes, dikukus, ditim, atau
dipanggang.
·
Riset
yang dilakukan pada sekitar 1.300 orang usia lanjut di Massachuttes, Amerika
Serikat, memperlihatkan bahwa pengonsumsi wortel paling sedikit semangkuk sayur
per hari memiliki serangan jantung turun 60 persen.
TUJUAN DIET
·
Memeberikan
makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung.
·
Menurunkan
berat badan bila terlalu gemuk.
·
Mencegah
atau menghilangkan penimbunan garam atau air.
SYARAT DIET
·
Energi
cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
·
Protein
cukup ,yaitu 0,8 gr/kg BB.
·
Lemak
sedang, yaitu 25-30% dari kebutuhan energy total, 10% berasal dari lemak jenuh,
dan 10-15% lemak tidak jenuh.
·
Kolesterol
rendah, terutama jika disertai dengan dislipidemia
·
Vitamin
dan mineral cukup. Hindari oenggunaan suplemen kalium, kalsium, dan magnesium
jika tidak dibutuhkan.
·
Garam
rendah, 2-3 gr/hari, jika disertai hipertensi atau edema.
·
Makanan
mudah dicerna dan tidak menimbulkan gas
·
Serat
cukup untuk menghindari konstipasi.
·
Cairan
cukup, ± 2 L/hari sesuai dengan kebutuhan
·
Bentuk
makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan dalam porsi kecil
·
Bila
kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan tambahan
berupa makanan enteral, parental, atau supleman gizi.
JENIS DIET DAN INDIKASI PEMBERIAN
·
Diet
Jantung I
Diberikan kepada pasien penyakit jantung akut
seperti Myocard infarct (MCI) atau
Dekompensasio Kordis Berat. Diet diberikan berupa 1-1,5 L cairan/hari selama
1-2 hari pertama bila pasien dapat menerimanya. Diet ini sangat rendah energy
dan semua zat gizi, sehingga sebaiknya hanya diberikan selama 1-3 hari.
·
Diet
Jantung II
Diberikan dalam bentuk Makanan Saring atau
Lunak. Diet ini diberikan sebagai perpindahan dari Diet Jantung I atau setelah
fase akut dapat diatasi. Jika disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan
sebagai Diet Jantung II Garam Rendah. Diet ini rendah energy, protein, kalsium,
dan tiamin.
·
Diet
Jantung III
Diberikan dalam bentuk Makanan Lunak atau
biasa. Diet diberikan kepada pasien sebagai perpindahan dari Diet Jantung II
atau kepada pasien jantung dengan kondisi yang tidak terlalu berat. Jika
disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai Diet Jantung III Garam
Rendah. Diet ini rendah energy dan kalsium, tetapi cukup zat gizi lain.
·
Diet
Jantung IV
Diberikan dalam bentuk Makanan Biasa. Diet ini
diberikan sebagai perpindahan dari Diet Jantung III atau kepada pasien jantung
dengan keadaan ringan. Jika disertai hipertensi/edema, diberikan sebagai Diet
Jantung IV Garam Rendah. Diet ini cukup energy dan zat gizi lain, kecuali
kalsium.
BAHAN
MAKANAN YANG DIANJURKAN DAN TIDAK DIANJURKAN
Bahan Makanan
|
Dianjurkan
|
Tidak Dianjurkan
|
Sumber
Karbohidrat
|
·
Beras ditim
atau disaring
·
Roti
·
Mie
·
Kentang
·
Macaroni
·
Biscuit
·
Tepung
beras/terigu/sagu aren/sagu ambon
·
Gula pasir
·
Gula merah
·
Madu
·
Sirup
|
Makanan yang
mengandung gas atau alcohol, seperti:
·
Ubi
·
Singkong
·
Tape singkong
·
Tape ketan
|
Sumber protein
hewani
|
·
Daging sapid
dan daging Ayam dengan rendah lemak
·
Ikan
·
Telur
·
Susu rendah
lemak dalam jumlah yang telah ditentukan
|
·
Daging sapi dan
daging ayam berlemak
·
Gajih
·
Sosis
·
Ham
·
Hati
·
Limpa
·
Babat
·
Otak
·
Kepiting dan
kerang-kerangan
·
Keju
·
Susu full cream
|
Sumber protein
nabati
|
Kacang-kacangan
kering, seperti:
·
Kacang kedelai
dan hasil olahannya (tempe, tahu)
|
Kacang-kacangan
kering yang mengandung lemak cukup tinggi, seperti:
·
Kacang tanah
·
Kacang mete
·
Kacang bogor
|
Sayuran
|
Sayuran yang
tidak mengandung gas:
·
Bayam
·
Kangkung
·
Kacang buncis
·
Kacang panjang
·
Wortel
·
Tomat
·
Labu siam
·
Tauge
|
Semua sayuran
yang mengandung gas:
·
Kol
·
Kembang kol
·
Lobak
·
Sawi
·
Nangka muda
|
Buah-buahan
|
Semua
buah-buahan segar, seperti:
·
Pisang
·
Papaya
·
Jeruk
·
Apel
·
Melon
·
Semangka
·
Sawo
|
Buhan-buahan
segar yang mengandung alcohol atau gas, seperti:
·
Durian
·
Nangka matang
|
Lemak
|
·
Minyak jagung
·
Minyak kedelai
·
Margarine dan
mentega dalam jumlah yang terbatas dan tidak untuk menggoreng tapi untuk
menumis
·
Kelapa atau
santan encer dalam jumlah terbatas
|
·
Minyak kelapa
·
Minyak kelapa
sawit
·
Santan kental
|
Miuman
|
·
Teh encer
·
Cokelat
·
Sirup
|
·
Teh / kopi
kental
·
Minuman yang
mengandung soda dan alcohol, seperti bird an wiski.
|
Bumbu
|
Semua bumbu
selain bumbu tajam dalam jumlah terbatas.
|
·
Lombok
·
Cabe rawit
·
Bumbu-bumbu
lain yang tajam
|
Disusun Oleh:
Fiqih Mutiara
Putri Utamining Tyas
Christine Nara Fane
1 komentar:
terimakasih banyak untuk informasinya... sangat membantu,
http://tokoonlineobat.com/obat-jantung-rematik-alami/
Posting Komentar