SISTEM IMUNITAS
Anatomi Sistem
Imunitas Fisiologi
Sistem Imunitas
1. Desy Nezia Paramitha Amanah Rachmawati
2. Like
Inggrid Samsudin Innelina
Purnamasari
Notulen
1.
Astuti Catur
Lestari Ningsih
2.
Jihan
D.1V-1A
A. Sistem Imunitas
Sistem kekebalan atau sistem imun
adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan
organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar,
sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan
melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan
patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam
tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan
terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena
beberapa jenis kanker.
A.
Fungsi Sistem Imun :
1. Mengenali
dan menghancurkan atau menetralisasi
benda-benda di dalam tubuh yang dianggap asing oleh “diri normal”
2. Pertahanan
terhadap pathogen penginvansi (mikroorganisme penghasil penyakit,misalnya virus
dan bakteri.
3. Pengeluaran
sel-sel yang “aus” (misalnya sel darah merah yang tua) dan debris jaringan (misalnya
jaringan yang rusak oleh trauma atau penyakit)
4. Penyembuhan
luka dan perbaikan jaringan.
5. Identifikasi
dan destruksi abnormal atau mutan yang berasal dari tubuh sendiri.
6. Untuk
keseimbanagn fungsi tubuh terutama menjaga keseimbangan komponen tubuh yang telah
tua.
SKEMA
SISTEM IMUN
B. Respon Imun
Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang
kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun
ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel
limfosit, komplemen, dansitokin yang saling berinteraksi secara kompleks.
Respon Imun berfungsi untuk mengeliminasi antigen.
Respon imun dibedakan menjadi dua macam respon imun yaitu:
1. Respons imun primer
Respons imun primer adalah respon imun yang terjadi pada pajanan yang
pertama kalinya dengan antibodi. Antibodi yang terbentuk pada respons imun ini
kebanyakan adalah IgM dengan titer yang lebih rendah dibanding dengan respons
imun sekunder, demikian pula daya afinitasnya. Waktu antara antigen masuk
sampai timbul antibodi (lag phase) lebih lama bila disbanding dengan respons
imun sekunder. Respon imun primer merupakan respons kekebalan tubuh yang pertama kali terjadi
ketika suatu antigen tertentu memasuki tubuh.
2. Respons imun sekunder
Pada respons imun ini, antibodi yang dibentuk terutama adalah IgG, dengan
titer dan afinitas lebih tinggi, serta fase lag lebih pendek dibanding respons
imun primer. Hal ini disebabkan oleh karena sel memori yang yang terbentuk pada
respons imun primer akancepat mengalami transformasi blast, proliferasi, dan
diferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan antibodi. Demikian pula
dengan imunitas seluler, sel limfosit T akan lebih cepat mengalami transformasi
blast dan berdeferensiasi menjadi sel T aktif sehingga lebih banyak terbentuk
sel efektor dan sel memori. Respon imun sekunder merupakan respons kekebalan tubuh ketika
antigen yang sama menyerang tubuh kembali untuk kedua kalinya. Respon ini lebih
cepat dari respon imun primer dan menghasilkan konsentrasi antibodi yang lebih
besar.
C. Pertahanan Tubuh
Diklasifikasikan menjadi dua yaitu
pertahanan tubuh spesifik dan nonspesifik. Pertahanan tubuh spesifik diperantarai
oleh limfosit yang setelah mendapatkan pejanan berikutnya ke agen yang sama
mengenali dan secara diskriminatif melawan agen tersebut. Pertahanan tubuh
nonspesifik membentuk lini pertama pertahanan terhadap berbagai faktor yang
mengancam termasuk agen infeksi,iritan kimiawi,dan cedera jaringan yang
menyerupai trauma mekanisme atau luka bakar.
Pertahanan tubuh ada 2 yaitu pertahanan tubuh spesifik dan pertahanan tubuh
non spesifik.
1. Pertahanan tubuh spesifik
Dikatakan spesifik karena hanya terbatas
pada satu mikro organisme dan tidak memberikan proteksi terhadap mikro
organisme yang tidak berkaitan.
Pertahanan ini di dapat melalui pejanan terhadap agen infeksius spesifik sehingga jaringan tubuh membentuk sistem imun.
Pertahanan ini di dapat melalui pejanan terhadap agen infeksius spesifik sehingga jaringan tubuh membentuk sistem imun.
Imunitas adalah kemampuan tubuh untuk
pertahanan diri melawan infeksi dan berupaya untuk membawanya kedalam sel dari
orang atau hewan lain.
Karakteristik sistem
imun :
1.
Spesifitas, dapat
membedakan berbagai zat asing.
2.
Memikro organismeri
dan amplifikasi, mengingat kembali kontak sebelumnya.
3.
Pengenalan bagian
diri, membedakan agen asing dan sel tubuh sendiri.
Komponen respon imun :
1.
Antigen, yaitu zat
yang menyebabkan respon imun spesifik.
2. Antibodi, yaitu suatu
protein yang dihasilkan oleh sistem imun sebagai respon terhadap keadaan
antigen.
Pertahanan
tubuh spesifik diantaranya :
A.
Imunitas yang diperentarai oleh antibodi
1. Imunoglobin
IgM berfungsi sebagai reseptor permukaan sel untuk tempat antigen melekat
2. IgG,inunoglobin
yang paling banyak di dalam darah,dihasilkan dalam jumlah besar ketika tubuh
berpajan ulang ke antigen yang sama. Bersama-sama antibodi IgM dan IgG
bertanggung jawab bagi sebagaian respon imun spesifik terhadap bakteri dan
beberapa jenis virus.
3. IgE afalah mediator antibody
untuk resspon alergi,misalnya asma,hay
fever,dan bidura.
4. Imunoglobin IgAditemukan
dalam sekresi sistem
pencernaan,pernapasan,dan genitourinaria,serta di air susu dan air mata.
5. IgD
terdapat di permukaan sel B,tetapi fungsinya masih belum jelas.
B. Imunitas Humoral,yang melibatkan
pembentukan antibodi oleh
turunan limfosit B yang dikenal sebagai sel plasma.
Tahap pertama yaitu pengenalan antigen asing, yang kali ini dilakukan oleh
sel B serta makrofag dan sel T helper.Sel T helper yang tersensitisasi
menyajikan antigen asing pada sel B, yang memberikan stimulus kuat bagi
aktivasi sel B yang spesifik untuk antigen ini. Sel B teraktivasi mulai
membelah berkali-kali dan membentuk dua jenis sel. Beberapa sel B baru yang
dihasilkan adalah sel-sel B memori, yang akan mengingat antigen spesifik.
Sel-sel B lain menjadi sel-sel plasma yang menghasilkan antibodi spesifik bagi
antigen asing yang satu ini. Antibodi kemudian berikatan dengan antigen,
membentuk kompleks antigen-antibodi. Ikatan kompleks ini menyebabkan opsonisasi
yang berarti bahwa antigen sekarang “ dilabel “ untuk di fagosit oleh makrofag
atau neutrofil. Kompleks antigen antibodi juga menstimulasi proses fiksasi
komplemen.
C.Imunitas yang diperantarai oleh sel
(imunitas seluler)
Imunitas
seluler merupakan imunitas yang melibatkan pembentukan limfosit T yang secara langsung menyerang sel-sel yang tidak
diinginkan. Terdapat tiga subpopulasi
sel T,bergantung pada peran mereka setelah diaktifkan oleh antigen :
1. Sel
T sitoksik,ysng menghancurkan sel pejamu yang memiliki antigen asing misalnya
sel tubuhyang dimasuki oleh virus,sel kanker,dan sel cangkokan.
2. Sel
T penolong,yang meningkatkan perkembangan Sel B aktif menjadi sel
plasma,memperkuat aktivitas sel T
toksik
dan sel T penekan yang sesuai,dan mengaktifkan makrofag
3. Sel
T penekan,yang menekan produksi antibody dan aktivitas sel T sitoksik dan
penolong.
Mekanisme
Setelah pengenalan antigen
asing oleh makrofag dan sel T helper yang menjadi teraktivasi dan spesifik
kemudian membelah berkali-kali membentuk sel T memori dan sel T sitotoksik
(killer). Sel T memori akan mengingat antigen asing yang spesifik dan menjadi
aktif bila antigen tersebut masuk lagi ke dalam tubuh. Sel T sitotoksik secara
kimiawi mampu merusak antigen asing dengan mengoyak membran sel. Dengan cara
ini, sel T sitotoksik merusak sel-sel yang terinfeksi oleh virus, dan mencegah
virus berepsroduksi. Sel T ini juga memproduksi sitokinin, yang secara kimiawi
menarik makrofag menuju area tersebut dan mengaktifkan makrofag untuk
memfagosit antigen asing. Sel T teraktivitasi lainnya menjadi sel T supresor,
yang akan menghentikan respons imun ketika antigen asing telah dirusak. Namun,
sel T memori secara cepat akan melakukan respons imun selular begitu terjadi
pajanan selanjutnya terhadap antigen.
2. Pertahanan tubuh
non spesifik
Dikatakan tidak spesifik
karena berlaku untuk semua organisme dan memberikan perlindungan umum terhadap
berbagai jenis agen. Secara umum pertahanan tubuh non spesifik ini terbagi
menjadi pertahanan fisik, mekanik dan kimiawi.
Pertahanan tubuh non spesifik dengan pertahanan fisik dalam tubuh manusia
antara lain adalah:
1.
Kulit, kulit yang utuh
menjadi salah satu garis pertahanan pertama karena sifatnya yang permeabel
terhadap infeksi berbagai organisme.
2.
Asam laktat, dalam
keringat dan sekresi sebasea dalam mempertahankan pH kulit tetap rendah,
sehingga sebagian besar mikro organisme tidak mampu bertahan hidup dalam
kondisi ini.
3.
Cilia, mikro organisme
yang masuk saluran nafas diangkut keluar oleh gerakan silia yang melekat pada
sel epitel.
4.
Mukus, membran mukosa
mensekresi mukus untuk menjebak mikroba dan partikel asing lainnya serta
menutup masuk jalurnya bakteri/virus.
5.
Granulosit, mengenali
mikroba organisme sebagai musuh dan menelan serta menghancurkan mereka.
6.
Proses inflamasi,
invasi jaringan oleh mikro organisme merangsang respon inflamasi pada tubuh
dengan tanda inflamasi yaitu kemerahan, panas, pembengkakan, nyeri, hilangnya
fungsi dan granulosit dan mikro organismenosit keluar.
Peradangan
atau inflamasi,suatu respon imun nonspesifik terhadap cedera ringan yang
bertujuan menarik protein plasma dan fagosit ke tempat yang cedera agar
keduanya dapat mengisolasi agen yang masuk,membersihkan debris,dan
mempersiapkan jaringan untuk proses penyembuhan.
Perhatikan
penggambaran respon peradangan yang disederhanakan berikut ini:
Keterangan:
1. Respon
yang terlokalisasi dipicu ketika sel-sel jaringan yang rusak oleh bakteri atau
kerusakan fisik membebaskan sinyal kimiawi seperti histamin dan prostaglandin.
2. Sinyal
tersebut merangsang pembesaran kapiler (yang mengakibatkan peningkatan aliran
darah) dan meningkatkan permeabilitas kapiler di daerah yang terserang. Sel-sel
jaringan juga membebaskan zat kimia yang mengandng fagositik dan limfosit.
3. Ketika
fagosit tiba ditempat luka, mereka memakan patogen dan serpihan-serpihan sel
dan jaringan itu sembuh.
4. Fagositosis : Sel darah putih menelan
pathogen, membawanya ke dalam vakuola yang ada di sitoplasma sel tersebut, lalu
dicerna dengan enzim litik.
Gambar
fagositosis
b) Pertahanan mekanik
Pertahanan tubuh non spesifik dengan cara
pertahanan mekanik antara lain adalah:
1.
Bersin, reaksi tubuh
karena ada benda asing (bakteri, virus, benda dan lain-lain yang masuk hidung)
reaksi tubuh untuk mengeluarkan dengan bersin.
2.
Bilasan air mata, saat
ada benda asing produksi air mata berlebih untuk mengeluarkan benda tersebut.
3.
Bilasan saliva, kalau
ada zat berbahaya produksi saliva berlebih untuk menetralkan
4.
Urin dan feses, jika
berlebih maka respon tubuh untuk segera mengeluarkannya.
c) Pertahanan kimiawi
Pertahanan tubuh non spesifik dengan cara
kimiawi antara lain adalah:
1.
Enzim dan asam dalam
cairan pencernaan berfungsi sebagai pelindung tubuh.
2.
HCL lambung, membunuh
bakteri yang tidak tahan asam.
3.
Asiditas vagina,
membunuh bakteri yang tidak tahan asam.
4.
Cairan empedu,
membunuh bakteri yang tidak tahan asam
Mekanisme Imunitas
Langkah pertama dalam memusnahkan
patogen atau sel asing adalah mengenal antigen sebagai bahan asing. Baik sel T
maupun sel B mampu melakukan hal ini, namun mekanisme immunya diaktivasi dengan
sangat baik, bila pengenalan ini dilakukan oleh makrofag dan kelompok khusus
limfosit T yang disebut sel T helper.
Antigen asing difagosit oleh suatu makrofag, dan bagian-bagian
dipresentasi pada membran sel makrofag. Pada membran makrofag juga terdapat
antigen “ self ” yang merupakan representasi semua antigen yang terdapat di
semua sel individu. Oleh karena itu, sel T helper yang bertemu makrofag ini
tersaji tidak hanya bersama antigen “ self ” sebagai pembandingnya.
Sel T helper sekarang menjadi tersensitisasi
dan spesifik bagi antigen asing. Satu hal yang tidak dimiliki tubuh. Pengenalan
antigen sebagai benda asing mengawali satu atau kedua mekanisme imunitas.
Mekanisme tersebut adalah imunitas selular, yang dalamnya sel T dan makrofag
berpartisipasi dan imunitas humoral (dengan perantara antibodi) yang melibatkan
dalam sel T, sel B dan makrofag.
1.
Imunitas Selular
Mekanisme imunitas ini tidak menghasilkan antibodi, tetapi tetap efektif
melawan patogen intrasel (misalnya virus), fungi , sel-sel ganas, dan tandur
jaringan asing. Setelah pengenalan antigen asing oleh makrofag dan sel T helper
yang menjadi teraktivasi dan spesifik kemudian membelah berkali-kali membentuk
sel T memori dan sel T sitotoksik (killer). Sel T memori akan mengingat antigen
asing yang spesifik dan menjadi aktif bila antigen tersebut masuk lagi ke dalam
tubuh. Sel T sitotoksik secar kimiawi mampu merusak antigen asing dengan
mengoyak membran sel.
Dengan cara ini, sel T sitotoksik
merusak sel-sel yang terinfeksi oleh virus, dan mencegah virus berepsroduksi.
Sel T ini juga memproduksi sitokinin, yang secara kimiawi menarik makrofag
menuju area tersebut dan mengaktifkan makrofag untuk memfagosit antigen asing.
Sel T teraktivitasi lainnya menjadi sel T supresor, yang akan menghentikan
respons imun ketika antigen asing telah dirusak. Namun, sel T memori secara
cepat akan melakukan respons imun selular begitu terjadi pajanan selanjutnya
terhadap antigen.
2.
Imunitas Humoral
Mekanisme imunitas ini
tidak melibatkan produksi antibodi. Tahap pertama yaitu pengenalan antigen
asing, yang kali ini dilakukan oleh sel B serta makrofag dan sel T helper. Sel
T helper yang tersensitisasi menyajikan antigen asing pada sel B, yang
memberikan stimulus kuat bagi aktivasi sel B yang spesifik untuk antigen ini.
Sel B teraktivasi mulai membelah berkali-kali dan membentuk dua jenis sel.
Beberapa sel B baru yang dihasilkan adalah sel-sel B memori, yang akan
mengingat antigen spesifik. Sel-sel B lain menjadi sel-sel plasma yang
menghasilkan antibodi spesifik bagi antigen asing yang satu ini. Antibodi
kemudian berikatan dengan antigen, membentuk kompleks antigen-antibodi. Ikatan
kompleks ini menyebabkan opsonisasi yang berarti bahwa antigen sekarang “
dilabel “ untuk di fagosit oleh makrofag atau neutrofil. Kompleks antigen
antibodi juga menstimulasi proses fiksasi komplemen.
Komplemen adalah suatu kelompok yang terdiri atas 20 protein plasma yang
bersirkulasi dalam darah sampai teraktivasi atau terfiksasi oleh suatu kompleks
antigen-antibodi. Fiksasi komplemen bisa komplet atau parsial. Jika antigen
asingnya seluler, protein komplemen mengikat kompleks antigen-antibodi, lalu
slaing berikatan satu dengan lainnya, dan menyusun cincin enzimatik yang
membentuk satu lubang dalam sel, yang dapat menyebabkan kematian sel. Ini
adlaha fiksasi komplemen komplet ( menyeluruh) dan merupakan keadaan yang
terjadi pada sel-sel bakteri (yang bisa terjadi pada reaksi transfusi, juga
dapat meyebabkan hemolisis).
Apabila antigen asing
bukan sel, misalnya virus, maka akan berlangsung fiksasi, komplemen parsial,
yakni beberpa protein komplemen berikatan dengan kompleks antigen-antibodi. Hal
ini merupakan faktor kemotaktik. Kemotaksit berarti “ Pergerakan kimiawi “ dan
sebenarnya merupakan penanda yang menarik makrofag untuk memangsa dan merusak
antigen asing. Bila antigen asing telah dirusak, sel T supresor tersensitisasi
untuk menghentikan respon imun. Hal ini penting dalam membatasi produksi antibodi
sampai jumlah yang diperlukan untuk mengeliminasi patogen tanpa memicu respons
tanpa memicu respon autoimun.
Interaksi Antibodi-Antigen
Sisi pengikat antigen pada regio variabel antibodi akan berikatan dengan
sisi penghubung determinan antigenik pada antigen untuk membentuk kompleks
antigen-antibodi (atau imun). Pengikatan ini memungkinkan inaktivasi antigen
melalui proses fiksasi, netralisasi, aglutinasi, atau presipitasi.
1.
Fiksasi komplemen terjadi
jika bagian molekul antibodi mengikat komplemen. Ikatan molekul komplemen
diaktivasi melalui “jalur klasik”, yang memicu efek cascade untuk mencegah
terjadinya kerusakan akibat organisme atau toksin npenyusup. Efek yang paling
penting meliputi :
-
Opsonisasi, partikel antigen
diselubungi antibodi atau komponen komplemen yang memfasilitasi proses
fagositosisi partikel.
-
Sitolisis, kombinasi dari faktor-faktor
komplemen multipel mengakibatkan rupturnya membran plasma bakteri atau penyusup
lain dan menyebabkan isi selular keluar.
-
Inflamasi, produk komplemen
berkontribusi dalam inflamasi akut melalui aktivasi sel mast, basofil dan
trombosit darah.
2.
Netralisasi terjadi
saat antibodi menutup sisi toksik antigen dan menjadikannya tidak berbahaya.
3.
Aglutinasi
(penggumpalan) terjadi jiak antigen adalah materi partikulat, seperti bakteri
atau sel-sel merah.
4.
Presipitasi terjadi
jika antigen dapat larut. Kompleks imun menjadi besar akibat hubungan silang
molekul antigen sehingga tidak dapat larut dan berpresipitasi. Reaksi
presipitasi antara antigen dan antibodi dapat dipakai secara klinis untuk
mendeteksi dan mengukur salah satu komponen berikut.
-
Imunoelektroforesis
adalah suatu metode untuk menganalisis campuran antigen (protein) dan
antibodinya.protein digerakkan pada bidang listrik (elektroforesis) untuk
dipisahkan dan kemudian dibiarkan berdifusi dalam jeli agar tempat setiap
protein membentuk garis presipitin dengan antibodinya.
-
Radioimunoassai (RIA) didasarkan pada
pengikatan kompetitif secara radioaktif antara antigen berlabel dan antigen
tanpa label untuk sejumlah kecil antibodi. Metode ini memungkinkan dilakukannya
anlisis terhadap antigen, antibodi, atau kompleks dalam jumlah yang sangat
kecil melalui pengukuran radioaktivitasnya bukan melalui cara kimia
Darah mempunyai tiga jenis limfosit :
1.
Sel
B
Sel B membuat
antibodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya.
2.
Sel
T
Sel T helper,
mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan dalam infeksi HIV) sarta
penting untuk menahan bakteri intraseluler. (sitotoksik) dapat membunuh sel
yang terinfeksi virus. Sel natural killer, sel pembunuh alami dapat
membunuh sel tubuh yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibunuh
karena telah terinfeksi virus atau telah menjadi kanker.
Limfosit
terdiri dari
1.
Monosit
Monosit membagi
fungsi “pembersih vakum” (fagositosis) dari neutrofil, tetapi lebih jauh dia
hidup dengan tugas tambahan yaitu, memberikan potongan patogen kepada sel T
sehingga patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh, atau dapat membuat
tanggapan antibodi untuk menjaga.
2. Basofil
Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen
dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.
3. Eosinofil
Eosinofil terutama
berhubungan dengan infeksi parasit, dengan demikian meningkatnya eosinofil
menandakan banyaknya parasit.
Sel batang
(Neutrofil)
berhubungan
dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan kecil
lainnya, serta biasanya juga yang memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi
bakteri, aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak menyebabkan
adanya nanah.
DAFTAR PUSTAKA
Sherwoood,
Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia Dari
Sel ke Sistem Edisi 2.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
www.wikipedia.org/wiki/Imunitas , diakses pada 30 September 2014
diakses
pada 30 September 2014
0 komentar:
Posting Komentar