I.
Pengertian
Sistem Kekebalan
Sistem kekebalan (imunitas) adalah
kemampuan tubuh manusia untuk melawan hampir semua jenis organisme atau toksin
yang masuk ke jaringan dan organ yang cenderung merusak jaringan dan organ. Sistem
imunitas khusus membentuk antibodi serta limfosit untuk menyerang dan
menghancurkan mikroorganisme spesifik atau toksin. Organisme atau toksin asing
yang masuk ke dalam tubuh dan dapat merangsang terbentuknya antibodi disebut
antigen.
II.
Fungsi
Sistem Kekebalan
Sistem kekebalan mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1.
Melindungi
tubuh dari invasi penyebab penyakit (virus atau toksin).
2.
Untuk
keseimbangan fungsi tubuh terutama menjaga keseimbangan komponen tubuh yang
telah tua.
3.
Menghancurkan
dan menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur,
virus, dll) yang masuk ke dalam tubuh.
III.
Macam-macam
Sistem Kekebalan
Sistem kekebalan tubuh berdasarkan
asalnya terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Kekebalan
Bawaan/ innate immunity (imunitas non spesifik)
Merupakan
kekebalan tubuh secara alami yang telah ada sejak seseorang lahir untuk
melindungi tubuh dari antigen. Imunitas non spesifik merupakan mekanisme
pertama yang akan terjadi saat infeksi berlangsung, terjadi antara jam ke-0
sampai jam ke-12 infeksi.
Ciri-ciri
sistem kekebalan bawaan, yaitu:
·
Tidak
selektif, artinya semua organisme asing
yang masuk ke dalam tubuh akan diserang atau dihancurkan tanpa seleksi.
·
Tidak
memiliki kemampuan untuk mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya.
·
Memiliki
reaksi yang sama terhadap semua jenis organisme asing yang masuk ke dalam
tubuh.
Secara
umum pertahanan tubuh non spesifik ini terbagi menjadi pertahanan mekanis dan
kimiawi.
Ø Pertahanan
mekanis
Pertahanan
tubuh non spesifik dengan pertahanan mekanis dalam tubuh manusia, terdiri dari:
·
Kulit
Kulit yang utuh menjadi salah satu garis pertahanan pertama
karena sifatnya yang impermeabel terhadap infeksi berbagai organisme. Lapisan luar kulit
yang mengandung sedikit air akan menghambat tumbuhnya mikroorganisme. Lapisan tanduk yang terdapat
pada kulit tidak mudah ditembus oleh organisme asing kecuali jika kulit dalam
keadaan terluka.
·
Sebum
(kelenjar minyak)
Sebum yang disekresikan oleh
kelenjar sebaceous mengandung asam lemak yang memiliki pH rendah (3-5) yang
menghambat pertumbuhan bakteri dan bersifat antimikrobial.
·
Selaput
lendir (mukus)
Mukus
merupakan cairan lendir hasil sekresi sel-sel goblet pada saluran pernapasan yang
berfungsi dalam menangkap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh melalui
saluran pernapasan.
·
Rambut-rambut
halus
Berfungsi
sebagai penyaring udara yang masuk melalui hidung.
·
Air
mata
Kelenjar lakrimal mensekresi air mata yang secara terus menerus membasahi,
melarutkan dan mencuci mikroorganisme penyebab iritasi mata.
Semua zat cair yang dihasilkan oleh tubuh (air mata, mukus, saliva dan
keringat) mengandung enzim yang disebut lisozim. Lisozim adalah enzim yang
dapat menghidrolisis membran dinding sel bakteri atau patogen lainnya sehingga
sel kemudian pecah dan mati.
Ø Pertahanan
kimiawi
Merupakan
sistem pertahanan tubuh yang umumnya terletak di bagian dalam tubuh, terdiri
dari:
·
Mukosa
lambung
Mengandung
larutan HCL yang bersifat asam dan enzim pencernaan protein yang dapat membunuh
mikroorganisme tersebut.
·
Sel
natural killer
Sel Natural Killer (Sel NK) merupakan golongan limfosit tapi
tidak mengandung petanda seperti pada permukaan sel B dan sel T. Oleh karena
itu disebut sel nol. Sel NK berjaga di sistem peredaran darah limfatik. Sel ini merupakan sel
pertahanan yang mampu
membunuh sel tubuh yang terinfeksi virus sebelum diaktifkan sistem kekebalan
adaptif.
·
Protein
Antimikroba
Jenis
protein yang berperan dalam imunitas non spesifik yaitu priotein komplemen dan
interferon.
o Protein komplemen
Protein komplemen adalah sekelompok plasma protein
yang bersikulasi di darah dalam keadaan tidak aktif. Protein komplemen dapat
diaktifkan oleh munculnya ikatan antigen dan atibodi atau jika protein
komplemen bertemu dengan molekul polisakarida di permukaan tubuh mikroorganisme. Protein komplemen merupakan protein darah yang membantu
sistem pertahanan leukosit.
o Interferon
Interferon
adalah protein antivirus yang dapat disintesisis oleh hampir setiap jenis sel
hospes sebagai respon terhadap infeksi virus, stimulasi imun dan berbagai jenis
stimulan kimia. Interferon berfungsi menghalangi multiplikasi virus dan juga
memegang peranan dalam memodulasi aktivitas imunologis.
·
Sel
darah putih (leukosit)
Merupakan
sistem kekebalan tubuh kedua. Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh
terhadap invasi benda asing. Apabila organisme asing melewati sistem pertahanan
pertama maka leukosit akan mencegah organisme asing masuk lebih jauh lagi ke
dalam tubuh. Leukosit akan menghancurkan organisme asing dengan cara
fagositosis.
Berdasarkan ada atau tidaknya granula di
dalam sitoplasma sel, leukosit dibedakan menjadi 2 tipe,
yaitu:
1) Granulosit
Granulosit merupakan leukosit yang
bergranula. Granulosit berperan dalam membunuh kuman penyakit dan sel asing
(termasuk sel kanker), serta memakan sel mati. Berdasarkan jenis granula serta
sifat asam dan basa sitoplasmanya, granulosit dibedakan lagi menjadi 3 macam
sel, yaitu:
a)
Neutrofil, mencapai 60% dari jumlah leukosit. Neutrofil memiliki
granula kecil berwarna merah muda dalam sitoplasma dan sifatnya netral. Neutrofil
melawan antigen dengan cara memakannya (fagositosis).
b)
Eosinofil, mencapai 1-30% dari jumlah leukosit.
Eosinofil memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar dengan warna orange
kemerahan dan bersifat asam. Sel ini mempunyai peran di dalam membunuh
kuman atau penyakit dan memakan sel mati. Eosinofil juga bersifat fagosit dan
jumlahnya akan meningkat jika tubuh terkena infeksi. Eosinofil berperan dalam
reaksi alergi.
c)
Basofil, mencapai kurang
dari 1% dari jumlah leukosit. Basofil memiliki granula sitoplasma besar yang
bentuknya tidak beraturan dan berwarna keunguan dan bersifat basa.
Basofil berperan membunuh sel asing yang masuk ke dalam tubuh. Basofil dapat
melepaskan histamin yang menyebabkan reaksi inflamasi.
2) Agranulosit
Agranulosit merupakan leukosit yang tidak
bergranula. Agranulosit terdiri atas limfosit dan monosit.
a)
Limfosit
Limfosit mencapai
30% dalam jumlah leukosit. Limfosit mengandung nukleus bulat berwarna biru
gelap. Limfosit tidak dapat bergerak dan berinti satu. Limfosit berfungsi untuk
membentuk antibodi.
Limfosit dibedakan menjadi 2, yaitu limfosit B dan limfosit T.
b) Monosit
Sel-sel Sistem Imun
Non-spesifik
Sel-sel yang berperan dalam sistem imun non-spesifik adalah
sel fagosit, sel nol, dan sel mediator.
1.
Sel
Fagosit
Sel fagosit akan
menghancurkan antigen yang dengan cara menelannya (fagositosis). Ada 2 macam
sel fagosit, yaitu
fagosit mononuclear dan fagosit
polimorfonuklear. Fagosit mononuclear terdiri dari sel monosit dan sel
makrofag, sedangkan fagosit polimorfonuclear terdiri dari neutrofil dan
eusinofil.
a.
Sel Monosit/Sel Makrofag
Sel monosit dalam sel darah putih berkisar 5 %. Monosit
bersirkulasi dalam darah hanya selama beberapa jam, kemudian bermigrasi ke
dalam jaringan, dan berkembang menjadi makrofag (macrophage). Makrofag yang merupakan sel-sel
fagositik terbesar, adalah fagosit yang sangat efektif dan berumur panjang. Sel makrofag dapat
keluar dari dalam peredaran darah untuk masuk ke dalam jaringan tubuh.
Kemampuan ini disebut diapedesis, dan berguna untuk melacak/mencari lokasi
dimana antigen atau kuman berada. Sel-sel
ini menjulurkan kaki semu (psedopodia) yang panjang yang dapat menempel ke
polisakarida pada permukaan mikroba dan menelan mikroba itu, sebelum kemudian
dirusak oleh enzim-enzim di dalam lisosom makrofag itu. Makrofag juga beraksi sebagai
pemakan, membersihkan tubuh dari sel mati dan debris lainnya, dan sebagai sel
penghadir antigen yang mengaktivasi sistem imun
adaptif.
b.
Sel Neutrofil
Neutrofil dapat ditemukan di sistem
kardiovaskular dan merupakan tipe fagosit yang paling berlebih, normalnya
sebanyak 60%-70% jumlah peredaran leukosit. Di dalam
neutrofil terdapat enzim lisozim dan laktoferin untuk menghancurkan bakteri
atau benda asing lainnya yang telah difagositosis. Setelah memfagositosis 5-20
bakteri, neutrofil mati dengan melepaskan zat-zat limfokin yang mengaktifasi
makrofag. Biasanya, neutrofil hanya berada dalam sirkulasi kurang dari 48 jam
karena neutrofil cenderung merusak diri sendiri ketika mereka merusak penyerang
asing.
Sel darah putih jenis
neutrofil, acidofil dan makrofag keluar dari pembuluh darah akibat gerak yang dipicu
oleh senyawa kimia (kemokinesis dan kemotaksis). Masa hidup neutrofil rata-rata
hanya beberapa hari.
c.
Sel Eosinofil
Sama
seperti sel fagosit lainnya, sel eosinofil berasal dari sel bakal myeloid.
Ukuran sel ini sedikit lebih besar daripada neutrofil dan berfungsi juga
sebagai fagosit. Eosinofil berjumlah 2-5% dari sel darah putih. Peningkatan eosinofil di sirkulasi
darah dikaitkan dengan keadaan-keadaan alergi dan infeksi parasit internal
(contoh, cacing darah atau Schistosoma mansoni).
Walaupun kebanyakan parasit terlalu besar untuk dapat difagositosis oleh
eosinofil atau oleh sel fagositik lain, namun eosinofil dapat melekatkan diri
pada parasit melalui molekul permukaan khusus, dan melepaskan bahan-bahan yang
dapat membunuh banyak parasit.
2.
Sel Mediator
Sel yang termasuk sel mediator adalah sel
basofil, sel mast, dan trombosit. Sel tersebut disebut sebagai mediator
dikarenakan melepaskan berbagai mediator yang berperan dalam sistem imun.
a.
Sel basofil dan sel mast
Sel basofil adalah jenis leukosit yang paling
sedikit jumlahnya. Sel basofil secara struktural dan fungsional mirip dengan
sel mast, yang tidak pernah beredar dalam darah tapi tersebar di jaringan ikat
di seluruh tubuh. Awalnya sel basofil dianggap berubah menjadi sel mast dengan bermigrasi
dari sistem sirkulasi, tapi para peneliti membuktikan bahwa basofil berasal
dari sumsum tulang sedangkan sel mast berasal dari sel prekursor yang terletak
di jaringan ikat. Ada dua macam sel mast yaitu sel mast jaringan dan sel mast
mukosa. Yang pertama ditemukan di sekitar pembuluh darah dan mengandung
sejumlah heparin dan histamin. Sel mast yang kedua ditemukan di saluran
cerna dan napas. Baik sel
basofil maupun sel mast memiliki reseptor untuk IgE dan karenanya dapat
diaktifkan oleh alergen spesifik yang berkaitan dengan antibodi IgE. Selain itu
keduanya pun dapat membentuk dan menyimpan heparin dan histamin.
b.
Trombosit
Trombosit adalah fragmen sel tanpa
nukleus yang berasal dari megakariosit raksasa multinukleus dalam sumsum tulang.
Selain berperan dalam proses pembekuan darah, trombosit juga berfungsi untuk
memperkuat daya tahan tubuh. Pada saat
terjadi luka, maka trombosit berkumpul pada luka dan membeku sehingga tertutup
lukanya. Kemudian, trombosit tersebut mengarahkan bakteri ke limpa.
Selanjutnya, bakteri tersebut dikepung oleh sel-sel dendritik yang berfungsi
sebagai sel daya tahan tubuh. Maka respon daya tahan tubuh itulah yang
menghabisi bakteri.
Respon Imun Non-spesifik
Dikatakan respon imun
non-spesifik dikarenakan respon imun yang timbul terjadi pada jaringan tubuh
yang rusak/luka bukan terhadap penyebab kerusakan itu sendiri. Respon imun
non-spesifik berupa inflamasi dan fagositosis.
1. Inflamasi
Pembengkakan jaringan (inflamasi) merupakan reaksi cepat terhadap kerusakan
jaringan. Inflamasi
sangat berguna bagi pertahanan tubuh, sebab reaksi tersebut dapat mencegah
penyebaran infeksi ke jaringan lain dan mempercepat proses penyembuhan. Reaksi
tersebut juga membantu memberikan informasi pada komponen sistem imun lain
adanya infeksi. Baik dalam respon terhadap luka, gigitan serangga atau cedera
akibat pukulan keras.Terjadinya inflamasi ditandai
dengan:
§ Timbulnya warna kemerahan
§ Timbulnya rasa panas
§ Terjadinya pembengkakan
§ Timbulnya rasa sakit/nyeri
2. Fagositosis
Fagositosis yaitu proses menelan atau
memakan mikroorganisme dan sisa-sisa sel mati. Fagositosis dilakukan oleh leukosit jenis
neutrofil dan monosit.
2. Kekebalan
Didapat/ Adaptif (imunitas spesifik)
Merupakan
kekebalan spesifik yang sangat kuat terhadap tiap-tiap agen penginvasi seperti
bakteri yang mematikan, virus, toksin,dan organisme asing. Imunitas spesifik
terjadi jika imunitas non spesifik gagal menghalau infeksi karena benda asing
yang masuk memiliki struktur yang sama sekali baru bagi tubuh, terjadi sekitar
1 hingga 5 hari setelah infeksi. Kekebalan didapat sengaja
dibuat melaui pemberian vaksin.
Ciri-ciri
sistem kekebalan didapat, yaitu:
·
Selektif,
artinya semua organisme asing yang masuk
ke dalam tubuh akan diserang atau dihancurkan dengan diseleksi.
·
Memiliki
kemapuan untuk mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya.
·
Tidak
memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis organisme asing yang masuk ke
dalam tubuh.
·
Melibatkan
pembentukan antibodi.
Sel-sel Sistem Imun
Spesifik
Sel-sel yang
berperan dalam sistem imun spesifik adalah sel limfosit B dan sel
limfosit T.
1.
Sel Limfosit B
Limfosit B
berperan dalam repon imun spesifik yang diperantarai antibodi (imunitas
humoral). Limfosit
B mengalami pematangan dalam sumsum tulang selama beberapa bulan terakhir
kehidupan fetus dan beberapa bulan
pertama setelah kelahiran. Sel B berdiferensiasi
menjadi sel plasma non-polriferasi yang menyintesis dan mensekresi antibodi. Limfosit
B terdiri atas:
o Limfosit B plasma, mensekresikan
antibodi ke sirkulasi tubuh. Setiap antibodi bersifat spesifik terhadap satu
jenis antigen. Masa hidup selama 4-5 hari. Limfosit B plasma berfungsi
untuk memproduksi antibodi.
o
Limfosit
B pembelah, berfungsi untuk menghasilkan limfosit B dalam jumlah banyak dan
cepat.
o
Limfosit
B memori, masa hidup lama dalam darah. Limfosit B memori berfungsi menyimpan
atau mengingat antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh.
2.
Sel
Limfosit T
Limfosit T berperan dalam
respon imun spesifik yang diperantarai sel (imunitas selular). Limfosit T
mengalami pematangan dalam Timus yang timbul sebelum kelahiran bayi dan selama
beberapa bulan setelah lahir. Sel T memproduksi zat aktif secara imunologis yang
disebut limfokin. Limfosit T terdiri atas:
§
Sel
T pembunuh (killer T cell), disebut juga dengan sel T sitotoksit,
menyerang sel tubuh yang terinfeksi dan pathogen secara langsung. Sel T killer
akan membentuk pori pada sitoplasma sel pathogen sehingaa sel pathogen
kehilangan sitoplasma dan kemudian mati. Sel T pembunuh hanya mengenali antigen yang dirangkaikan
pada molekul kelas I MHC.
§ Sel T pembantu (helper T
cell), sel limfosit T pembantu (CD4) berfungsi
sebagai menstimulasi sel B untuk membelah dan memproduksi antibodi serta
mengaktifkan dua jenis sel T yang lain dan mengaktifkan makrofag untuk segera
memfagosit pathogen. Sel T pembantu
hanya
mengenali antigen yang
dirangkaikan
pada molekul kelas II MHC.
§ Sel T supresor (suppressor T
cell), sel
limfosit T supresor (CD8) berfungsi menurunkan dan menghentikan respon imun
ketika mekanisme imun tidak diperlukan lagi. Mekanime ini sangat penting, karena
jika tidak, produksi antibodi dan pembelahan sel B dan sel T terus menerus akan
merusak jaringan tubuh yang normal.
Respon Imun Spesifik
Dikatakan respon imun spesifik dikarenakan
respon imun yang terjadi akan melindungi tubuh dari serangan pathogen dan
memastikan pathogen tersebut tidak berbalik melawan jaringan tubuh itu sendiri.
Respon imun spesifik dibedakan mejadi dua, yaitu:
1. Kekebalan
Humoral
Respon imun
ini melibatkan suatu senyawa kimia yang disebut sebagai antibodi. Antibodi
dihasilkan oleh sel limfosit B yang akan aktif jika mengenali antigen yang
terdapat pada permukaan sel pathogen. Antibodi akan menyerang pathogen sebelum
pathogen tersebut menyerang sel-sel tubuh. Limfosit B akan melalui 2 proses,
yaitu:
v Respons imun primer
Respons
imun primer adalah respon imun yang terjadi pada proses yang pertama kalinya
dengan antibodi. Antibodi yang terbentuk pada respons imun ini kebanyakan
adalah IgM dengan titer yang lebih rendah dibanding
dengan respons imun sekunder. Waktu antara antigen masuk sampai timbul antibodi
(fase lag) lebih lama atau lambat bila dibandingkan dengan respons imun
sekunder.
v Respons imun sekunder
Pada respons imun ini, antibodi yang dibentuk terutama adalah
IgG, dengan titer dan afinitas lebih tinggi, serta fase lag lebih pendek atau
lebih cepat dan kuat dibanding respons imun primer.
2. Kekebalan
Selular
Respon imun
ini melibatkan sel-sel yang menyerang langsung organisme asing. Sel yang
dimaksud adalah Limfosit T. Hampir sama dengan mekanisme respon imun dengan
antibodi, sel limfosit T juga akan bereaksi dengan antigen yang spesifik.
IV.
Komponen
Respons Imun
Komponen respons imun terdiri dari
antigen dan antibodi.
1. Antigen
Antigen
merupakan suatu zat berupa organisme atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh
dan dapat merangsang terbentuknya antibodi. Antigen biasanya berupa zat dengan
berat molekul besar dan juga kompleks zat kimia seperti protein dan
polisakarida.
2. Antibodi
Antibodi
adalah suatu protein dapat larut yang dihasilkan sistem imun sebagai respons
terhadap keberadaan antigen dan akan bereaksi khususnya dengan antigen
tersebut. Antibodi adalah gamma globulin yang disebut Imunoglobulin (Ig), dan
berat molekulnya antara 150.000 dan 900.000. Imunoglobulin biasanya merupakan
sekitar 20% dari seluruh protein plasma.
Imunoglobulin
terdiri dari gabungan dua rantai polipeptida ringan dan dua rantai polipeptida berat.
Struktur gabungan kedua rantai
tersebut dihubungkan dengan ikatan disulfida untuk membentuk huruf Y. Antibodi
tersusun atas dua tipe rantai polipeptida yaitu rantai ringan (light chain) dan
rantai berat (heavy chain). Di tengah-tengah ikatan rantai tersebut terdapat
daerah Hinge (Hinge Region) yang memungkinkan rantai-rantai polipeptida untuk
bergerak. Setiap lengan dari antibodi memiliki daerah pengikat antigen
(antigen-binding site). Masing-masing antibodi memiliki daerah variabel
(variable region) yang dapat mengenali antigen khusus dan daerah konstan (constant
region) yang mengontrol bagaimana molekulnya berinteraksi dengan bagian lain
dari sistem kekebalan tubuh.
Antibodi dapat bekerja melalui
2 macam cara untuk melindungi tubuh terhadap agen penyebab penyakit:
o Langsung menyerang antigen.
o Pengaktifan sistem komplemen
yang kemudian menghancurkan antigen.
Antibodi langsung menyerang antigen
(interaksi antibodi-antigen), yaitu:
a. Netralisasi, netralisasi atau penetralan racun merupakan
cara yang digunakan antibodi untuk menonaktifkan antigen dengan
cara memblok bagian tertentu antigen. Antibodi juga menetralisasi
virus dengan cara mengikat bagian tertentu virus pada sel inang.
Netralisasi terjadi saat antibodi menutup sisi toksik antigen dan menjadikannya
tidak berbahaya.
b.
Aglutinasi,
aglutinasi atau penggumpalan merupakan
proses penggumpalan partikel-partikel antigen
dapat dilakukan karena struktur antibodi yang memungkinkan untuk
melakukan pengikatan lebih dari satu antigen. Molekul
antibodi memiliki sedikitnya dua tempat pengikatan antigen yang dapat
bergabung dengan antigen- antigen yang berdekatan. Gumpalan atau
kumpulan bakteri akan memudahkan sel fagositik (makrofag)
untuk menangkap dan memakan bakteri secara cepat. Aglutinasi terjadi jika
antigen adalah materi partikulat, seperti bakteri atau sel-sel merah.
c.
Presipitasi,
presipitasi atau pengendapan merupakan
pengikatan silang molekul-molekul antigen yang terlarut dalam cairan
tubuh. pengikatan antigen-antigen tersebut membuatnya dapat diendapkan. Setelah
diendapkan, antigen tersebut dikeluarkan dan dibuang melalui fagositosis.
d.
Fiksasi
komplemen (aktivasi), terjadi jika bagian molekul antibodi mengikat komplemen. Komplemen ini terdiri dari sekitar 20
protein serum yang berbeda, yang tanpa adanya infeksi berada dalam keadaan
inaktif. Antibodi akan bekerja sama dengan protein komplemen untuk
melakukan penyerangan terhadap sel asing. Pengaktifan protein komplemen
akan menyebabkan terjadinya luka pada membran sel asing dan
dapat terjadi lisis. Efek
yang paling penting dalam fiksasi komplemen yaitu opsonisasi, sitolisis dan
inflamasi.
Pengaktifan sistem komplemen dapat melalui dua jalur,
yaitu:
a.
Jalur
klasik, untuk aktivasi komplemen memerlukan reaksi antibodi-antigen sebagai
pemicunya.
b.
Jalur
alternatif, suatu bentuk tahanan nonspesifik, dipicu oleh bakteri atau
produknya tanpa memerlukan reaksi antibodi-antigen.
Jenis-jenis
Antibodi
Ada lima kelas imunoglobulin, yaitu:
a.
Imunoglobulin
M (IgM)
Antibodi ini
terdapat pada pembuluh darah, getah bening, dan pada permukaan sel-sel B. Pada
saat antigen masuk ke dalam tubuh, Immunoglobulin M (IgM) merupakan antibodi
pertama yang dihasilkan tubuh untuk melawan antigen tersebut. IgM terbentuk
segera setelah terjadi infeksi dan menetap selama 1-3 bulan, kemudian
menghilang. Nama
M berasal dari makroglobulin yang merupakan imunologi terbesar. IgM berfungsi
mengaktivasi komplemen dan fagositosis..
b.
Imunoglobulin
G (IgG)
IgG mencapai
80-85% dari keseluruhan antibodi yang bersirkulasi dan merupakan satu-satunya
antibodi yang dapat menembus plasenta dan memberikan imunitas pada bayi baru
lahir. IgG terbentuk 2-3 bulan setelah infeksi, kemudian kadarnya meninggi
dalam satu bulan, menurun perlahan-lahan dan terdapat selama bertahun-tahun
dengan kadar yang rendah. IgG beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada
darah, sistem getah bening, dan usus. IgG berfungsi sebagai pelindung terhadap
mikroorganisme dan toksin yang bersirkulasi, mengaktivasi sistem komplemen dan
meningkatkan keefektifan sel fagositik.
c.
Imunoglobulin
E (IgE)
IgE
biasanya ditemukan dalam konsentrasi darah yang sangat rendah. Immunglobulin E atau IgE merupakan antibodi
yang beredar dalam aliran darah. Kadarnya meningkat selama reaksi alergi dan
pada penyakit parasitik tertentu.
d.
Imunoglobulin
A (IgA)
Immunoglobulin
A atau IgA mencapai 15% dari semua antibodi dalam serum darah dan ditemukan
dalam sekresi tubuh seperti keringat, saliva, air mata, pernapasan, sekresi
usus, serta air susu ibu. Antibodi ini melindungi janin dalam kandungan dari
berbagai penyakit. IgA yang terdapat dalam ASI akan melindungi sistem
pencernaan bayi terhadap mikroba karena tidak terdapat dalam tubuh bayi yang
baru lahir. Ig A
dalam serum maupun dalam sekresi dapat menetralisir toksin dan virus, serta
mencegah kontak antara toksin dan virus dengan sel alat sasaran.
e.
Imunoglobulin
D (IgD)
V.
Imunitas
Ditinjau dari cara memperolehnya,
imunitas dibagi menjadi:
1) Imunitas
Aktif
Imunitas
aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang karena tubuh secara aktif
membentuk antibodi sendiri. Terdapat dua imunitas aktif, yaitu:
·
Imunitas
aktif alami
Adalah
kekebalan tubuh yang didapat secara otomatis setelah sembuh dari suatu
penyakit. Imunitas ini dapat bersifat seumur hidup (campak, cacar) atau
sementara (pneumonia, gonore).
·
Imunitas
aktif buatan
Adalah
kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi yang diberikan untuk mendapatkan
perlindungan dari suatu penyakit.vaksin dibuat dari patogen yang mati atau
dilemahkan atau toksin yang telah diubah.
2) Imunitas
Pasif
Imunitas
pasif adalah kekebalan tubuh yang bisa didapat seseorang yang zat kekebalan
tubuhnya didapatkan dari luar. Terdapat dua imunitas pasif, yaitu:
·
Imunitas
pasif alami
Adalah
kekebalan tubuh yang didapat seseorang karena diturunkan oleh ibu kandung
ketika berada dalam kandungan.
·
Imunitas
pasif buatan
Adalah
kekebalan tubuh yang didapat melalui injeksi antibodi yang diproduksi oleh
orang atau hewan yang kebal karena pernah terpapar suatu antigen.
VI.
Kelainan
dan Penyakit pada Sistem Kekebalan Tubuh
1. Alergi
Merupakan
suatu reaksi abnormal yang terjadi pada seseorang. Ummunya alergi bersifat
khusus dan hanya muncul jika penderita melakukan kontak dengan penyebab alergi.
Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau keluarga dekat. Alergi dapat
terjadi secara tiba-tiba dan bersifat fatal terhadap penderita. Seseorang yang
alergi akan mengalami gangguan emosi, konsentrasi, dll. Alergi terjadi karena
penderita sangat sensitiv terhadap allergen.
2. AIDS
AIDS
merupakan suatu sindrom atau penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus). Pada tubuh manusia, virus HIV hanya menyerang sel yang
memiliki protein tertentu. Protein itu ialah yang terdapat pada sel darah putih
(leukosit) T4, yaitu leukosit yang berperan menjaga sistem kekebalan tubuh.
Apabila virus HIV menginfeksi tubuh, manusia akan mengalami penurunan sistem
kekebalan tubuh. Akibatnya, para penderita HIV-AIDS akan mudah terinfeksi
berbagai jenis penyakit. Penderita HIV positif umumnya masih dapat hidup normal
dan tampak sehat, tetapi dapat menularkan dapat menularkan virus HIV. Penderita
AIDS adalah penderita HIV positif yang telah menunjukan gejala penyakit AIDS.
3. Automunitas
Merupakan
kegagalan daya diskriminasi endogen pada sistem kekebalan tubuh sendiri
dianggap sebagai zat/ benda asing dan terhadapnya dibentuk zat antibodi.
0 komentar:
Posting Komentar