SISTEM
PENCERNAAN II
(USUS HALUS DAN
USUS BESAR)
Anatomi Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Diameter usus halus
kurang lebih 2,5 cm. Usus halus (intestinum) merupakan tempat penyerapan
sari makanan dan tempat terjadinya proses pencernaan yang paling panjang. Usus halus terdiri dari tiga bagian,
yaitu :
a. Usus dua belas jari (duodenum)
b. Usus kosong (jejunum)
c. Usus penyerap (ileum)
a. Usus 12 Jari
Usus dua
belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas
jari merupakan bagian terpendek dari usus halus (25 – 30 cm) dimulai dari bulbo
duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
pH usus
dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas
jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang
berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan
bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui
sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan
b. Usus Kosong (Jejunum)
Jejunum berasal dari bahasa Latin, jejunus, yang berarti "kosong". Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.
Jejunum berasal dari bahasa Latin, jejunus, yang berarti "kosong". Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan
dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara
histologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel
goblet dan plak Peyer. Sedikit
sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
c. Usus Penyerapan (Ileum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ileum memiliki panjang sekitar 2 – 2,5 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ileum memiliki panjang sekitar 2 – 2,5 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
Anatomi Dinding Usus Halus
1.
Dinding Usus
Halus
a.
Vili
Pada dinding usus penyerap
(ileum) terdapat jonjot-jonjot usus yang disebut vili. Vili berfungsi
memperluas daerah penyerapan usus halus sehingga sari-sari makanan dapat
terserap lebih banyak dan cepat. Dinding vili banyak
mengandung kapiler darah dan kapiler limfe (pembuluh getah bening usus). Agar
dapat mencapai darah, sari-sari makanan harus menembus sel dinding usus halus
yang selanjutnya masuk pembuluh darah atau pembuluh limfe. Glukosa, asam amino,
vitamin, dan mineral setelah diserap oleh usus halus, melalui kapiler darah
akan dibawa oleh darah melalui pembuluh vena porta hepar ke
hati. Selanjutnya, dari hati ke jantung kemudian diedarkan ke seluruh tubuh.
b.
Mikrovilli
Mikrovilli
adalah tonjolan – tonjolan halus berbentuk jari – jari. Mikrovilli berfungsi
untuk memperluas permukaan sel – sel epitel yang berhubungan dengan makanan,
untuk memfasilitasi penyerapan nutrisi
2.
Kelenjar
a.
Kelenjar – kelenjar
Usus (kripta Lieberkühn)
Tertanam
dalam mukosa dan membuka diantara basis – basis villi. Kelenjar ini mensekresi
hormon dan enzim
b. Kelenjar Penghasil Mukus
1. Sel Goblet terletak dalam epitelium di sepanjang
usus halus. Sel goblet menghasilkan mukus pelindung.
2. Kelenjar Brunner terletak dalam submukosa duodenum yang
berfungsi menghasilkan glikoprotein netral untuk menetralkan HCl lambung,
melindungi mukosa duodenum terhadap pengaruh asam getah lambung, dan mengubah
isi usus halus ke pH optimal untuk kerja enzim-enzim pankreas
3.
Jaringan Limfatik
Leukosit
dan nodulus limfe ada di keseluruhan usus halus untuk melindungi dinding usus
terhadap invasi benda asing. Pengelompokkan nodulus limfe membentuk struktur
yang dinamakan bercak Peyer.
Lapisan Dinding Halus
Dinding
usus halus mempunyai empat lapisan, yaitu :
1. Lapisan mukosa terdiri atas:
a. Epitel Pembatas
b. Lamina Propria yang terdiri
dari jaringan penyambung jarang yang akan akan pembuluh darah kapiler dan limfe
dan sel-sel otot polos, kadang - kadang juga mengandung kelenjar-kelenjar dan
jaringan limfoid
c. Muskularis Mukosae.
2. Lapisan Submukosa terdiri atas pembuluh darah, pembuluh limfe, pleksus saraf submukosa (Meissner), jaringan
limfoid.
3. Lapisan otot tersusun atas:
a.
Lapisan eksternal
longitudinal, lapisan internal tebal serat sirkular
b.
Kumpulan saraf yang
disebut pleksus mienterik (atau auerbach), yang terletak antara 2 sublapisan otot.
c.
Pembuluh
darah dan limfe.
4.
Lapisan membran
serosa merupakan lapisan tipis yang terdiri atas :
Jaringan penyambung jarang,
kaya akan pembuluh darah dan jaringan adiposa serta
epitel pipih selapis (mesotel).
Motilitas
Usus Halus
Merupakan gerakan usus halus mencampur
isinya dengan enzim untuk pencernaan, memungkinkan produk akhir pencernaan
mengadakan kontak dengan sel absorptif, dan mendorong zat sisa memasuki usus
besar. Pergerakan ini dipicu oleh
peregangan dan secara refleks dikendalikan oleh sistem saraf otonom. Motilitas usus halus terdiri atas :
1. Gerakan Segmentasi
Pergerakan Segmentasi adalah gerakan mencampur makanan dengan enzim-enzim pencernaan agar mudah untuk dicerna dan diabsorbsi. Otot yang berperan pada kontraksi segmentasi untuk mencampur makanan adalah otot longitudinal. Bila bagian mengalami distensi oleh makanan, dinding usus halus akan berkontraksi secara lokal. Pada saat satu segmen usus halus yang berkontraksi mengalami relaksasi, segmen lainnya segera akan memulai kontraksi, demikian seterusnya. Gerakan ini berulang terus sehingga makanan akan bercampur dengan enzim pencernaan dan mengadakan hubungan dengan enzim mukosa dan selanjutnya terjadi absorbsi.
Pergerakan Segmentasi adalah gerakan mencampur makanan dengan enzim-enzim pencernaan agar mudah untuk dicerna dan diabsorbsi. Otot yang berperan pada kontraksi segmentasi untuk mencampur makanan adalah otot longitudinal. Bila bagian mengalami distensi oleh makanan, dinding usus halus akan berkontraksi secara lokal. Pada saat satu segmen usus halus yang berkontraksi mengalami relaksasi, segmen lainnya segera akan memulai kontraksi, demikian seterusnya. Gerakan ini berulang terus sehingga makanan akan bercampur dengan enzim pencernaan dan mengadakan hubungan dengan enzim mukosa dan selanjutnya terjadi absorbsi.
Kontraksi
segmentasi berlangsung karena
adanya gelombang lambat yang merupakan basic electrical rhytm (BER) dari otot
polos saluran cerna. Proses kontraksi segmentasi berlangsung 8 sampai 12
kali/menit pada duodenum, 9 kali/menit, dan sekitar 7 kali/menit pada ileum,
dan setiap kontraksi berlangsung 5 sampai 6 detik.
2. Gerakan Peristaltik
Pergerakan profulsif atau gerakan peristaltik mendorong makanan kearah usus besar (colon). Pembagian pergerakan ini sebenarnya sulit dibedakan oleh karena sebagian besar pergerakan usus halus merupakan kombinasi dari kedua gerakan tersebut di atas.
Pergerakan profulsif atau gerakan peristaltik mendorong makanan kearah usus besar (colon). Pembagian pergerakan ini sebenarnya sulit dibedakan oleh karena sebagian besar pergerakan usus halus merupakan kombinasi dari kedua gerakan tersebut di atas.
Gerakan
peristaltik pada usus halus mendorong makanan menuju kearah kolon dengan
kecepatan 0,5 sampai 2 cm/detik, dimana pada bagian proksimal lebih cepat
dibandingkan pada bagian distal. Gerakan peristaltic ini sangat lemah dan
biasanya menghilang setelah berlangsungsekitar 3 sampai 5 cm, dan jarang lebih
dari 10 cm. Rata-rata pergerakan makanan pada usus halus hanya 1
cm/menit. Ini berarti pada keadaan normal , makanan dari pilorus akan tiba di
ileocaecal junction dalam waktu 3-5 jam.
Sekresi Usus Halus
Usus menghasilkan mucus dan liur pencernaan yang berfungsi
untuk melindungi duodenum dari asam lambung. Mukus yang dihasilkan oleh
kelenjar mucus – kelenjar Brunner’s – yang berlokasi antara pylorus dan papilla
vater, dimana liur pankreas dan empedu masuk ke duodenum. Kelenjar ini menghasilkan mucus akibat adanya
rangsangan saraf vagus serta hormone sekretin, saraf simpatis menghambat
sekresi mucus.
Kriptus
Lieberkühn (Crypts of Lieberkhn) menghasilkan liur pencernaan 1800 ml/hari. Cairan ini sedikit alkalis dengan pH 7,5 – 8,0
serta dengan cepat diabsorbsi kembali oleh vili. Proses sekresi oleh kriptus
Lieberkhn terjadi melalui transport aktif. Toksin cholera dapat menyebabkan
sekresi cairan, terutama pada daerah jejunum sangat meningkat. Pada serangan cholera,
sekresi cairan dapat mencapai 5-10 liter sehingga menyebabkan syok akibat
dehidrasi berat.
Digesti Usus
Halus
Digesti adalah perubahan fisik dan
kimia dari makanan dengan menggunakan bantuan enzim dan koenzim yang
pengeluarannya diatur oleh hormon dan syaraf, sehingga makanan menjadi
molekul-molekul yang dapat diabsorpsi kedalam aliran darah. Enzim – enzim usus dan
cara kerjanya antara lain:
a.
Enterokinase mengaktivasi tripsinogen pankreas menjadi tripsin, yang
kemudian mengurai protein dan peptida menjadi peptida yang lebih kecil.
b.
Aminopeptidase, tetrapeptidase, tripeptidase, dan dipeptidase mengurai
peptida menjadi asam amino bebas
c.
Amilase Usus menghidrolisis zat tepung menjadi disakarida (maltosa,
sukrosa, dan laktosa)
d.
Maltase, Isomaltase, laktase, dan sukrase memecah disakarida maltosa,
laktosa, dan sukrosa, menjadi monosakarida
e.
Lipase usus memecah
monogliserida menjadi asam lemak dan gliserol
Absorpsi Usus Halus
Semua produk pencernaan karbohidrat,
protein dan lemak serta sebagian besar elektrolit, vitamin dan air dalam
keadaan normal diserap oleh usus halus. Sebagian besar penyerapan berlangsung
di duodenum dan jejenum, dan sangat sedikit yang berlangsung di ileum.
a.
Penyerapan Garam dan Air
Air diabsorpsi melalui mukosa usus ke dalam darah hampir seluruhnya melalui osmosis. Natrium diserap secara transpor aktif dari dalam sel epitel. Sebagian Na diabsorpsi bersama dengan ion klorida.
b. Penyerapan Karbohidrat
Karbohidrat diserap dalam bentuk disakarida maltosa, sukrosa, dan laktosa. Disakaridase yang ada di brush border menguraikan disakarida ini menjadi monosakarida yang dapat diserap yaitu glukosa, galaktosa dan fruktosa. Glukosa dan galaktosa diserap oleh transportasi aktif sekunder sedangkan fruktosa diserap melalui difusi terfasilitasi.
c. Penyerapan Protein
Protein diserap di usus halus dalam bentuk asam amino dan peptida, asam amino diserap menembus sel usus halus melalui transpor aktif sekunder, peptida masuk melalui bantuan pembawa lain dan diuraikan menjadi konstituen asam aminonya oleh aminopeptidase di brush border atau oleh peptidase intrasel, dan masuk ke jaringan kapiler yang ada di dalam vilus.
Dengan demikian proses penyerapan karbohidrat dan protein
melibatkan sistem transportasi dkhusus yang diperantarai oleh pembawa dan
memerlukan pengeluaran energi serta transportasi Na.
d. Penyerapan Vitamin
Vitamin yang larut dalam air diabsorpsi secara pasif bersama air, sedangkan yang larut dalam lemak diabsorpasi secara pasif dengan produk akhir pencernaan lemak.
e. Penyerapan Lemak
Asam lemak larut lipid dan gliserol diabsorpsi dalam bentuk micelle, yaitu suatu globulus garam empedu yang mengelilingi bagian berlemak. Micelle membawa asam lemak dan monoglikoserida menuju sel epithelial, tempatnya dilepas dan diabsorpsi melalui difusi pasif menuju membrane sel usus
Usus Besar
Usus besar/intestinum krasum merupakan
saluran terakhir dari saluan pencernaan. Sesuai dengan namanya, usus ini
memiliki ukuran diameter 6,5 cm (bandingkan dengan ukuran diameter usus halus,
yaitu 2,5 cm), sedangkan ukuran panjangnya hanya 1 meter. Pada pertemuan antara
usus halus dan usus besar terdapat suatu kantong yang disebut sekum (lebih
dikenal sebagai usus buntu) dan apendiks (umbai cacing). Pada manusia, umbai
cacing berfungsi untuk melawan infeksi. Peradangan pada umbai cacing disebut
apendiksistis. Pada sekum terdapat sebuah klep yang disebut klep ileosekum,
yaitu semacam otot sfingter yang berfungsi untuk mencegah bakteri tidak kembali
ke usus halus.
Usus besar atau disebut juga kolon
dibedakan atas 3 bagian, yaitu usus besar naik atau kolon ascenden, usus besar melintang atau kolon transversum, dan usus besar
turun atau kolon descenden.
Didalam usus besar hidup berbagai
bakteri, terutama Escherichia coli, jenis bakteri yang dapat hidup dengan atau
tanpa oksigen. Bakteri ini berfungsi dalam pembusukan sisa makanan dan pembentukan
vitamin K dan B kompleks yang diperlukan oleh tubuh. Selain itu, didalam usus
besar terjadi juga proses pengaturan kadar air dalam pembentukan feses.
Selanjutnya, melalui gerakan peristaltik feses yang terbentuk didorong masuk
kedalam rektum. Rektum merupakan bagian terakhir dari usus besar yang berfungsi
sebagai tempat penampungan sementara sebelum dikeluarkan melalui sfingter
terakhir, yaitu anus. Proses pengeluaran feses melalui anus disebut dengan
dengan defekasi.
Secara makroskopis usus besar dapat
dibagi menjadi 6 bagian, yaitu sekum, kolon ascenden, kolon transversus, kolon
desenden, sigmoid, dan rektum. Keenam bagian ini sulit dibedakan secara
histologis.
a. Sekum
Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung dibawah area katup ileosekal. Sekum atau caecum adalah bagian dari usus besar yang menghubungkan ileum (usus halus) dan colon ascenden (usus besar). Berfungsi menyerap air dan garam.
Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung dibawah area katup ileosekal. Sekum atau caecum adalah bagian dari usus besar yang menghubungkan ileum (usus halus) dan colon ascenden (usus besar). Berfungsi menyerap air dan garam.
b. Kolon
Kolon adalah bagian usus besar
dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki 3 divisi.
1. Kolon asenden merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di sebelah kanan dan
membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.
2. Kolon transversa merentang menyilang abdomen dibawah
hati dan lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke bawah
pada fleksura splenik.
3. Kolon desenden merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi kolon sogmoid
berbentuk S yang bermuara di rektum.
c. Rektum
Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12-13 cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus. Bagian terakhir dari usus besar disebut rektum. Di sinilah bahan limbah dalam bentuk feses disimpan sampai diekskresikan keluar dari anus. Ini terdiri dari lapisan mukosa tebal dan disertakan dengan banyak pembuluh darah.
Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12-13 cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus. Bagian terakhir dari usus besar disebut rektum. Di sinilah bahan limbah dalam bentuk feses disimpan sampai diekskresikan keluar dari anus. Ini terdiri dari lapisan mukosa tebal dan disertakan dengan banyak pembuluh darah.
1. Mukosa saluran anal tersusun
dari kolumna rektal(anal), yaitu lipatan-lipatan vertikal yang masing-masing berisi
arteri dan vena.
2. Sfingter dan internal otot
polos (involunter) dan sfingter anal eksternal otot rangka (volunter) mengitari
anus.
Proses
Pencernaan pada Usus Besar
Usus besar tidak ikut serta dalam
proses absorpsi makanan. Bila usus halus mencapai sekum, semua zat makanan
telah diadsorpsi dan isinya cair. Selama perjalanan didalam kolon isinya
menjadi semakin padat karena air di absorpsi dan ketika rektum dicapai maka
feses bersifat padat-lunak.
Sistem Kerja
Usus Besar
Usus besar atau kolon memiliki panjang
± 1 meter dan terdiri atas kolon ascendens, kolon transversum, dan kolon
descendens.Di antara intestinum tenue (usus halus) dan intestinum crassum (usus
besar) terdapat sekum (usus buntu). Pada ujung sekum terdapat tonjolan kecil
yang disebut appendiks (umbai cacing) yang berisi massa sel darah putih yang
berperan dalam imunitas.
Zat-zat sisa di dalam usus besar ini
didorong kebagian belakang dengan gerakan peristaltik. Zat-zat sisa ini masih
mengandung banyak air dan garam mineral yang diperlukan oleh tubuh. Air dan
garam mineral kemudian
diabsorpsi kembali oleh dinding kolon, yaitu kolon ascendens. Zat-zat sisa
berada dalam usus besar selama 1 sampai 4 hari. Pada saat itu terjadi proses
pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantu bakteri Escherichia coli, yang
mampu membentuk vitamin K dan B12.
Selanjutnya dengan gerakan
peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit demi sedikit ke saluran akhir
dari pencernaan yaitu rektum dan akhirnya keluar dengan proses defekasi
melewati anus.
Defekasi diawali dengan terjadinya
penggelembungan bagian rektum akibat suatu rangsang yang disebut refleks
gastrokolik. Kemudian akibat adanya aktivitas kontraksi rektum dan otot
sfingter yang berhubungan mengakibatkan terjadinya defekasi. Di dalam usus
besar ini semua proses pencernaan telah selesai dengan sempurna.
Fungsi Usus
Besar
a. Absorbsi air, garam dan glukosa
Usus besar mengabsorbsi 80% sampai 90% air dan elektrolit
dari kimus yang tersisa dan mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi
padat.
b. Sekresi
Sekresi Mukus. Mukosa usus besar, seperti mukosa usus
halus,dilapisi oleh kripta Lieberkuhn, tetapi sel- sel epitel hampir tidak mengandung
enzim. Sebagai gantinya, mereka hampir seluruhnya diliputi oleh sel goblet.
Pada permukaan epitel usus besar juga terdapat banyak sel goblet yang tersebar
di antara sel – sel epitel lainnya.
Oleh karena itu, satu – satunya ekskresi yang bermakna
dalam usus besar adalah mucus. Mukus dalam usus besar berfungsi melindungi
dinding terhadap eksokoriasi, selain itu, berperan sebagai media pelekat agar
bahan feses saling bersatu. Selanjutnya, ia melindungi dinding usus dari
aktivitas bakteri yang besar, yang berlangsung di dalam feses dan mucus,
ditambah sekresi yang bersifat alkali, juga memberikan penawar terhadap asam
yang dibentuk dalam feses, yang mencegah penyerangan dinding usus
Sekresi air dan elektrolit sebagai respon terhadap
iritasi. Bila suatu segmen usus besar mengalami iritasi hebat, seperti yang
terjadi bila infeksi bakteri menghebat selama enteritis
bakterialis, mukosa kemudian mensekresi air dan elektrolit dalam jumlah
besar selain larutan mucus normal yang kental. Zat ini bekerja mengencerkan faktor pengiritasi dan
menyebabkan pergerakan feses yang cepat menuju ke anus. Hasilnya biasanya
berupa diare disertai kehilangan banyak air dan elektrolit tetapi juga
penyembuhan dari penyakit yang lebih awal dibandingkan bila hal ini tidak
terjadi.
c. Penyiapan selulosa
Sejumlah bakteri dalam kolon mampu mencerna sejumlah
kecil selulosa dan memproduksi sedikit kalori nutrien bagi tubuh dalam setiap
hari. Bakteri juga memproduksi vitamin dan berbagai gas. Penyiapan selulosa
yang berupa hidrat karbon di dalam tumbuh-tumbuhan, buh-buahan dan sayuran
hijau, dan penyiapan sisa protein yang belum dicernakan oleh kerja bakteri
untuk ekskresi.
d. Defekasi
Proses defekasi (buang air besar) adalah proses yang
sangat penting dalam proses pencernaan, juga sangat erat kaitannya dengan
tingkat kesehatan tubuh. Usus besar mengekskresi zat sisa dalam bentuk feses. Air mencapai 75% sampai 80%
feses. Sepertiga materi padatnya adalah bakteri dan sisanya yang 2% sampai 3%
dalah nitrogen, zat sisa organik dan anorganik dari sekresi pencernaan, serta
mukus dan lemak. Feses juga
mengandung sejumlah materi kasar, atau serat dan selulosa yang tidak tercerna.
Warna coklat berasal dari pigmen empedu dan bau berasal dari kerja bakteri.
Jika proses defekasi terhambat maka akan terjadi
penumpukan sisa-sisa makanan yang telah membusuk. Pembusukan tesebut
menghasilkan toksin yang dapat mengikis membran mukosa usus besar sehingga
terjadi infeksi. Selain itu tumpukan kotoran yang tidak terbuang akan membentuk
plak di dinding usus. Plak ini dapat menjadi tempat bersarangnya bakteri dan
virus patogen yang dapat menginfeksi membran usus dan masuk ke sirkulasi tubuh
dan menyerang seluruh organ tubuh. Kondisi inilah yang disebut proses
autointoksinasi. Sisa-sisa makanan akan mengalami masa transit di usus besar
kurang lebih 14 jam. Kemudian pembuangan bila lambung terisi makanan dan
merangsang peristaltik didalam usus besar.
Pergerakan
Usus Besar
a. Gerakan Mencampur – Haustra
Melalui cara yang sama dengan terjadinya gerak segmentasi
dalam usus halus, kontraksi-kontraksi sirkular yang besar terjadi dalam usus
besar. Pada setiap kontriksi ini, kira-kira 2,5 cm otot sirkular akan
berkontraksi, kadang menyempitkan lumen kolon sampai hampir tersumbat. Pada
saat yang sama, otot longitudinal kolon yang terkumpul menjadi tiga pita
longitudinal yang disebut taenia coli, akan berkontraksi. Kontraksi gabungan
dari pita otot sirkular dan longitudinal menyebabkan bagian usus besar yang
tidak terangsang menonjol ke luar memberikan bentuk serupa-kantung yang disebut
haustra.
Setiap haustra biasanya mencapai intensitas puncak dalam
waktu sekitar 30 detik dan kemudian menghilang selama 60 detik berikutnya.
Kadang-kadang kontraksi juga bergerak lambat menuju ke anus selama masa
kontraksinya, terutama pada sekum dan kolon asenden, dan karena itu menyebabkan
sejumlah kecil dorongan isi kolon ke depan. Beberapa menit kemudian, timbul
kontraksi haustra yang baru pada daerah lain yang berdekatan. Oleh karena itu,
bahan feses dalam usus besar secara lambat diaduk dan diputar seperti seseorang
sedang mencampurkan bahan bangunan. Dengan cara ini, semua bahan feses bertahap
bersentuhan dengan permukaan mukosa usus besar, dan cairan-cairan zat terlarut
secara progresif diabsorpsi hingga hanya terdapat 80 sampai 200 mililiter feses
yang dikeluarkan setiap hari.
Karena gerakan kolon lambat, bakteri memiliki cukup waktu
untuk tumbuh dan menumpuk di usus besar. Sebaliknya, di usus halus isi lumen
biasanya bergerak cukup cepat, sehingga bakteri sulit tumbuh. Tidak semua
bakteri yang termakan dapat dihancurkan oleh lisozim liur dan HCL lambung,
sehingga bakteri yang dapat bertahan hidup dapat tumbuh subur di usus besar.
Sebagian besar mikro-organisme di kolon tidak berbahaya apabila berada dilokasi
ini.
b. Gerakan Mendorong – Pergerakan Massa
Tiga sampai empat kali sehari, umumnya setelah makan,
terjadi peningkatan nyata motilitas, yaitu terjadi kontraksi simultan
segmen-segmen besar di kolon asendens dan transverse, sehingga dalam beberapa
detik feses terdorong sepertiga sampai tiga perempat dari panjang kolon. Kontraksi-kontraksi masif yang diberi
nama gerakan massa ( mass movement) ini, mendorong isi kolon kebagian distal
usus besar, tempat isi tersebut disimpan sampai terjadi defekasi.
Sewaktu
makanan masuk ke lambung, terjadi gerakan massa di kolon yang terutama
disebabkan oleh refleks gastrokolik, yang diperantai oleh gastrin dari lambung
ke kolon dan oleh saraf otonom ekstrinsik. Pada banyak orang , refleks ini
paling jelas setelah makanan pertama (pagi hari) dan sering diikuti oleh keinginan
kuat untuk segera buang air besar. Dengan demikian, makanan yang baru memasuki
saluran pencernaan, akan terpicu oleh refleks-refleks untuk memindahkan isi
yang sudah ada ke bagian saluran cerna yang lebih distal dan memberi jalan bagi
makanan baru tersebut. Refleks gastroileum memindahkan isi usus halus yang
tersisa ke dalam usus besar, dan refleks gastrokolik mendorong isi kolon ke
dalam rectum yang memicu refleks defekasi.
c. Refleks Defekasi
Sewaktu gerakan massa kolon mendorong isi kolon ke dalam
rektum, terjadi peregangan rektum yang kemudian merangsang reseptor regang di
dinding rectum dan memicu refleks defekasi.1 Satu dari refleks-refleks ini
adalah refleks intrinsik yang diperantarai oleh sistem saraf enterik setempat
di dalam rektum. Hal ini bisa dijelaskan sebagai berikut : Bila feses memasuki
rektum, distensi dinding rektum menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang menyebar
melalui pleksus mienterikus untuk menibulkan gelombang peristaltik di dalam
kolon desenden, sigmoid, dan rektum, mendorong feses ke arah anus. Sewaktu
gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter ani internus direlaksasi oleh
sinyal-sinyal penghambat dari pleksus mienterikus. Jika sfingter ani eksternus
juga dalam keadaan sadar, dan berelaksasi secara volunter pada waktu yang
bersamaan, terjadilah defekasi. Peregangan awal dinding rektum menimbulkan
perasaan ingin buang air besar.
Apabila defekasi ditunda, dinding rektum yang semula
teregang akan perlahan-lahan melemas dan keinginan untuk buang air besar mereda
samapi gerakan massa berikutnya mendorong lebih banyak feses ke dalam rektum,
yang kembali meregangkan rektum dan memicu refleks defekasi. Selama periode
non-aktif, kedua sfingter anus tetap berkontraksi untuk memastikan tidak
terjadi pengeluaran feses.
3 komentar:
kak , boleh minta daftar pustakanya ?
posting ini kapan ?
kak, trimakasih, blog-nya bagus dan lengkap
Posting Komentar