Makalah
Ilmu Komunikasi
materi:
Persepsi
Disusun
oleh:
Nur Nida
Fitroh (P23131114032)
Stephanie
Yesica (P23131114043)
Kelas:
DIV/IIB
Dosen
pembimbing: dr. Maria Poppy Herlianti, B.Sc, M.Epid
Poltekkes Kemenkes Jakarta II Jurusan Gizi
2015
I. Pengertian Persepsi
Pengertian Persepsi menurut
para ahli:
·
Maramis: menyatakan bahwa persepsi merupakan daya mengenal barang,
kualitas atau hubungan, dan perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati,
mengetahui, atau mengartikan setelah pancaindranya mendapat rangsang.
·
Bimo
Walgito :
menyatakan
bahwa persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang
dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan
dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan
keadaan di sekitarnya.
·
Davidoff : menyatakan bahwa persepsi
merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus oleh
organisme atau individu sehingga didapat sesuatu yang berarti dan merupakan
aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu.
Persepsi
dalam arti sempit : adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat
sesuatu . Dalam arti luas : adalah pandangan atau pengertian ,
yaitu bagaimana seeseorang memandang atau mengartikan sesuatu yang diperoleh melalui
sistem indera manusia. Misalnya
pada waktu seorang melihat sebuah gambar, membaca tulisan, atau mendengar suara
tertentu, ia akan melakukan interprestasi berdasarkan pengetahuan yang
dimilikinya dan relevan dengan hal-hal itu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi
1.
Faktor
Internal yang
mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu,
yang mencakup beberapa hal antara lain :
·
Fisiologis.
Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini
akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap
lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang
berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
· Perhatian.
Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau
memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi
tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga
berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
· Minat.
Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi
atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual
vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu
dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
· Kebutuhan
yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu
mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan
dirinya.
·
Pengalaman
dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti
sejauh mana seseorang dapat mengingat
kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
· Suasana
hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan
bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana
seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.
2.
Faktor
Eksternal yang
mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari linkungan dan obyek-obyek
yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang
seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya
atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
persepsi adalah :
·
Ukuran
dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin
besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini
akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu
obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
·
Warna
dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih
mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
·
Keunikan
dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang
dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan
banyak menarik perhatian.
·
Intensitas
dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila
lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat.
Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi
persepsi.
·
Motion
atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang
memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.
Factor
lain yang mempengaruhi persepsi individu
Ø
Primary
Effect :
Pentingnya Kesan Pertama
Merupakan faktor penting dalam
proses persepsi manusia. Setiap orang dari kita pasti memiliki hari yang baik dan
hari yang buruk dalam kehidupan kita, bahkan faktor baik dan buruk tersebut
dapat mempengaruhi persepsi oranglain terhadap kita. Apakah ketika kita membuat
kesan pertama kita pada hari yang baik atau yang buruk.
Informasi pertama
yang kita dapat dari orang lain cenderung mempengaruhi pendapat kita terhadap
mereka dibandingkan informasi-informasi selanjutnya. Inilah yang disebut primacy
effect sebagai contoh : ketika Budi bertemu dengan Anto seorang yang
sangat hebat di bidang Fisika, Budi melihat bahwa Anto ini adalah seorang siswa
SMA yang jago Fisika dan menjadi juara kelas, serta ramah dengan siapapun.
Kesan pertama Budi akan positif. Setelah itu ketika ia bertemu lagi dengan Anto
di kafe, dimana ia duduk sendiri dan setengah mabuk, Budi melihat sisi lain
dari Anton. Namun, karena kesan pertama bertemu adalah positif, Budi
mengabaikan hal tersebut dan mengira bahwa dia berada di bar sendirian akrena
adanya sesuatu yang negatif yang menimpanya. Dan Sebaliknya, ketika mereka
bertemu, kesan pertama negatif. Dan ketika keesokan harinya mereka bertemu
kesan yang terlihat cukup possitif, namun karena awalnya negatif. Maka kesan
yang mendominasi justru yang negatif.
II. Jenis Persepsi
a) Persepsi terhadap Lingkungan
Fisik
Dalam
mempersepsi lingkungan fisik, kita terkadang melakukan kekeliruan. Indera kita
tidak jarang melakukan kekeliruan. Indera kita tidak jarang menipu kita. Latar
belakang pengalaman, budaya dan suasana psikologis yang berbeda membuat persepsi kita berbeda atas
suatu objek.
b) Persepsi Sosial
Persepsi sosial adalah proses
menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam
lingkungan kita. Beberapa prinsip penting mengenai persepsi sosial:
1) Persepsi
Berdasarkan Pengalaman
Persepsi manusia terhadap
seseorang, objek atau kejadian biasanya berdasarkan pengalaman masa lalu.
Ketiadaan pengalaman terdahulu dalam menghadapi suatu objek jelas akan membuat
seseorang menafsirkan objek tersebut berdasarkan dugaan semata. Seorang anggota
suku primitif di pedalaman Afrika yang belum pernah mengetahui televisi,
kemungkinan besar akan menganggapnya sebagai sihir.
2) Persepsi bersifat
selektif
Atensi kita pada suatu rangsangan merupakan
faktor utama yang menentukan selektivitas kita atas rangsangan tersebut. Atensi
dipengaruhi oleh faktor-faktor internal: faktor biologis, fisiologis, sosial
budaya seperti agama, pendidikan, pekerjaan, gender dan sebagainya. Faktor
eksternal: gerakan, intensitas, kontras dan perulangan objek yang dipersepsi.
3) Persepsi bersifat
dugaan
Proses persepsi yang bersifat dugaan
memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna lebih lengkap dari sudut
pandang manapun. Contoh:
. . .
. . . .
Ketika
ketiga titik dan keempat titik secara terpisah dihubungkan dan membentuk suatu
gambar, dengan syarat setiap titikhanya boleh dilewati satukali, kemungkinan
hasilgambar di atas berbeda-beda sangat tergantung pada persepsi orang yang
melakukan.
4) Persepsi bersifat evaluatif
Dalam konteks komunikasi
massa, tidak ada satu surat kabar, majalah, radio, atau televisi yang objektif,
independen atau netral dalam melaporkan fakta dan kejadian melalui beritanya.
Pada dasarnya bahasa itu tidak netral, di dalamnya ada muatan pribadi,
kelompok, kultural atau ideologis meskipun bersifat samar.
5)
Persepsi bersifat kontekstual
Rangsangan dari luar
harus diorganisasikan. Dari semua pengaruh dalam persepsi kita, konteks
merupakan salah satu pengaruh paling kuat. Dalam mengorganisasikan objek, yakni
meletakkannya dalam suatu konteks tertentu, digunakan prinsip-prinsip berikut:
a. Struktur objek atau kejadian
berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan kelengkapan.
b. Kita cenderung mempersepsi suatu
rangsangan atau kejadian yang terdiri dari objek dan latar belakangnya.
III. Proses
Persepsi
Dari
segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari
cara dia memandang. Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponan utama
berikut:
·
Seleksi
adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas
dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
·
Interprestasi yaitu proses mengorganisasikan
informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interprestasi dipengaruhi
oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut,
motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interprestasi juga bergantung pada
kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkatagoriaan informasi yang kompleks
menjadi sarjana.
·
Interprestasi dan persepsi kemudian
ditrjemahkan dalam bentuk tingkah laku
sebagai rekasi
(Depdikbud, 1985), dalam Soelaeman, 1987). Jadi, proses persepsi adalah
melakukan seleksi, interprestasi, dan pembulatan terhadap informasi yang
sampai.
Kita
dapat mengilustrasikan bagaimana persepsi bekerja dengan menjelaskan tiga
langkah
yang terlibat dalam prosesnya.tahap-tahap ini bersifat countinu, bercampur
baur, dan berumpang tindih satu sama lain.
BimoWalgito
(2002) mengemukakan proses-proses terjadinya persepsi :
1.
Suatu
obyek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus tersebut
ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlangsung secara alami dan berkaitan
dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses kealaman. Kita
mencium parfum orang yang berdekatan dengan kita. Kiat mencicipi sepotong kue.
Kiat merasakan telapak tangan berkeringat ketika kita berjabat tangan.
2.
Stimulus suatu obyek yang diterima
oleh alat indera, kemudian disalurkan keotak melalui syaraf sensoris. Proses
pentransferan stimulus keotak disebut proses psikologis, yaitu berfungsinya
alat indera secara normal.
3.
Otak selanjutnya memproses stimulus
hingga individu menyadari obyek yang diterima oleh alat inderanya. Proses ini
juga disebut proses psikologis. Dalam hal ini terjadilah adanya proses
persepsiya itu suatu proses dimana individu mengetahui dan menyadari suatu
obyek berdasarkan stimulus yang mengenai alat inderanya.
IV. Kekeliruan dan Kegagalan
Persepsi
Persepsi kita sering tidak cermat.
Salah satu penyebabnya adalah asumsi atau pengharapan kita. Kita mempersepsi
sesuatu atau seseorang sesuai dengan pengharapan kita. Beberapa bentuk
kekeliruan dan kegagalan, yaitu:
a.
Kesalahan Atribusi
Atribusi
adalah proses internal dalam diri kita untuk memahami penyebab perilaku orang
lain. Untuk mengenal orang lain, kita memerlukan beberapa informasi, misalnya
penampilan fisik, usia, gaya pakaian, daya tarik dan sebagainya. Kita dapat
menduga sifat pria setengah baya dengan rambut gondrong, telinga beranting atau
seorang wanita muda, rambut pendek seperti pria, selalu pakai rok mini dengan
asesoris yang antik. Namun dugaan kita belum tentu benar. Kesalahan atribusi
bisa terjadi ketika kita salah menaksir makna pesan atau maksud perilaku si
pembicara, misalnya seseorang menguap, dapat menunjukkan apakah ia bosan,
mengantuk, letih, acuh tak acuh, atau khawatir.
b. Efek
Halo
Efek
halo merujuk pada fakta bahwa begitu kita membentuk kesan menyeluruh mengenai
sesorang, kesan yang menyeluruh ini cenderung menimbulkan efek yang kuat atas
penilaian kita akan sifat-sifatnya yang spesifik. Gagasan yang dianggap biasa
bila dikemukakan oleh orang awam boleh jadi akan dianggap brilian atau kreatif
bila dikemukakan oleh tokoh nasional sehingga cepat diliput oleh pers.
Kesan
menyeluruh itu sering kita peroleh dari kesan pertama, yang biasanya
berpengaruh kuat dan sulit digoyahkan. Kita bisa saja memperoleh kesan bahwa
seseorang tidak terampil berkomunikasi berdasarkan pengamatan selama wawancara
pekerjaan yang menegangkan. Padahal dalam situasi keseharian ia adalah orang
yang terampil dan luwes berkomunikasi, hanya karena tegang ia menjadi sulit
berkomunikasi.
c. Stereotip
Stereotip yaitu
menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk
asumsi mengenai mereka berdasarkan keanggotan dalam kelompok. Larry A. Samovar
dan Richard E.Porter, mendifinisikan stereotip sebagai persepsi atau kepercayaan
yang kita anut mengenai kelompok atau individu berdasarkan pendapat dan sikap
yang lebih dulu terbentuk.
Contoh stereotip:
-
Laki-laki berpikir logis
-
Wanita bersikap emosional
-
Orang Batak kasar
-
Orang Padang pelit
-
Orang Tasikmalaya tukang kredit
Dll.
d. Prasangka
Suatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah
prasangka (prejudice), suatu konsep yang dekat dengan stereotip. Prasangka
adalah sikap yang tidak adil terhadap seseorang atau suatu kelompok. Prasangka
ini bermacam-macam, yang populer adalah prasangka rasial, kesukuan (etnik),
gender dan agama. Budaya dan kepribadian sangat mempengaruhi prasangka.
Prasangka yang berlebihan dapat menghambat komunikasi.
e. Pesan
yang meragukan
Jika suatu
pernyataan seseorang meragukan,itu berarti bahwa kita tidak pasti apa yang
dikatakan orang tersebut. Ada bermacam-macam tipe dari keraguan, yaitu:
·
Keraguan arti pesan, maksud pesan
dan keraguan efek pesan. Keraguan arti pesan berkenaan dengan ketidakpastian
perkiraan arti pesan yang sesungguhnya. Makin besar keraguan arti pesan, makin
sulit untuk dipahami.
·
Keraguan maksud berkenaan dengan
ketidakpastian menentukan mengapa komunikator menyatakan pesan tertentu.
·
Keraguan efek berkenaan
ketidakpastian memprediksi atau memperkirakan konsekuensi darisuatu pesan.
Strategi untuk mengurangi ketidakpastian ada tiga yaitu:
1. Strategi aktif, bila kita aktif mencari
informasi tentang seseoraang dengan cara apapun selain berinteraksi dengan orang itu. Kita
dapat juga memanipulasi lingkungan dengan cara tertentu sehingga dapat
mengamati seseorang secara lebih spesifik dan jelas
2. Strategi pasif, bila kita mengamati
orang lain tanpa orang itu sadar bahwa dia sedang kita amati. Yang paling
bermanfaat dalam observasi pasif adalah mengamati seseorang dalam tugas aktif
tertentu , misalnya interaksi dengan orang lain dalam situasi informal.
3. Strategi interaktif, bila kita
sendiri berinteraksi dengan seseorang. Kita juga mendapatkan pengetahuan
tentang orang lain dengan mengungkapkan informasi tentang diri kita sendiri.
Pengungkapan diri menciptakan lingkungan dan mendorong pengungkapan dari orang
lain yang lebih kita kenal.
Ketiga strategi ini bermanfaat untuk mengurangi
ketidakpastian mengenai orang lain. Sayang banyak orang merasa bahwa mereka
sudah cukup mengenal, sehingga hanya menerapkan strategi pasif. Strategi aktif
lebih bersifat mengungkapkan dan strategi interaktif lebih banyak
mengungkapkannya. Menerapkan ketiga strategi ini akan membuat persepsi anda
seakurat mungkin.
Daftar
Pustaka
Ayu Anggraeni, dkk.2012.Teori Komunikasi.Jakarta:Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II.
0 komentar:
Posting Komentar