ILMU
KOMUNIKASI
“Sistem
Komunikasi”
Disusun
oleh :
Nila Krisnasari (P23131114028)
Utari Noor FitriDini (P23131114047)
DIV – II
B
Dosen
Pembimbing
dr. Maria Poppy Herlianty, M.
Epid
Politeknik Kesehatan Kemenkes
Jakarta II
Jurusan
GIZI
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala karunia dan
berkahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan dapat
mengatasi segala hambatannya.Terima kasih kepada orang tua kami yang telah
mendukung dalam segala hal, tidak lelah memberi kami motivasi dan dukungan agar
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kepada dosen pembimbing kami bapak dr. Maria Poppy
Herlianty, M. Epid yang membimbing proses penyusunan sehingga makalah ini dapat
disajikan dengan baik. Makalah kami masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran dari teman- teman.
Jakarta, 01 Maret 2015
Penulis
A. Pengertian Sistem
Sistem berasal dari bahasa Yunani, sistema,
yang berarti suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian (Shrode
dan Voich, dalam Nurudin, 2004). Serupa dengan pendapat Shrode dan Voich,
Littlejohn(1999) mengartikan sistem sebagai seperangkat hal-hal yang saling
mempengaruhi dalam suatu lingkungan dan membentuk suatu keseluruhan (sebuah
pola yang lebih besar yang berbeda dari setiap bagian-bagiannya).
Lebih mendalam, Littlejohn mengatakan bahwa suatu
sistem terdiri dari empat (4) hal, yaitu:
- Objek-objek. Objek adalah bagian-bagian, elemen-elemen, atau
variabel-variabel dari sistem. Mereka bisa jadi berbentuk fisik atau
abstrak atau kedua-duanya, tergantung dari sifat sistem.
- Atribut. Suatu sistem terdiri dari atribut-atribut, kualitas atau
properti sistem itu dan objek-objeknya.
- Hubungan internal, hubungan antara anggota sistem.
- Lingkungan, suatu sistem memiliki suatu lingkungan. Mereka tidak hadir
dalam suatu kevakuman, tetapi dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya.
Suatu keluarga adalah suatu contoh yang baik dari
suatu sistem. Anggota-anggota keluarga (bapak; ibu; anak; dan sebagainya)
adalah objek dari sistem ini. Ciri-ciri mereka sebagai individu adalah
atribut-atribut. Interaksi mereka keluarga membentuk hubungan antara
anggota-anggotanya. Keluarga juga eksis dalam lingkungan sosial dan kultural,
dan ada pengaruh bersama diantara keluarga dan lingkungannya. Anggota-anggota
keluarga bukanlah orang-orang yang terisolasi, dan hubungan mereka haruslah
diperhitungkan untuk memahami keluarga sebagai suatu unit.
Lebih mendalam, Littlejohn menyatakan bahwa sistem
mempunyai beberapa sifat, yaitu:
a.
Keseluruhandaninterdependensi (wholeness and
interdependence)
Suatu sistem
adalah suatu keseluruhan yang unik, karena bagian-bagiannya berhubungan satu
sama lain dan tidak dapat dipahami secara terpisah. Suatu sistem
adalah produk dari kekuatan-kekuatan atau interaksi-interaksi diantara
bagian-bagiannya. Dan bagian-bagian dari sistem saling bergantungan atau saling
mempengaruhi tidak bebas.
Independensi dengan mudah dapat digambarkan dalam keluarga. Suatu keluarga
adalah suatu sistem interaksi individu, dan setiap anggota dipaksa oleh aksi
anggota-anggota lainnya. Walaupun tiap orang memiliki kebebasan tak seorangpun
memiliki kebebasan penuh dengan keterikatan mereka satu sama lain.
Perilaku-perilaku dalam keluarga tidak independen, bebas, atau acak. Namun
mereka terpola dan terstruktur agak dapat diramalkan. Apa yang anggota keluarga
lakukan atau katakan mengikuti dari atau membawa suatu aksi yang lain.
b.
Hirarki (hierarchy)
Sistem
mempunyai hirarki, ada sistem yang lebih besar dimana suatu sistem adalah satu
bagian disebut supra-sistem, dan sistem yang lebih kecil mengandung suatu
sistem disebut subsistem.
Keluarga menggambarkan hirarki dengan sangat baik. Supra-sistem adalah
keluarga yang diperluas, yang dirinya sendiri adalah bagian dari sistem yang
lebih besar yaitu masyarakat. Beberapa unit keluarga inti adalah bagian-bagian
dari yang diperluas, dan setiap unit keluarga dapat memiliki
subsistem-subsistem seperti unit suami-istri, anak, unit orang tua-anak.
c.
Peraturansendiridan control (self-regulation and
control)
Sistem-sistem paling sering dipandang sebagai organisasi yang berorientasi
kepada tujuan. Aktifitas-aktifitas suatu sistem dikendalikan oleh
tujuan-tujuannya dan sistem itu mengatur perilakunya untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut. Bagian-bagian dari suatu sistem harus berperilaku
berdasarkan garis-garis besar dan harus beradaptasi terhadaptasi terhadap
lingkungan pada basis umpan balik.
Kembali ke contoh, keluarga-keluarga melukiskan kualitas sistem-sistem ini,
dan ia dapat memiliki berbagai mekanisme kontrol. Contohnya, ia dapat bersandar
pada satu anggota dominan untuk membuat keputusan-keputusan dan memberikan
arahan. Orang ini memonitor keluarga itu memberikan kontrol seperlunya bilamana
ada tanda-tanda penyimpangan dari standar-standar keluarga terdeteksi.
Keluarga-keluarga lain dapat menagani kontrol dengan sangat berbeda, seperti
dalam kasus dimana yang memiliki bagian-bagian peran yang tegas membolehkan
setiap anggota mendesak kontrol terhadap jenis-jenis keputusan tertentu dan
tidak bagi yang lainnya.
d.
Pertukarandenganlingkungan (interchange with
environment)
Sistem-sistem berinteraksi dengan lingkungannya. Mereka mengambil ke dalam
dan membiarkannya ke luar materi dan energi, memiliki masukan-masukan dan
keluaran-keluaran. Contohnya, orang-orang tua harus secara tetap menyesuaikan
terhadap hubungan-hubungan putranya di luar keluarga dan berurusan dengan
pengaruh-pengaruh dari teman-teman, guru-guru, dan televisi.
e.
Keseimbangan (balance)
Keseimbangan, seringkali merujuk kepada homeostatis (merawat sendiri).
Salah satu tugas dari suatu sistem, jika ia tetap hidup, adalah tinggal dalam
keseimbangan. Sistem haruslah bagaimana pun mendeteksi bilamana rusak dan
membuat penyesuaian untuk kembali di atas jalurnya, penyimpangan dan perubahan
muncul dan dapat ditoleransi oleh sistem, hanya bila telah lama. Akhirnya,
sistem itu akan jatuh berantakan jika tidak dapat merawat dirinya.
Kebutuhan bagi keseimbangan menjelaskan mengapa keluarga-keluarga terlihat
berjuang begitu keras untuk menjaga beberapa hal seimbang. Contohnya mengapa
orang tua terus mengomeli anak-anaknya untuk berlaku santun? Mengapa
pasangan-pasangan yang memiliki kesulitan perkawinan seringkali selalu mencoba berkumpul
kembali? Dari suatu pandangan sistem, jenis usaha ini adalah suatu upaya alami
untuk mempertahankan homeostatis.
f.
Perubahandankemampuanberadaptasi (change and
adaptibity)
Karena sistem eksis dalam suatu lingkungan dinamik sistem haruslah dapat beradaptasi.
Sebaliknya, untuk bertahan hidup, suatu sistem haruslah memiliki keseimbangan
tapi ia juga harus berubah. Sistem-sistem yang kompleks seringkali perlu
berubah secara struktural untuk beradaptasi terhadap lingkungan, dan jenis
perubahan itu berarti keluaran dari keimbangan untuk sesaat. Sistem-sistem yang
telah maju haruslah mampu merngatur kembali dirinya untuk menyesuaikan terhadap
tekanan-tekanan lingkungan. Pengertian teknis bagi perubahan sistem adalah
morfogenesis.
Untuk melanjutkan contoh kita, keluarga-keluarga melakukan perubahan. Saat
anggota-anggota keluarga dewasa dan berkembang, saat anggota-anggota baru hadir
dan anggota lama meninggalkan, dan saat keluarga menghadapi tantangan-tantangan
baru di lingkungan, ia harus beradaptasi.
g.
Samaakhirnya (equifinality).
Finalitas
adalah tujuan yang dicapai atau penyelesaian tugas dari suatu sistem.
Equifinalty adalah suatu keadaan final tertentu bisa jadi diselesaikan dengan
cara-cara yang berbeda dan titik-titik awal yang berbeda. Sistem-sistem yang
dapat beradasptasi, yang memiliki keadaan final suatu tujuan, dapat mencapai
tujuan itu dalam suatu beragam kondisi lingkungan. Sistem mampu
dalam memproses masukan-masukan dengan cara-cara yang berbeda untuk
menghasilkan keluarannya. Orang tua yang cerdik, misalnya mengetahui bahwa
perilaku-perilaku anaknya dapat dipengaruhi oleh beragam teknik, pembuatan
keputusan keluarga dapat terjadi dalam lebih dari satu cara dan dan anak-anak
belajar beberapa metoda untuk mengamankan pemenuhan kedewasaan pada dunianya.
B. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication
berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis
yang berarti sama, sama di sini maksudnya adalah sama makna.
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat
dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip
paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The
Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan
bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab
pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What
Effect?
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa
komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan
itu,yaitu:
1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)
2. Pesan (mengatakan apa?)
3. Media
(melalui canel/media apa?)
4. Komunikan (kepada siapa?)
5. Efek (dengan dampak/efek apa?).
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut,
komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan
melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
Berangkat dari paradigma Lasswell, Effendy (1994)
membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:
- Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol)
sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah
pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat,
gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu
menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.
Seperti disinggung di muka, komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan
makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata lain , komunikasi
adalah proses membuat pesan yang setala bagi komunikator dan komunikan.
Prosesnya sebagai berikut, pertama-tama komunikator menyandi (encode)
pesan yang akan disampaikan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti
komunikator memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang
(bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian giliran
komunikan untuk menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini
berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan
komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang penting dalam proses penyandian
(coding) adalah komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat
menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan makna).
Wilbur Schramm (dalam Effendy, 1994) menyatakan bahwa komunikasi akan
berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh
komunikator cocok dengan kerang acuan (frame of reference) , yakni
paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings)
yang diperoleh oleh komunikan. Schramm menambahkan, bahwa bidang (field of
experience) merupakan faktor prnting juga dalam komunikasi. Jika bidang
pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan
berlangsung lancar. Sebaliknya, bila bidang pengalaman komunikan tidak sama
dengan bidang pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu
sama lain.
- Proses komunikasi sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media
kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam menyampaikan
komunikasike karena komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif
jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah,
radio, televisi, film, dan sebagainya adalah media kedua yang sering digunakan
dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang
dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar, televisi,
radio, dan sebagainya.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dan
sebagainya.).
C. Pengertian Sistem Komunikasi
Teori sistem telah memiliki suatu pengaruh utama
pada studi komunikasi manusia. Beberapa pelopor adalah:
1.
Dikenal sebagai komunikasi
relasional. Ia berpendapat bahwa dalam berkomunikasi (sebagai ujud suatu
sistem) peserta komunikasi menyampaikan suatu pesan yang memuat makna mendua
dan hubungan komplementaris atau simetris. Pengertian pesan bermakna mendua,
yaitu pesan yang memuat isi pesan (content message) dan pesan memuat
hubungan (relationship massage). Pengertian hubungan komplementer,
adalah satu bentuk perilaku diikuti oleh perlaku lawannya yang bersifat
melengkapi. Dalam simetri, aksi seseorang diikuti oleh aksi sejenis oleh orang
lainnya. Disini mulai telihat bagaimana proses interaksi menciptakan struktur
sistem, bagaimana orang merespon satu sama lain menentukan jenis hubungan yang
mereka miliki.
2.
sistem pada komunikasi. Analisisnya
dimulai dengan perilaku seperti komentar verbal dan aksi-aksi nonverbal sebagai
unit terkecil dari analisis dalam sistem komunikasi. Perilaku-perilaku yang
dapat diobservasi ini (suatu pesan) merupakan kendaraan satu-satunya untuk
menghubungkan individu dalam suatu sistem komunikasi. Fisher percaya bahwa
aliran pembicaraan ini dengan sendirinya mengatakan sedikit tentang sistem
komunikasi.
Berangkat dari pengertian-pengertian diatas, sistem
komunikasi dapat diartikan sebagai seperangkat hal-hal tentang proses
penyampaian pesan yang berhubungan satu sama lain dan membentuk suatu
keseluruhan. Layaknya suatu sistem, sistem komunikasi terdiri dari 4
(empat) hal, Yaitu:
a.
Objek-objek dari sistem
komunikasi, yang berupa unsur-unsur komunikasi(komunikator, pesan, media,
komunikan, efek).
b.
Atribut Sistem komunikasi, yang
berupa kualitas atau properti sistem itu dan unsur-unsur komunikasinya.
c.
Hubungan internal sistem komunikasi,
hubungan antara peserta-peserta komunikasi (komunikator dan komunikan) sebagai
anggota sistem, yang dapat ditandai melalui pesan-pesan komunikasi mereka.
d.
Lingkungan sistem komunikasi,
suatu sistem komunikasi memiliki suatu lingkungan, yaitu: sistem sosial, sistem
politik, sistem budaya dan sebagainya. Mereka tidak hadir dalam suatu
kevakuman, tetapi dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya. Hubungan antar sistem
itu dapat digambarkan sebagai berikut:
Jika pengertian sistem komunikasi itu dipakai untuk
mengamati suatu sistem pers, maka objek objek dari sistem ini adalah insan pers
(wartawan, dewan pers, institusi pers), pesan (berita, opini, iklan) masyarakat
yang berkepentingan, pemerintah. Ciri-ciri atau kualitas dari mereka sebagai
objek-objek sistem merupakan atribut sistem. Interaksi antara mereka membentuk
membentuk hubungan antara anggota sistem. Sistem pers juga eksis dalam
lingkungan sosial, politik, budayanya. Anggota-anggota sistem komunikasi ini
bukanlah orang-orang yang terisolasi dan hubungan mereka haruslah
diperhitungkan untuk memahami sistem komunikasi ini sebagai suatu unit dari
sistem yang lebih besar.
Sifat-sifat dari sistem pers dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.
Keseluruhan dan interdependensi
Sistem pers adalah suatu hubungan antara insan-insan pers (wartawan, dewan
pers, dan sebagainya), pesan (berita, opini, iklan), masyarakat yang
berkepentingan, dan pemerintah yang membentuk suatu keseluruhan.dan
masing-masing anggota sistem saling bergantungan (interdependensi), artinya kebebasan
pers dipengaruhi oleh masyarakat dan pemerintahnya.
b.
Hirarki
Sistem pers merupakan sub sistem dari sistem komunikasi, atau sistem
komunikasi merupakan sistem besar bagi sistem pers, sistem penyiaran, sistem
periklanan,dan sebagainya. Sistem pers sendiri mempunyai sub sistem-sub sistem,
yaitu sistem pers surat kabar, tabloid, majalah, dan sebagainya.
c.
Peraturan sendiri dan kontrol
Sistem pers mempunyai aturan-aturan sendiri bagi sistem itu dan
anggota-anggotanya. Aturan-aturan itu antara lain: uu pers, kode etik, uu
penyiaran, dan sebagainya. Anggota-anggota sistem haruslah berperilaku sesuai
dengan aturan yang berlaku dalam sistem ini. Mekanisme kontrol juga dijalankan
untuk menindak anggota sistem yang berperilaku yang menyimpang. Mekanisme
kontrol dalam sistem ini dijalankan oleh dewan pers.
d.
Pertukaran dengan lingkungan
Sistem pers berada dalam suatu sistem sosial, sistem politik, sistem
budaya, sistem ekonomi, dan sebagainya. Dan sistem-sistem itu saling mempengaruhi.
Sistem komunikasi berada di bawah subordinat sistem sosial. Sistem sosial
adalah sebuah bangunan yang di dalamnya mempunyai beberapa sub sistem, yang
mendukung eksistensi dari sistem sosial itu secara bersama-sama. Sistem sosial
yang mengedepankan budaya feodalisme atau paternalistik akan mempengaruhi
sistem komunikasi, ekonomi, politiknya, -dan pada gilirannya akan mempengaruhi
sistem pers.
e.
Keseimbangan
Keseimbangan suatu sistem berkorelasi dengan kemampuan merawat diri
sendiri. Dalam sistem pers, keseimbangan ini dipertahan oleh insan-insan pers,
masyarakat yang berkepentingan, dan pemerintah sebagai anggota-anggota sistem.
Bagaimana mereka mampu merawat diri mereka dan sistemnya, dengan cara
berdisiplin untuk patuh terhadap aturan-aturan yang berlaku dalam sistem
mereka. Mereka harus juga mampu menyesuaikan/merevisi peraturan-peraturan yang
sudah tidak sesuai dengan perkembangan dari sistem ini, maupun terhadap
lingkungannya.
f.
Perubahan dan kemampuan beradaptasi
Sistem pers eksis pada suatu lingkungan, untuk itu sistem pers harus mampu
mengadakan penyesuaian guna beradaptasi dengan lingkungannya. Misal sistem pers
harus menyesuai perkembangan dari sistem politik yang cenderung lebih
demokratis, penyesuaian yang dilakukan tentunya berkenaan dengan perkembangan
dari kebebasan yang dirasakannya.
C. Hukum dalam Sistem Komunikasi Indonesia
Sistem komunikasi Indonesia mempunyai dasar hukum. Secara tersirat terdapat
dalam mukadimah UUD 1945 khususnya pada alinea ke empat. Secara tersurat
terdapat pada pasal 28F yang berbunyi:
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak
untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Selain diatur dalam hukum dasar negara Indonesia,
peraturan dalam berkomunikasi dapat mengacu pada: Undang-undang 32 tahun 2002;
Undang-undang 40 tahun 1999; Undang-undang 36 tahun 1999; Undang-undang 8 tahun
1992; KUHP (terdapat beberapa pasal yang mengatur tentang komunikasi) dan
sebagainya.
D. Unsur-Unsur Sistem Komunikasi
a. Lingkungan komunikasi
Lingkungan (konteks) komunikasi memiliki 3
(tiga) komponen penting yaitu :
- Fisik,
adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata atau berwujud.
Maksudnya adalah komunikasi bersifat nyata dan real sehingga dikatakan
mempunyai tampilan fisik, baik berupa suara maupun gerakan-gerakan sebagai
tanda.
- Sosial-psikoilogis,
meliputi, misalnya tata hubungan status di antara mereka yang terlibat,
peran yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana mereka
berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan
atau permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau senda gurau,
- Temporal
(waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah dimana
komunikasi berlangsung.
Ketiga komponen komuniasi tersebut saling berinteraksi
satu dengan yang lainnya, masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi.
b. Enkoding-Dekoding
Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan
menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau menulis) sebagai enkoding (encoding).
Dengan menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang suara atau ke atas
selembar kertas, kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu.
Jadi, kita melakukan enkoding.
Kita menamai tindakan menerima pesan (misalnya,
mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding (decoding). Dengan
menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas menjadi gagasan,
anda menguraikan kode tadi. Jadi, anda melakukan dekoding.
Oleh karenanya kita menamai pembicara atau penulis
sebagai enkoder (encoder), dan pendengar atau pembaca sebagai dekoder (decoder).
Seperti halnya sumber-penerima, kita menuliskan enkoding-dekoding sebagai satu
kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa anda menjalankan
fungsi-fungsi ini secara simultan. Ketika anda berbicara (enkoding), anda juga
menyerap tanggapan dari pendengar (dekoding).
c. Sumber Penerima
Sumber penerima sebagai satu kesatuan yang tak
terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi
adalah sumber (komunikator) kaligus penerima (komunikan). Anda mengirimkan
pesan ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh. Anda menerima
pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya.
Tetapi, ketika anda mengirimkan pesan, anda juga
menerima pesan. Anda menerima pesan anda sendiri (anda mendengar diri sendiri,
merasakan gerakan anda sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh anda sendiri)
dan anda menerima pesan dari orang lain (secara visual, melalui pendengaran,
atau bahkan melalui rabaan dan penciuman). Ketika anda berbicara dengan orang
lain, anda memandangnya untuk mendapatkan tanggapan (untuk mendapatkan
dukungan, pengertian, simpati, persetujuan, dan sebagainya). Ketika anda
menyerap isyarat-isyarat non-verbal ini, anda menjalankan fungsi penerima.
d. Kompetensi Komunikasi
Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan anda
untuk berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan Cupach, 1989). Kompetensi ini
mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks)
dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi
(misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada
pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi
pendengar dan lingkungan yang lain). Pengetabuan tentang tatacara perilaku
nonverbal (misalnya kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan
fisik) juga merupakan bagian dari kompetensi komunikasi.
Dengan meningkatkan kompetensi anda, anda akan
mempunyai banyak pilihan berperilaku. Makin banyak anda tahu tentang komunikasi
(artinya, makin tinggi kompetensi anda), makin banyak pilihan, yang anda punyai
untuk melakukan komunikasi sehari-hari. Proses ini serupa dengan proses
mempelajari perbendaharaan kata: Makin banyak kata anda ketahui (artinya, makin
tinggi kompetensi perbendaharaan kata anda), makin banyak cara yang anda miliki
untuk mengungkapkan diri.
e. Umpan Balik/ Feed Back
Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke
sumbernya. Umpan balik dapat berasal dari anda sendiri atau dari orang lain.
Dalam diagram universal komunikasi tanda panah dari satu sumber-penerima ke
sumber-penerima yang lain dalam kedua arah adalah umpan balik. Bila anda
menyampaikan pesan misalnya, dengan cara berbicara kepada orang lain anda juga
mendengar diri anda sendiri. Artinya, anda menerima umpan balik dari pesan anda
sendiri. Anda mendengar apa yang anda katakan, anda merasakan gerakan anda,
anda melihat apa yang anda tulis.
Selain umpan balik sendiri ini, anda menerima umpan
balik dari orang lain. Umpan balik ini dapat datang dalam berbagai bentuk:
Kerutan dahi atau senyuman, anggukan atau gelengan kepala, tepukan di bahu atau
tamparan di pipi, semuanya adalah bentuk umpan balik.
f. Gangguan
Gangguan (noise) adalah gangguan dalam
komunikasi yang mendistorsi pesan. Gangguan menghalangi penerima dalam menerima
pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu
sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan
yang diterima.
Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik (ada orang
lain berbicara), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala kita), atau
semantik (salah mengartikan makna). Tabel dibawah menyajikan ketiga macam
gangguan ini secara lebih rinci.
Macam
|
Definsi
|
Contoh
|
Fisik
|
Interferensi
dengan transmisi fisik isyarat atau pesan lain
|
Desingan
mobil yang lewat, dengungan komputer, kacamata
|
Psikollogis
|
Interferensi
kognitif atau mental
|
Prasangka
dan bias pada sumber-penerima, pikiran yang sempit
|
Semantik
|
Pembicaraan
dan pendengar memberi arti yang berlainan
|
Orang
berbicara dengan bahasa yang berbeda, menggunakan jargon atau istilah yang
terlalu rumit yang tidak dipahami pendengar
|
Gangguan dalam komunikasi tidak terhindarkan.
Semua komunikasi mengandung gangguan, dan walaupun kita tidak dapat
meniadakannya samasekali, kita dapat mengurangi gangguan dan dampaknya.
Menggunakan bahasa yang lebih akurat, mempelajari keterampilan mengirim dan
menerima pesan nonverbal, serta meningkatkan keterampilan mendengarkan dan
menerima serta mengirimkan umpan balik adalah beberapa cara untuk menanggulangi
gangguan.
g. Saluran
Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan.
Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran, kita
menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai
contoh, dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengarkan (saluran
suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini
secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan
(saluran olfaktori). Seringkali kita saling menyentuh, ini pun komunikasi
(saluran taktil).
h. Pesan
Pesan dalam komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk.
Kita mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi
tertentu dari panca indra kita. Walaupun biasanya kita menganggap pesan selalu
dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis
pesan. Kita juga berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata). Sebagai contoh,
busana yang kita kenakan, seperti juga cara kita berjalan, berjabatan tangan,
menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan. tersenyum. Pendeknya, segala
hal yang kita ungkapkan dalam melakukan komunikasi.
William I. Gorden (dalam Deddy Mulyana,
2005:5-30) mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu:
1. Sebagai komunikasi sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial
setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep
diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh
kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat
komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan hubungan orang lain. Melalui
komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok
belajar, perguruan tinggi, RT, desa, …, negara secara keseluruhan) untuk
mencapai tujuan bersama.
1. Pembentukan
konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai diri kita, dan itu
hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita.
Melalui komunikasi dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa
kita, namun juga bagaimana kita merasakan siapa kita. Anda mencintai diri anda
bila anda telah dicintai; anda berpikir anda cerdas bila orang-orang sekitar
anda menganggap anda cerdas; anda merasa tampan atau cantik bila orang-orang
sekitar anda juga mengatakan demikian. George Herbert Mead (dalam Jalaluddin
Rakhmat, 1994) mengistilahkan significant others (orang lain yang sangat
penting) untuk orang-orang disekitar kita yang mempunyai peranan penting dalam
membentuk konsep diri kita. Ketika kita masih kecil, mereka adalah orang tua
kita, saudara-saudara kita, dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita.
Richard Dewey dan W.J. Humber (1966) menamai affective others, untuk orang lain
yang dengan mereka kita mempunyai ikatan emosional. Dari merekalah, secara
perlahan-lahan kita membentuk konsep diri kita. Selain itu, terdapat apa yang
disebut dengan reference group (kelompok rujukan) yaitu kelompok yang secara
emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita.
Dengan melihat ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya
dengan ciri-ciri kelompoknya. Kalau anda memilih kelompok rujukan anda Ikatan
Dokter Indonesia, anda menjadikan norma-norma dalam Ikatan ini sebagai ukuran
perilaku anda. Anda juga meras diri sebagai bagian dari kelompok ini, lengkap
dengan sifat-sifat doketer menurut persepsi anda.
2. Pernyataan eksistensi diri. Orang
berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi
diri atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri. Fungsi komunikasi
sebagai eksistensi diri terlihat jelas misalnya pada penanya dalam sebuah seminar.
Meskipun mereka sudah diperingatkan moderator untuk berbicara singkat dan
langsung ke pokok masalah, penanya atau komentator itu sering berbicara panjang
lebarm mengkuliahi hadirin, dengan argumen-argumen yang terkadang tidak
relevan.
3. Untuk
kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan.
Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk
mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain,
untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum, dan memnuhi
kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Para psikolog
berpendapat, kebutuhan utama kita sebagai manusia, dan untuk menjadi manusia
yang sehat secara rohaniah, adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah,
yang hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain.
Abraham Moslow menyebutkan bahwa manusia punya lima kebutuhan dasar: kebutuhan
fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri.
Kebutuhan yang lebih dasar harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebuthan yang
lebih tinggi diupayakan. Kita mungkin sudah mampu kebuthan fisiologis dan
keamanan untuk bertahan hidup. Kini kita ingin memenuhi kebutuhan sosial,
penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan ketiga dan keempat khususnya
meliputi keinginan untuk memperoleh rasa lewat rasa memiliki dan dimiliki,
pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima persahabatan. Komunikasi akan
sangat dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi yang dibutuhkan, untuk
membujuk atau mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan solusi alternatif atas
masalah kemudian mengambil keputusan, dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan.
4. Sebagai
komunikasi ekspresif
Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan
perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama
dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu,
simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan
lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara lebih ekpresif lewat perilaku
nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai kepala
anaknya. Orang dapat menyalurkan kemarahannya dengan mengumpat, mengepalkan
tangan seraya melototkan matanya, mahasiswa memprotes kebijakan penguasa negara
atau penguasa kampus dengan melakukan demontrasi.
5. Sebagai
komunikasi ritual
Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara
berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog
sebaga rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan,
siraman, pernikahan, dan lain-lain. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan
kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus
lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji,
upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda,
perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka
yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali
komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa. Negara, ideologi, atau
agama mereka.
6. Sebagai
komunikasi instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan
umum, yaitu: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap,
menggerakkan tindakan, dan juga menghibur.
Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita
gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk
menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunika membuat kita peka terhadap
berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja
lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi
sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik
tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek
misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh
simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik, yang antara lain
dapat diraih dengan pengelolaan kesan (impression management), yakni
taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti berbicara sopan, mengobral janji,
mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk
menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan.
Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih
lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa
asing ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu (jangka pendek dan panjang)
tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan kesan itu secara
kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan
dalam karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan, penghormatan
sosial, dan kekayaan.
Berkenaan dengan fungsi komunikasi ini, terdapat
beberapa pendapat dari para ilmuwan yang bila dicermati saling melengkapi.[1]
Misal pendapat Onong Effendy (1994), ia berpendapat fungsi komunikasi adalah
menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Sedangkan Harold
D Lasswell (dalam Nurudin, 2004 dan Effendy, 1994:27) memaparkan fungsi
komunikasi sebagai berikut:
1. Penjajagan/pengawasan
lingkungan (surveillance of the information) yakni penyingkapan ancaman dan
kesempatan yang mempengaruhi nilai masyarakat.
2. Menghubungkan
bagian-bagian yang terpisahkan dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya .
3. Menurunkan
warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Effendy, Onong U, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Rosdakarya,
Bandung, 1994
Littlejohn,
Stephen W, Theories of Human Communication, 6th Ed., Belmont
CA, Wadsworth Publishing, 1999.
Nurudin, Sistem Komunikasi IndonesIa, Rajawali Press, Jakarta, 2004.
Sutrimo, Sistem
Komunikasi Indonesia, hands-out, Fisip Unas, 2005
Buku Seni Komunikasi Efektif karya Deborah
Tannen penerbit PT. Gramdeia Pustaka Utama
Komunikasi organisasi karya R. Wayne Pace dan Don
F. Faulus penerbit PT. Remaja Rosdakarya
0 komentar:
Posting Komentar