A. Organisasi Sistem Saraf
Berdasarkan perbedaan struktur, tempat, dan fungsinya sistem saraf diorganisasi menjadi dua bagian yaitu: 1) sistem saraf pusat (Central Nervous System = CNS) yang
terdiri dari otak dan sum-sum tulang belakang (korda spinalis), dan 2) sistem saraf tepi (Peripheral Nervous System = PNS), yang terdiri dari
serabut-serabut saraf yang menghubungkan sistem saraf pusat dengan bagian tepi
tubuh ( reseptor dan efektor). Sistem saraf tepi lebih lanjut dibagi lagi
menjadi (1) kelompok saraf aferen dan
(2) kelompok saraf eferen. Serabut saraf aferen membawa informasi ke sistem
saraf pusat. Sedang serabut saraf eferen membawa perintah dari sistem saraf
pusat ke organ efektor, yaitu sel-sel otot atau kelenjar-kelenjar.
Sistem
saraf eferen dibagi menjadi (1) sistem saraf somatik, yang terdiri dari saraf
motorik yang menginervasi otot-otot rangka, (2) sistem saraf otonom yang
menginervasi otot polos, otot jantung, dan kelenjar-kelenjar. Sistem saraf
otonom dibagi lagi menjadi (1) sistem saraf simpatik, dan (2) sistem saraf
parasimpatik.
Organisasi
sistem saraf dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini:
OTAK DAN SUM-SUM TULANG
BELAKANG
|
sis.
saraf aferen
|
sis.
saraf eferen
|
Sis.
saraf somatik
|
Sis.
saraf otonom
|
sistim saraf simpatik
|
otot
rangka otot polos
otot jantung
kelenjar
|
organ efektor
(tersusun atas otot dan
jaringan kelenjar)
|
saraf pusat
SPP
Menyampaikan impuls
Menyampaiakan dari
SSP ke tepi
impuls dari tepi
ke SSP
sistim saraf parasimpatik
|
Sistim
saraf tepi
Gambar 2.1 Bagan Organisasi Sistem Saraf
B.
Klasifikasi Sel Saraf (Neuron)
Fungsional sistem saraf pada vertebrata maupun avertebrata adalah neuron.
Sel yang sangat spesialis itu, yang mengandung berbagai organ khas yang
diketemukan pada kebanyakan sel eukariotik, sangat teradapatsi bagi komunikasi
berkat penjuluran-penjularannya seperti kabel. Penjuluran-penjuluran sel saraf
ini disebut ujung akson (dendrit)
lihat gambar 2.2. Dendrit (ujung akson)
adalah penjuluran-penjuluran yang bercabang-cabang seperti pohon yang
mengangkut impuls menuju badan sel pusat.
Badan sel adalah daerah yang lebih tebal di neuron dan mengandung
nukleus dan sebagian besar sitoplasma. Akson adalah penjuluran yang sangat
panjang, berfungsi mengangkut impuls menjauhi badan sel. Biasanya neuron hanya
memiliki satu akson tunggal. Banyak akson dan bahkan dendrit dapat berkombinasi
hingga membentuk satu saraf tunggal. Neuron sistem saraf tepi (peripheral nervous system) yang jauh
letaknya dari pusat, mengangkut impuls-impuls menuju dan dari sistem saraf
pusat. Jaringan penyokong ini tersusun
atas sel-sel Schwann. Sel-sel Schwann itu cendrung tumbuh mengintari akson
sehingga akson terbungkus dalam pelindung berlapis-lapis yang besifat
mengisolasi listrik, yang disebut selubung mielin. Selubung bermembran dan
berlemak tersebut yang merupakan ciri dari serabut-serabut saraf paling tepi,
yang berbentuk seperti kabel berisolasi
yang cepat dan sangat efisien untuk transmisi impuls.
Sel
saraf dapat dibedakan atas dua macam yaitu berdasarkan fungsi dan berdasarkan
strukturnya. Berikut ini adalah uraian dari masing-masingnya.
1. Berdasarkan Fungsinya
Berdasarkan fungsi, sel-sel saraf
dapat dibedakan atas tiga macam yaitu (1) sel saraf aferen (sel saraf
sensorik), (2) sel saraf eferen (sel saraf motorik), dan (3) sel saraf
interneuron (sel saraf asosiasi/sel saraf perantara).
Pada gambar 2.2 ujung perifer (sel
saraf tepi), suatu sel saraf aferen memiliki suatu reseptor yang berfungsi
membangkitkan potensial aksi dalam merespon stimulus tertentu. Sel saraf aferen termasuk dalam sel saraf unipolar, badan selnya terletak dalam
akar belakang medula spinalis. Tonjolan yang keluar dari badan sel dianggap
sebagai akson yang dibedakan menjadi akson perifer dan akson pusat. Ujung akson
pusat bercabang-cabang dan bersinapsis dengan sel-sel saraf lain di dalam medula spinalis, sedangkan akson
perifer memanjang dari reseptor sampai badan sel.
Reseptor adalah ujung-ujung dendrit
termodifikasi dari saraf-saraf sensoris yang dikotribusi untuk merespon
terhadap jenis-jenis stimulus. Reseptor merupakan suatu organ indera yang
rumit, seperti retina mata atau organ Corti pada telinga berupa reseptor
gelombang suara.
Sel saraf eferen terletak terutama
dalam sistem saraf tepi, sedang badan sel saraf eferen berada di dalam sistem
saraf pusat. Akson eferen meninggalkan sistem saraf pusat ke otot-otot atau
kelenjar-kelenjar yang diinervasi.
Efektor adalah struktur-struktur pada
ujung lengkung refleks atau respon-respon yang lebih kompleks yang menyebabkan
respon spesifik yang sebenarnya. Efektor merupakan otot-otot yang kontraksinya
menghasilkan respon tertentu, atau kelenjar-kelenjar yang mensekresikan zat-zat
tertentu sebagai akibat stimulus.
Sel saraf interneuron, terletak
seluruhnya di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf interneuron mempunayai dua
fungsi utama, yaitu: 1) berfungsi dalam
pengintegrasian periferal ke informasi periferal. Misalnya, bila tangan
menyentuh benda panas, maka informasi ini akan disampaikan saraf pusat melalui
sel saraf aferen, kemudian saraf interneuron akan meneruskan sinyal tersebut ke
otot tangan dan lengan melalui sel saraf eferen. Dengan demikian tangan akan
ditarik dari benda panas tadi. 2)
hubungan antara dua saraf interneuron yang bertanggung jawab meneruskan
informasi ke otak.
Gambar 2.2
Sel Saraf Berdasarkan Fungsinya
2. Berdasarkan
Strukturnya
Setiap sel saraf terdiri atas tiga bagian yaitu:
(1) badan sel, (2) dendrit, dan (3) akson. Badan-badan sel terletak di dalam
substansia kelabu dari sistem saraf pusat atau ganglion dari sistem saraf tepi.
Sedang dendrit-denrit dan akson-akson membentuk saraf tubuh dalam substasia
putih dari sistem saraf pusat. Dendrit sel saraf aferen panjang, sampai
beberapa puluh centimeter, yaitu mulai dari tangan atau kaki ganglia spinal.
Dendrit sel saraf eferen dan sel saraf interneuron biasanya pendek dan banyak,
aksonnya tunggal tetapi sering memiliki satu atau lebih cabang (kolateral).
Berdasarkan strukturnya sel saraf
dibedakan atas tiga macam yaitu: (1) sel saraf unipolar, (2) sel saraf bipolar,
dan (3) sel saraf multipolar.
Sel
saraf bipolar adalah sel saraf yang memiliki dua penonjolan, satu sebagai
dendrit dan yang lain sebagai akson. Sel saraf unipolar adalah sel saraf yang
hanya memiliki satu penonjolan yang dianggap sebagai akson. Sel saraf
multipolar adalah sel saraf yang memiliki banyak penonjolan yang keluar dari
badan sel. Beberapa penonjolan sebagai dendrit dan satu penonjolan sebagai
akson. Untuk memahami ketiga struktur sel saraf dapat dilihat pada gambar
2.3. Contoh sel saraf unipolar adalah
sel-sel saraf sensoris (somatosensoris); sel saraf bipolar adalah sel batang,
sel kerucut pada retina, dan sel olfaktori; sel saraf multipolar adalah sel-sel
saraf motoris dan interneuron.
Gambar 2.3 Sel Saraf Berdasarkan Strukturnya. (a) Sel
saraf bipolar,
(b) Sel saraf unipolar, (c) dan (d) Sel saraf
multipolar.
C. Sistem Saraf Otonom
Sistem
saraf otonom (autonomic nervous system, ANS)
disusun
oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sum-sum tulang belakang
dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa
jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga
membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat
saraf praganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf
pascaganglion.
Sistem
saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik (sympathetic
nervous system, SNS) dan
sistem saraf parasimpatik (sympathetic nervous system, SNS). Perbedaan struktur antara saraf
simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik
mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sum-sum
tulang belakang sehingga mempunyai urat praganglion
pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada
organ yang dibantu.
Sistem saraf otonom meregulasi
aktivitas organ viseral di luar kesadaran seperti sirkulasi, pencernaan,
berkeringat, refleks pupil, dan sebagainya. Oleh karena itu sistem saraf otonom
ditetapkan sebagai sistem saraf tidak sadar yang kerjanya berlawanan dengan
sistem saraf sadar (somatik), yang menginervasi otot-otot rangka yang dapat
dikontrol secara sadar. Sistem saraf simpatik dan parasimpatik bersama-sama
menginervasi organ viseral. Umumnya saraf simpatik dan parasimpatik memberikan
efek yang berlawanan pada suatu organ. Misalnya stimulasi simpatik meningkatkan
kecepatan denyut jantung, sebaliknya stimulasi parasimpatik menurunkannya;
stimulus simpatik memperlambat gerakan saluran pencernaan makanan, sebaliknya
stimulus parasimpatik meningkatkannya.
Fungsi sistem
saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf
parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus" bersama
cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sum-sum
sambung.
Fungsi Saraf Otonom untuk meregulasi organ-organ tubuh supaya organ
tetap dalam keadaan normal, seperti pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Regulasi Sistem Saraf Otonom pada Organ-organ
Tubuh
Organ
|
Parasimpatik
|
Simpatik
|
Pupil
|
* mengecilkan pupil
|
* memperbesar pupil
|
Lidah
|
* merangsang produksi lidah
|
* menghambat produksi lidah
|
Jantung
|
* memperlambat denyut jantung
|
* mempercepat denyut jantung
|
Kerongkongan
|
* membesarkan bronkus
|
* mengecilkan bronkus
|
Lambung
|
*menstimulasi sekresi kelenjar
pencernaan
|
*menghambat sekresi kelenjar
pencernaan
|
Kantung kemih
|
*mengkontraksi kantung kemih
|
* merelaksasi kantung kemih
|
Sistem Reproduksi
|
* merangsang struktur- struktur seks
|
* menghambat struktur- struktur
seks
|
Serabut saraf simpatik berasal dari
dalam sum-sum tulang belakang pada daerah serviks, toraks, dan daerah lumbar. Serabut praganglion
parasimpatik berasal dari daerah kranial dan daerah sakral sistem saraf
pusat. Serabut-serabut ini lebih panjang
bila dibandingkan dengan serabut praganglion simpatik, sebab ujungnya berakhir
pada terminal ganglion yang terletak dekat organ efektor. Serabut
pascaganglion sangat pendek yang
berakhir pada sel-sel organ efektor, lihat gambar 2.4, berikut ini
Gambar 2.4
Peranan utama simpatik dan parasimpatil sistem saraf otonom
Setiap jalur saraf otonom yang
merentang dari sistem saraf pusat ke sistem organ yang diinervasi, terdiri dari
dua rantai neuron. Badan sel dari neuron pertama terletak dalam sistem saraf
pusat. Aksonnya sebagai serabut praganglionik
bersinapsis dengan badan sel dari neuron kedua yang terletak dalam suatu
ganglion di luar sistem saraf pusat. Akson dari neuron kedua yang disebut
serabut pascaganglionik menginervasi organ efektor.
Sistem saraf otonom (autonomic
nervous system, ANS) terdiri dari dua kelompok yaitu: sistem saraf simpatik dan sistem
saraf parasimpatik.
Sistem saraf simpatik (sympathetic nervous system, SNS) mempersiapkan tubuh untuk
situasi-situasi darurat, yaitu respon-respon yang diasosiasikan dengan “lawan
atau lari”. Sistem saraf simpatik menghasilkan
mobilisasi cepat dan total terhadap bahaya yang mengancam. Keadaan ini ditandai
dengan denyut jantung menguat dan semakin cepat, tekanan darah meningkat, kadar
gula darah naik, dan darah mengalir dari pembuluh-pembuluh darah dalam tubuh
menuju lengan dan kaki untuk mendukung perkelahian atau proses melarikan diri.
Serabut saraf simpatik berasal dari
dalam sum-sum tulang belakang pada daerah serviks, toraks, dan daerah lumbar (lihat gambar 2.4). Serabut
praganglionik simpatik sangat pendek, bersinapsis dengan badan sel neuron
pascaganglionik dalam ganglia yang terletak dalam suatu rantai ganglion
simpatik yang berada di samping kanan dan kiri sum-sum tulang belakang. Serabut
pascaganglionik yang panjang, berasal dari ganglion ini berakhir pada organ-organ
efektor.
Sistem
saraf parasimpatik (parasympathetic nervous system, PNS) berfungsi menjaga
fungsi-fungsi pengkonservasi yang mengembalikan organ seperti biasa saat
masa-masa tenang. Fungsi-fungsi tersebut
seperti makan, aktivitas seksual, urinasi, dan lain-lain.
Serabut
praganglionik parasimpatik berasal dari daerah kranial dan daerah sakral sistem
saraf pusat. Serabut-serabut ini lebih
panjang bila dibandingkan dengan serabut praganglionik simpatik, sebab ujungnya
berakhir pada terminal ganglion yang terletak dekat pada organ efektor. Serabut
pascaganglionik sangat pendek yang
berakhir pada sel-sel organ efektor.
Serabut
praganglionik simpatik dan parasimpatik membebaskan neurotransmiter yang sama,
yaitu asetilkholin(Ach) tetapi
neurotransmiter serabut pascaganglioniknya berbeda. Serabut saraf yang
membebaskan asetilkholin disebut serabut kholinergik. Baik asetilkholin maupun norepinefrin merupakan zat
kimia duta didalam tubuh.
Sistem
saraf otonom meregulasi aktivitas organ viseral di luar kesadaran seperti
sirkulasi, pencernaan, berkeringat, refleks pupil, dan sebagainya. Oleh karena
itu sistem saraf otonom ditetapkan sebagai sistem saraf tidak sadar yang
kerjanya berlawanan dengan sistem saraf sadar (somatik), yang menginervasi
otot-otot rangka yang dapat dikontrol secara sadar. Sistem saraf simpatik dan
parasimpatik bersama-sama menginervasi organ viseral. Umumnya saraf simpatik
dan parasimpatik memberikan efek yang berlawanan pada suatu organ. Misalnya
stimulasi simpatik meningkatkan kecepatan denyut jantung, sebaliknya stimulasi
parasimpatik menurunkannya; stimulus simpatik memperlambat gerakan saluran
pencernaan makanan, sebaliknya stimulus parasimpatik meningkatkannya.
Pada
umumnya kedua devisi otonom tersebut mengontrol organ secara resiprok,
peningkatan aktivitas oleh satu devisi disertai dan diikuti dengan penurunan
aktivitas oleh devisi yang lain. Lebih jelas lihat gambar 2.4. Namun ada beberapa pengecualian dari pola di
atas, seperti:
1. Pembuluh darah (arteri dan vena) hanya menerima
serabut saraf simpatik. Regulasi
diselesaikan dengan meningkatkan atau menurunkan kecepatan pengaktivan serabut
simpatik di atas atau di bawah tingkat tonik. Pembuluh darah yang menerima
inervasi simpatik dan parasimpatik adalah pembuluh darah yang memasok darah ke
penis dan klitoris.
2. Kelenjar keringat, hanya menerim inervasi simpatik
saja. Serabut saraf pascaganglionik hanya mengekskresikan asetilkholin.
3. Kelenjar ludah, diinervsi oleh kedua devisi
otonomik, aktivitas simpatik dan parasimpatik tidak antagonistik. Artinya kedua
saraf ini menstimulus sekresi saliva,
tetapi volume dan komposisi saliva berbeda tergantung devisi mana yang dominan.
4. Medula adrenal (bagian dalam dari kelenjar
adrenal), dipandang sebagai suatu ganglion simpatik yang dimodifikasi agar
tidak memiliki serabut pascaganglionik. Sekresi hormon ke sirkulasi darah
distimulasi oleh serabut praganglionik yang bersal dari otak
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sistem saraf diorganisasi menjadi dua bagian yaitu: 1) sistem saraf pusat dan 2)sistem saraf tepi yang terdiri
dari serabut-serabut saraf yang menghubungkan sistem saraf pusat dengan bagian
tepi tubuh (reseptor dan efektor).
Sistem saraf tepi dibagi lagi menjadi (1) kelompok saraf aferen dan (2) kelompok saraf
eferen. Serabut saraf aferen membawa informasi ke sistem saraf pusat. Sedang
serabut saraf eferen membawa perintah dari sistem saraf pusat ke organ efektor,
yaitu sel-sel otot atau kelenjar-kelenjar.
Sistem saraf eferen dibagi menjadi (1)
sistem saraf somatik, yang terdiri dari saraf motorik yang menginervasi
otot-otot rangka, (2) sistem saraf otonom yang menginervasi otot, polos, otot
jantung, dan kelenjar-kelenjar.
Sistem saraf otonom dibagi lagi menjadi
(1) sistem saraf simpatik, dan (2) sistem saraf parasimpatik. Sistem saraf
simpatik mempersiapkan tubuh untuk
situasi-situasi darurat, yaitu respon-respon yang diasosiasikan dengan “lawan
atau lari”. Sistem saraf parasimpatik berfungsi menjaga fungsi-fungsi
pengkonservasi yang mengembalikan organ seperti biasa saat masa-masa tenang.
2. Sel saraf dapat
dibedakan atas dua macam yaitu berdasarkan fungsi dan berdasarkan strukturnya.
Berdasarkan fungsi, sel-sel saraf dapat dibedakan atas: sel saraf aferen, sel
saraf eferen, dan sel saraf interneuron. Berdasarkan strukturnya sel saraf
dibedakan atas : sel saraf unipolar, sel sarf bipolar, dan sel saraf
multipolar.
3. Sistem saraf otonom meregulasi aktivitas organ
viseral di luar kesadaran seperti sirkulasi, pencernaan, berkeringat, refleks
pupil, dan sebagainya. Oleh karena itu sistem saraf otonom ditetapkan sebagai
sistem saraf tidak sadar yang kerjanya berlawanan dengan sistem saraf sadar
somatik, yang menginervasi otot-otot rangka yang dapat dikontrol secara sadar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sistem saraf diorganisasi menjadi dua bagian yaitu: 1) sistem saraf pusat dan 2)sistem saraf tepi yang terdiri
dari serabut-serabut saraf yang menghubungkan sistem saraf pusat dengan bagian
tepi tubuh (reseptor dan efektor).
Sistem saraf tepi dibagi lagi menjadi (1) kelompok saraf aferen dan (2) kelompok saraf
eferen. Serabut saraf aferen membawa informasi ke sistem saraf pusat. Sedang
serabut saraf eferen membawa perintah dari sistem saraf pusat ke organ efektor,
yaitu sel-sel otot atau kelenjar-kelenjar.
Sistem saraf eferen dibagi menjadi (1)
sistem saraf somatik, yang terdiri dari saraf motorik yang menginervasi
otot-otot rangka, (2) sistem saraf otonom yang menginervasi otot, polos, otot
jantung, dan kelenjar-kelenjar.
Sistem saraf otonom dibagi lagi menjadi
(1) sistem saraf simpatik, dan (2) sistem saraf parasimpatik, kedua saraf ini
berfungsi untuk meregulasi organ-organ tubuh supaya organ tetap dalam
keadaan normal.
2. Sel saraf dapat
dibedakan atas dua macam yaitu berdasarkan fungsi dan berdasarkan strukturnya.
Berdasarkan fungsi, sel-sel saraf dapat dibedakan atas: sel saraf aferen, sel
saraf eferen, dan sel saraf interneuron. Berdasarkan strukturnya sel saraf
dibedakan atas: sel saraf unipolar, sel sarf bipolar, dan sel saraf multipolar.
3. Sistem saraf
otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik (sympathetic nervous system, SNS) dan sistem saraf parasimpatik (sympathetic nervous system, SNS) yang
bekerja dalam meregulasi organ tubuh selalu berlawanan..
3. Sistem saraf otonom meregulasi aktivitas organ
viseral di luar kesadaran seperti sirkulasi, pencernaan, berkeringat, refleks
pupil, dan sebagainya supaya organ tetap pada normal.
DAFTAR
PUSTAKA
Cambell, N.A., Reece, J.B, &
Mitchell, L.G. (2004). Biologi. (5th ed., Jil.3). Jakarta: Erlangga.
Fried, G.H., & Hademenos, G.J.
(2006). Schaum’s outlines biologi. (2th
ed.). Jakarta: Erlangga.
Moore, J. A., dkk. (1980). Biological science an inquiry into life. (4th
ed.) Colorado: Biological Sciences Curiculum Study.
Soewolo, ddk. (2005). Fisiologi manusia. (Cetakan 1). Malang: UM
Press.
Lembar
jawaban
1. Penyakit
apa yang ada pada system saraf Simpatik?
Hermansyah nova
Jawab:
1.
Masalah
tekanan darah seperti tekanan darah tinggi
2.
Disfungsi
ereksi pada pria
3.
penyakit
jantung
4.
Masalah
dengan pernapasan dan menelan
5.
sakit
kepala
6.
kehilangan
memori
7.
Tremor,
kejang
8.
Hilangnya
kekuatan otot
9.
bicara
cadel
2. Sebutkan
gangguan system saraf simpatik?
Ojy pratama
Jawab:
Gangguan sistem
saraf juga dikenal sebagai ‘dysautonomia’. Jika Anda mengetahui anatomi sistem
saraf pusat, maka Anda akan dapat memahami penyebab gangguan sistem saraf
simpatik dengan mudah.
1. Penyakit: Banyak penyakit menyebabkan
degenerasi bertahap saraf, mempengaruhi sistem transmisi mereka. Diabetes dan
penyakit Parkinson dapat menyebabkan gangguan SNS.
2. Gangguan autoimmune: Gangguan autoimun, dimana
sistem kekebalan tubuh menganggap organ sebagai benda asing dan menyerangnya,
dapat menyebabkan gangguan SNS.
3. Asupan Alkohol berlebihan: Penyalahgunaan
alkohol adalah salah satu alasan utama gangguan SNS.
4. Cedera Otak: Setiap jenis cedera otak
traumatis dapat menyebabkan disfungsi SNS.
5. Infeksi Otak: Ketika infeksi mempengaruhi
sumsum otak dan tulang belakang secara langsung, dapat mengakibatkan gangguan
SNS.
6. Cacat Struktural: cacat struktural, cacat
lahir dapat menyebabkan gangguan SNS.
7. Masalah Sistem Immune: masalah sistem
kekebalan tubuh yang parah dapat menyebabkan gangguan SNS.
8. Tumor Otak: Tumor otak, jinak atau ganas,
dapat mengakibatkan gangguan SNS.
9. Terganggu Suplai Darah ke Otak: Sebuah stroke,
adalah melihat, dimana suplai darah ke otak terganggu dapat menyebabkan disfungsi
SNS.
3. Perbedaan antara sel
saraf unipolar , bipolar dan multipolar?
Ferry sukma wijaya
Sel saraf bipolar adalah
sel saraf yang memiliki dua penonjolan, satu sebagai dendrit dan yang lain
sebagai akson. Sel saraf unipolar adalah sel saraf yang hanya memiliki satu
penonjolan yang dianggap sebagai akson. Sel saraf multipolar adalah sel saraf
yang memiliki banyak penonjolan yang keluar dari badan sel.u
4. Apa
yang di maksud dengan dendrit?
Gilang firdaus
Dendrit (dari bahasa
Yunani dendron,
“pohon”) adalah cabang dari Neuron. Sel-sel saraf di
otak disebut Neuron. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya
terdapat sitoplasma dan inti
sel. Dari badan sel
keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson(neurit).
Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf,
sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain.
Akson biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit pendek.
Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu
dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson
terdapat lapisan lemak disebutmielin yang merupakan
kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel
Schwann adalah
sel glia yang membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin. Membran
plasma sel
Schwann disebut neurilema. Fungsi mielin adalah
melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak terbungkus
mielin disebut nodus
Ranvier,
yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls.
5. Perbedaan
antara saraf simpati dan para simpatik?
Wahyu bima
0 komentar:
Posting Komentar