1.
Definisi
Diabetes
Mellitus adalah suatu kumpulan gejala
yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar
glukosa darah karena kekurangan insulin baik absolute maupun relative. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan
jasmani dan perubahan perilaku tentang makanan.
2.
Patofisiologi
2.1.
Pankreas
Pankreas
adalah sebuah kelenjar yang letaknya dibelakang lambung. Didalamnya terdapat
kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada peta, karena itu disebut pulau –
pulau Langerhans yang berisi sel beta yang mengeluarkan hormone insulin, yang
sangat berperan dalam mengatur kadar glukosa darah.
2.1.
Kerja
Insulin
Insulin yang dikeluarkan
oleh sel beta tadi dapat membuka pintu masuknya glukosa dalam sel untuk
kemudian di dalam sel glukosa itu dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila
insulin tidak ada , maka glukosa tak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan
tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadar di dalam darah
meningkat.
2.
Epidemiologi
Di Indonesia penderita diabetes mellitus telah mencapai
angka 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 dan diperkirakan menjadi sekitar 21,3 juta
jiwa pada tahun 2020. Tingginya jumlah penderita tersebut menjadikan Indonesia
menempati urutan ke empat dunia setelah Amerika Serikat, India, dan China
(Diabetes Care, 2004). Di Indonesia terdapat istilah Diabetes Mellitus tipe 1
dan Diabetes Mellitus Tipe 2. Adapun
jenis lain yaitu Diabetes pada kehamilan (Diabetes Mellitus Gestasional) yang
timbul hanya pada saat hamil.
3.
Faktor
– Faktor
Yang Mempengaruhi Diabetes Mellitus
Factor social ekonomi , serta adanya perubahan gaya hidup
diduga telah menyebabkan peningkatan besaran kasus – kasus penyakit tidak
menular di Indonesia, termasuk dalam hal ini Diabetes Mellitus. pola makan yang
tidak sehat sehat, kurang sayur dan buah, makanan manis, kebiasaan merokok,
konsumsi alcohol, stress, serta minimnya
aktivitas fisik merupakan factor- factor resiko penyakit degeneratif, disamping
factor resiko lain seperti usia, jenis kelamin, dan keturunan.
4.
Klasifikasi Diabetes Mellitus
4.1.
Diabetes Mellitus Tipe 1
Biasanya timbul pada masa
anak – anak dan puncaknya pada masa akil balig. Tetapi ada juga yang timbul
pada saat dewasa. Pada tipe ini sel beta pancreas mengalami kerusakan sehingga menyebabkan
terjadinya gangguan pada system imun tubuh, meningkatnya kerentanan sel beta
terhadap virus atau sel beta mengalami degenerasi.
4.2.
Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes tipe ini dapat
disebabkan adanya gangguan sekresi insulin, resistensi insulin dan adanya
penglepasan glukosa hati yang berlebihan. Kegemukan merupakan factor utama
penyebab timbulnya DM tipe 2. Pada saat kegemukan respons sel beta pancreas
terhadap peningkatan glukosa darah sering berkurang. Selain itu reseptor
insulin pada target sel diseluruh tubuh termasuk otot berkurang jumlah dan
keaktifannya kurang sensitive sehingga keberadaan insulin dalam darah kurang
atau tidak dapat dimanfaatkan.
4.3.
Diabetes Mellitus Tipe Lain
Diabetes jenis ini dahulu kerap disebut diabetes
sekunder, atau DM tipe lain. Etiologi diabetes jenis ini, meliputi :
a. Penyakit
pada pankreas yang merusak sel β, seperti hemokromatosis, pankreatitis,
fibrosis kistik;
b. Sindrom
hormonal yang mengganggu sekresi dan/atau menghambat kerja insulin, seperti
akromegali, feokromositoma, dan sindrom Cushing;
c. Obat-obat
yang menggangu sekresi insulin (fenitoin [Dilantin]) atau menghambat kerja
insulin (estrogen dan glukokortikoid);
d. Kondisi
tertentu yang jarang terjadi, seperti kelainan pada reseptor insulin; dan
e. Sindrom
genetic (Arisman, 2011).
4.4.
Diabetes Mellitus
Gestasional
Diabetes mellitus pada kehamilan terjadi di
sekitar 2–5% dari semua kehamilan. GDM bersifat temporer dan dapat meningkat
maupun menghilang setelah melahirkan. GDM dapat disembuhkan, namun memerlukan
pengawasan medis yang cermat selama masa kehamilan. Meskipun GDM bersifat
sementara, bila tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan kesehatan janin
maupun sang ibu. Resiko yang dapat dialami oleh bayi meliputi makrosomia (berat
bayi yang tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem
saraf pusat, dan cacat otot rangka. Peningkatan hormon insulin janin dapat
menghambat produksi surfaktan janin dan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan.
Hyperbilirubinemia dapat terjadi akibat kerusakan sel darah merah. Pada kasus
yang parah, kematian sebelum kelahiran dapat terjadi, paling umum terjadi
sebagai akibat dari perfusi plasenta yang buruk karena kerusakan vaskular. Induksi kehamilan dapat
diindikasikan dengan menurunnya fungsi plasenta.
5. Indeks
Glikemik
Dalam memilih
makanan untuk dikonsumsi, penderita diabetes harus memperhatikan jenis
karbohidrat yang terkandung dalam makanan tersebut. Ada jenis karbohidrat yang cepat diserap tubuh (sehingga kadar gula darah
melonjak dan cepat terasa lapar), ada juga karbohidrat yang lambat diserap (sehingga kadar glukosa
darah lebih stabil dan terasa kenyang lebih lama).
Indeks glikemik adalah
ukuran seberapa besar efek suatu makanan yang mengandung karbohidrat dalam
meningkatkan kadar gula darah setelah dimakan, dibandingkan dengan glukosa atau
roti putih. Makanan dengan indeks glikemik
tinggi adalah makanan yang cepat dicerna dan diserap sehingga kadar gula darah
akan meningkat dengan cepat secara signifikan. Makanan dengan indeks glikemik yang
rendah mengalami pencernaan dan penyerapan yang lebih lambat sehingga
peningkatan kadar glukosa dan insulin dalam darah akan terjadi secara
perlahan-lahan. Makanan dengan indeks glikemik rendah telah terbukti
memperbaiki kadar glukosa dan lemak pada pasien-pasien diabetes melitus
dan memperbaiki resistensi insulin. Selain itu, makanan dengan indeks
glikemik rendah juga membantu mengontrol nafsu makan, memperlambat munculnya
rasa lapar sehingga dapat membantu mengontrol berat badan pasien.
Indeks glikemik menunjukkan jenis karbohidrat yang terkandung dalam makanan, bukan
jumlah karbohidrat. Peningkatan kadar gula darah dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu JUMLAH dan JENIS karbohidrat yang dikonsumsi. Pada sebagian besar orang,
kadar glukosa darah lebih dipengaruhi oleh jumlah karbohidrat yang dikonsumsi. Namun, jenis
karbohidrat juga
berpengaruh terhadap gula darah. Jadi, strategi yang optimal adalah mengontrol
kedua aspek tersebut, yaitu jumlah dan jenis karbohidrat yang dikonsumsi.
Efek dari indeks glikemik suatu makanan akan berubah jika
dikonsumsi bersamaan dengan makanan lain. Maka, jika seseorang mengonsumsi
makanan dengan indeks glikemik tinggi sebaiknya dikombinasikan dengan makanan
dengan indeks glikemik rendah, sehingga menyeimbangkan efek terhadap kadar
glukosa darah.
6.
Diagnosis
dan Pemeriksaan
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada
penyandang DM. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan
klasik DM, antara lain (PERKENI, 2006) :
a. Keluhan klasik DM berupa : poliuria,
polifagia, polidipsia dan
penurunan berat badan yang tidak dijelaskan sebabnya.
b.
Keluhan
lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi
ereksi pada laki-laki serta pruritus vulva pada perempuan.
Selain dengan keluhan, diagnosa DM
harus ditegakkan berdasarkan pemeriksaan kadar glukosa darah dengan cara
enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole
blood), vena ataupun kapiler sesuai kondisi dengan memperhatikan
angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan WHO. Sedangkan
untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan
pemeriksaan glukosa darah kapiler (Gustaviani, 2006; PERKENI, 2006).
7.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Diabetes Melitus dapat dilakukan dengan cara pengelolaan yang baik. Tujuan
penatalaksanaan secara umum menurut PERKENI (2006) adalah meningkatkan kualitas
hidup penderita Diabetes.
Penatalaksanaan dikenal dengan empat
pilar penatalaksanaan diabetes melitus, yang meliputi : edukasi, terapi
gizi medis, latihan jasmani dan pengelolaan farmakologis. Pengelolaan DM
dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu (2-4
minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan
intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan
insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau
langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik
berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat,
adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan. Pengetahuan tentang
pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan cara mengatasinya harus
diberikan kepada pasien, sedangkan pemantauan kadar glukosa darah dapat
dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus (PERKENI, 2006).
7.1.
Edukasi
Diabetes Melitus umumnya terjadi pada saat pola gaya
hidup dan perilaku telah terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan
diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif penderita, keluarga dan masyarakat.
Tim kesehatan harus mendampingi penderita dalam menuju perubahan perilaku.
Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang
komprehensif pengembangan ketrampilan dan motivasi. Edukasi secara individual
dan pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti perubahan
perilaku yang berhasil. Perubahan perilaku hampir sama dengan proses edukasi
yang memerlukan penilaian, perencanaan, implementasi, dokumentasi dan evaluasi
(PERKENI, 2006).
7.2.
Terapi Gizi Medis
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, lemak, sesuai dengan kecukupan
gizi baik sebagai berikut (PERKENI, 2006):
• Karbohidrat
: 60 – 70% total asupan energi
• Protein
: 10 – 20% total asupan energi
• Lemak
: 20 – 25 % kebutuhan kalori
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status
gizi, umur, stres akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan
berat badan ideal. Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari berat badan
ideal dikali kebutuhan kalori basal (30 Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 25
Kkal/kg BB untuk wanita). Kemudian ditambah dengan kebutuhan kalori untuk
aktifitas, koreksi status gizi, dan kalori yang diperlukan untuk menghadapi
stres akut sesuai dengan kebutuhan. Pada dasarnya kebutuhan kalori pada
diabetes tidak berbeda dengan non diabetes yaitu harus dapat memenuhi kebutuhan
untuk aktifitas baik fisik maupun psikis dan untuk mempertahankan berat badan
supaya mendekati ideal (PERKENI, 2006).
7.2.1. Syarat-syarat Diet Penyakit Diabetes Mellitus
Menurut Sunita Almatsier
(2005) Syarat-syarat diet penyakit diabetes mellitus adalah :
1. Energi cukup untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan normal. Kebutuhan energy ditentukan dengan
memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB
normal, ditambah kebutuhan untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus , misalnya
kehamilan atau laktasi serta ada tindakan komplikasi. Makanan dibagi dalam 3
porsi besar, yaitu makan pagi (20%), siang (30%), sore (25%), sergta 2-3 porsi
kecil untuk makanan selingan masing-masing 10-15%.
2.
Kebutuhan protein normal yaitu
10-15% dari Kebutuhan energy total.
3. Kebutuhan lemak sedang, yaitu
20-25% dari kebutuhan energy total dalam bentuk < 10% dari kebutuhan energy
total berasal dari lemak jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol
makanan dibatasi, yaitu < 300 mg/hari.
4.
Kebutuhan karbohidrat adalah sisa
dari kebutuhan energy total yaitu 60-70%.
5.
Penggunaan gula murni dalam minuman
dan makanan tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kasar glukosa terkendali, diperbolehkan mengonsumsi gula murni sampai
5% dari kebutuhan energi total.
6.
Penggunaan gula alternative dalam
jumlah terbatas. Gula alternatife adalah bahan pemanis selain sakarosaada dua
jenis gula alternative yaitu gula bergizi seperti : fruktosa gula alcohol
(sorbitol, manitol, silitol), sedangkan gula alternative tidak bergizi adalah
aspartam dan sakarin. Penggunaan gula alternatif
hendaknya dalam jumlah terbatas. Fruktosa dalam jumlah 20% dari kebutuhan total
dapat meningkatkan kolesterol dan LDL, sedangkan gula alkohol dalam jumlah
berlebihan mempunyai pengaruh laktasif.
7. Asupan serat dianjurkan 25 g/hari
dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat dalam sayur dan buah. Menu seimbang rata-rata memenuhi kebutuhan serat sehari.
8. Pasien DM dengan tekanan darah
normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur seperti
orang sehat yaitu 3000 mg/ hari.
9.
Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup, penambahan vitamin dan mineral dalam
bentuk suplemen tidak diperlukan.
7.2.2.
Bahan Makanan yang Dianjurkan dan
Tidak Dianjurkan
Bahan makanan yang dianjurkan untuk Diet Diabetes
Melitus adalah sebangi berikut :
1.
Sumber karbohidrat kompleks,
seperti nasi,roti, mie, kentang, singkong, ubi, dan sagu.
2.
Sumber protein rendah lemak,
seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu, dan kacang-kacangan.
3.
Sumber lemak dalam jumlah
terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna. Makanan terutama dioleh
dengan cara dipanggang, dikukus, disetup, direbus, dan dibakar.
Bahan makanan yang tidak dianjurkan, dibatasi, atau dihindari untuk diet
diabetes melitus adalah yang :
1. Mengandung banyak gula sederhana,
seperti :
a.
Gula pasir, gula jawa.
b. Sirop, jam , jeli, buah-buahan
yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, minuman botol ringan dan es
krim.
c.
Kue-kue manis, dodol, cake, dan
tarcis.
2.
Mengandung banyak lemak, seperti:
cake, makan siap saji, (fast food),
goreng-gorengan.
3.
Megandung banyak natrium,
seperti: ikan asin, telur asin, makana yang diawetkan.
7.3.
Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara
teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu
pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki
ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan Konsensus
Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006. Latihan
jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa
darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik seperti : jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.
Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan,
sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan
kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan (PERKENI, 2006).
7.4.
Pengelolaan Farmakologis
Sarana pengelolaan farmakologis diabetes mellitus dapat
berupa Obat Hipoglikemik Oral (OHO).
8. Kebutuhan Zat Gizi Pada Penderita
Diabetes Melitus
Perencanaan makan hendaknya dengan
kandungan zat gizi yang cukup dan disertai pengurangan total lemak terutama
lemak jenuh. Pengetahuan porsi makanan sedemikian rupa sehingga supan zat gizi
tersebar sepanjang hari. Penurunan berat badan ringan atau sedang (5 – 10 kg),
sudah terbukti dapat meningkatkan kontrol diabetes, walaupun berat badan idaman
tidak dicapai (Hiswani, 2007).
Penurunan berat badan dapat diusahakan
dicapai dengan baik dengan penurunan asupan energi yang moderat dan peningkatan
pengeluaran energi. Kebutuhan zat gizi dapat diuraikan dibawah ini (Hiswani,
2007) :
8.1.
Protein
Hanya sedikit data
ilmiah untuk membuat rekomendasi yang kuat tentang asupan protein orang dengan
diabetes. ADA pada saat ini menganjurkan mengkonsumsi 10% sampai 20% energi
dari protein total. Menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia
kebutuhan protein untuk orang dengan diabetes adalah 10 – 15% energi. Perlu
penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg perhari atau 10% dari kebutuhan
energi dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai
biologi tinggi.
8.2.
Total Lemak.
Asupan lemak dianjurkan < 10% energi dari lemak jenuh
dan tidak lebih 10% energi dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya
yaitu 60 – 70% total energi dari lemak tidak jenuh tunggak dan karbohidrat.
Distribusi energi dari lemak dan karbohidrat dapat berbeda-beda setiap individu
berdasarkan pengkajia gizi dan tujuan pengobatan. Anjuran persentase energi
dari lemak tergantung dari hasil pemeriksaan glukosa, lipid, dan berat badan
yang diinginkan.
Untuk individu yang mempunyai kadar lipid normal dan
dapat mempertahankan berat badan yang memadai (dan untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal pada anak dan remaja) dapat dianjurkan tidak lebih dari 30%
asupan energi dari lemak total dan < 10% energi dari lemak jenuh. Dalam hal
ini anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20 – 25% energi.
8.3.
Karbohidrat
dan Pemanis
Buah dan susu sudah terbukti mempunyai respon glikemik
menyerupai roti, nasi dan kentang. Walaupun berbagai tepung-tepungan mempunyai
respon glikemik yang berbeda, prioritas hendaknya lebih pada jumlah total
karbohidrat yang dikonsumsi dari pada sumber karbohidrat. Anjuran konsumsi
karbohidrat untuk orang dengan diabetes di Indonesia adalah 60 – 70% energi.
8.4.
Sukrosa
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai
bagian dari perencanaan makan tidak memperburuk kontrol glukosa darah pada
individu dengan diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dan makanan yang mengandung
sukrosa harus diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat makanan lain dan
tidak hanya dengan menambahkannya pada perencanaan makan. Dalam melakukan
substitus ini
kandungan zat gizi dari makanan-makanan manis yang pekat dan kandungan zat gizi
makanan yang mengandung sukrosa harus dipertimbangkan, demikian juga adanya zat
gizi-zat gizi lain pada makanan tersebut seperti lemak yang sering dimakan
bersama sukrosa. Mengkonsumsi makanan yang bervariasi memberikan lebih banyak
zat gizi dari pada makanan dengan sukrosa sebagai satu-satunya zat gizi.
8.5.
Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama
dengan untuk orang yang tidak diabetes. Dianjurkan mengkonsumsi 20 – 35 g
seramakanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah
kira-kira 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut.
8.6.
Natrium
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan
penduduk biasa yaitu tidak lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi yang menderita
hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan 2400 mg natrium perhari.
Daftar Pustaka
Instalasi Gizi PERJAN RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan
Asosiasi Dietisien Indonesia. Penuntun Diet. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Soegondo, Sidartawan. Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: FKUI, 2004.
Oleh:
Adnan Rachman
Aprilia Eka Pratiwi
Dwi Firda Ilyana
Faradina
3 komentar:
Terimakasih infonya, jadi ngerti tentang diabetes melitus
pusat_herbal_original
berita yang sangat menarik untuk menambah pengetahuan, untuk berita seputar diabetes bisa diakses di http://about-diabetesmellitus.blogspot.co.id/
Saya suka dengan informasi yang anda bagikan ini. Terimakasih telah berbagi pengalaman dan ilmu anda. Diabetescentrale.nl
Posting Komentar