ANATOMI FISIOLOGI
SISTEM UROGENITALIA
disusun oleh :
KELOMPOK I / D-III / I-A
Camellia (P2.31.31.0.15.011)
Diana Kusuma Wardhani Putri (P2.31.31.0.15.014)
Ikrimah Hasbani (P2.31.31.0.15.026)
DOSEN PEMBIMBING : dr. Maria Poppy Herlianty, M.Epid
JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jl.
Hang Jebat III/F3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
KATA PENGANTAR
Alhamdullilahi
Rabbil Alamin. Puji syukur kami panjatkan ke hadirat
Allah SWT. atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah
Urogenitalia.
Dalam penyusunan
makalah ini, tidak sedikit
hambatan yang kami
hadapi. kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak luput
dari kekurangan. Oleh karena itu, penyusun dengan sepenuh hati mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan penulisan ini.
Pada
kesempatan ini pula, saya mengucapan terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat secara langsung maupun tidak langsung, yaitu kepada :
1. dr. Maria Poppy Herlianty, M.Epid, dosen mata kuliah Anatomi
Fisiologi yang telah memberikan tugas, petunjuk,
kepada penyusun
sehingga penyusun termotivasi
dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Orang
tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan
sehingga tugas ini selesai.
Akhir
kata, tak banyak yang dapat kami ucapkan selain terimakasih, semoga segala amal
usaha kita senantiasa mendapat ridho dari Allah swt. Amien.
Jakarta, 30
November 2015
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
................................................................................
ii
DAFTAR ISI
..............................................................................................
iii
BAB I PEMBUKAAN
1.
Latar Belakang
........................................................................................
1
2.
Rumusan Masalah
...................................................................................
1
3.
Tujuam Penulisan
....................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
A. SISTEM
URINARIA
1.
Pengertian
.............................................................................................
2
2.
Organ
...................................................................................................
2
a.
Ginjal
....................................................................................................
2
b.
Ureter
...................................................................................................
5
c.
Vesika Urinaria .....................................................................................
7
d.
Uretra
...................................................................................................
8
3.
Urinaria
...............................................................................................
11
a.
Proses
Pembentukan Urin .................................................................... 11
b.
Ciri-Ciri Urin
Yang Normal ................................................................. 13
c.
Komposisi Urin
Normal ....................................................................... 13
d.
Miktruisi
..............................................................................................
14
B. SISTEM GENITALIA
1.
Pengertian
...........................................................................................
15
2.
Macam Sistem
Reproduksi .................................................................. 15
a.
Sistem
Reproduksi Pria ........................................................................ 15
b.
Sistem
Reproduksi Wanita ................................................................... 18
C. LAKTASI
1.
Anatomi Kelenjar
Mamae .................................................................... 24
2.
Fisiologi
Laktasi ...................................................................................
28
3.
Mekanisme
Hisapan Bayi ..................................................................... 30
4.
Zat Penghambat ...................................................................................
31
5.
Hormon Yang
Berperan Dalam Proses Laktasi ..................................... 32
6.
Faktor
Penge;uaran ASI ......................................................................
32
7.
Air Susu Ibu
(ASI) .............................................................................. 32
8.
Komposisi ASI
................................................................................... 33
BAB III PENUTUPAN ..........................................................................
34
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 35
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dipandang
dari sudut fisiologis, system urogenital dapat dibagi dalam 2 unsur yang sangat
berbeda sifatnya : system urinarius dan system genitalia. Akan tetapi dipandang
dari sudut embriologi dan anatomi, kedua system ini saling bertautan. Keduanya
berasal dari rigi mesoderm yang sama disepanjang dinding belakang rongga perut,
dan saluran pembuangan kedua system ini pada mulanya bermuara kerongga yang
sama, yaitu kloaka.
Pada
perkemmbangan selanjutnya, tumpang tindih kedua system ini terutama nyata
sekali pada pria. Duktus ekstretorius primitive mula-mula berfungsi sebagai
duktus urinarius, tetapi kemudian berubah menjadi duktus genitalis utama.
Selain itu, pada orang dewasa, alat kemih maupun kelamin ini menyalurkan air
kemih dan semen melalui sebuah saluran yang sama, uretra penis.
2.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
yang dimaksud dengan urogenitalia?
2. Apa
yang dimaksud dengan system urinaria, system genitalia, dan laktasi?
3. Apa
saja organ yang terkait beserta fungsinya?
3.
TUJUAN
PENULISAN
1. Mengetahui
pengertian urogenitalia.
2. Mengetahui
pengertian system urinaria, system genitalia, san laktasi.
3. Mengetahui
jenis organ yang terkait beserta dengan fungsinya masing-masing.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SISTEM
URINARIA
1.
PENGERTIAN
Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses
penyaringan darah sehingga dara bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang
dipergunakan oleh tubuh larutan dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air
kemih).
Sistem urinaria terdiri atas:
·
Ginjal, yang mengeluarkan sekret urine.
·
Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal
ke kandung kemih.
·
Kandung
kencing, yang
bekerja sebagai penampung.
·
Uretra, yang menyalurkan urine dari
kandung kemih.
2.
ORGAN
2.1.
Ginjal (ren)
2.1.1. Pengertian
Ginjal
adalah suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum abdominalis di
belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung
pada dinding belakang abdomen. Bentuk ginjal seperti biji kacang, jumlahnya ada
dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada
umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita.
2.1.2. Struktur
ginjal
Setiap
ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri
dari jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan luar terdiri dari lapisan
korteks (subtansia kortekalis), dan lapisan sebelah dalam bagian medulla
(subtansia medularis) berbentuk kerucut yang disebut renal piramid. Puncak
kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut
papilla renalis. Masing-masing piramid dilapisi oleh kolumna renalis, jumlah
renalis 15-16 buah.
Garis-garis yang terlihat di piramid
disebut tubulus nefron yang merupakan bagian terkecil dari ginjal yang terdiri
dari glomerulus, tubulus proksimal (tubulus kontorti satu), ansa henle, tubulus
distal (tubulus kontorti dua) dan tubulus urinarius (papilla vateri).
Pada setiap ginjal diperkirakan ada
1.000.000 nefron, selama 24 jam dapat menyaring 170 liter darah. Arteri renalis
membawa darah murni dari aorta ke ginjal, lubang-lubang yang terdapat pada
piramid renal masing-masing membentuk simpul dari kapiler satu badan malfigi
yang disebut glomerulus. Pembuluh aferen yang bercabang membentuk kapiler
menjadi vena renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior.
2.1.3. Fungsi Utama Ginjal :
1.
Mengatur volume air (cairan dalam
tubuh).
Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih)
yang encer dalam jumlah besar, kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan
urine yang diekskresi berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan
dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relatif normal.
2.
Mengatur keseimbangan osmitik dan
mempertahankan keseimbangan ion yang optimal dalam plasma (keseimbangan
elektrolit).
Bila terjadi pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion-ion akibat pemasukan garam
yang berlebihan/penyakit perdarahan (diare, muntah) ginjal akan meningkatkan
ekskresi ion-ion yang penting (mis. Na, K, Cl, Ca dan posfat).
3.
Mengatur keseimbangan asam-basa
cairan tubuh
bergantung pada apa yang dimakan, campuran makanan menghasilkan urine yang
bersifat agak asam, pH kurang dari 6 ini disebabkan hasil akhir metabolism
protein. Apabila banyak makan sayur-sayuran, urine akan bersifat basa. pH urine
bervariasi antara 4,8-8,2. Ginjal menyekresi urine sesuai dengan perubahan pH
darah.
4.
Ekskresi sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin)
zat-zat toksik, obat-obatan, hasil metabolism hemoglobin dan bahan kimia asing
(pestisida).
5.
Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi hormon renin
yang mempunyai peranan penting mengatur tekanan darah (sistem renin angiotensin
aldesteron), membentuk eritripoiesis yang mempunyai peranan penting untuk memproses
pembentukan sel darah merah (eritropoiesis), dan mensekresi prostaglandin yang
penting bagi laki-laki.
6.
Membentuk hormone dihidroksi
kolekalsiferol (vitamin D aktif) yang diperlukan untuk absorsi ion kalsium di usus.
2.1.4.
Uji Fungsi Ginjal
1. Uji
protein (albumin).
Bila ada kerusakan pada glomerulus atau tubulus, maka protein dapat bocor dan
masuk ke urine.
2. Uji
konsentrasi ureum darah.
Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan ureum maka ureum darah naik di atas kadar
normal 20-40 mg%.
3.
Uji konsentrasi. Pada uji ini dilarang makan dan
minum selama 12 jam untuk melihat sampai berapa tinggi berat jenis naiknya
2.1.5. Peredaran
Darah Ginjal
Ginjal mendapat darah dari aorta
abdominalis yang mempunyai percabangan arteri renalis. Arteri ini berpasangan
kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian
menjadi arteri arkuata. Arteri interloburalis yang berada di tepi ginjal
bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut glomerulus.
Glomerulus ini dikelilingi oleh alat yang disebut simpai bowman. Di sini
terjadi penyaringan pertama dan kapiler darah yang meninggalkan simpai bowman
kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
2.1.6. Persarafan
ginjal
Ginjal mendapat persarafan dari
pleksus renalis (vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah
yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah
yang masuk ginjal. Di atas ginjal terdapat kelenjar suprarenalis, kelenjar ini
merupakan kelenjar buntu yang menghasilkan dua macam hormon yaitu hormon
adrenalin yang dihasilkan oleh medul dan hormon kortison. Adrenal dihasilkan
oleh medulla.
2.2.
Ureter
2.2.1. Deskripsi
Terdiri dari 2 saluran pipa,
masing–masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria),
panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding abdomen terdiri
dari:
1. Dinding
luar jaringan ikat (jarinagn fibrosa)
2. Lapisan
tengah lapisan otot polos
3. Lapisan
sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan di dinding ureter
menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong
air kemih masuk ke dalam kandung kamih (vesika urinaria). Gerakan peristaltik
mendorong urine melalui ureter yang diekskresikan oleh ginjal dan disemprotkan
dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke
bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh peritoneum. Penyempitan
ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah,
saraf dan pembuluh limfe berasal dari pembuluh sekitarnya mempunyai saraf
sensorik.
Pars abdominalis ureter dalam kavum abdomen ureter terletak
di belakang peritoneum sebelah media anterior m. psoas mayor dan ditutupi oleh
fasia subserosa. Vasa spermatika/ovarika interna menyilang ureter secara
oblique, selanjutnya ureter akan mencapai kavum pelvis dan menyilang arteri
iliaka eksterna.
Ureter kanan terletak pada parscdesendens
duodenum. Sewaktu turun ke bawah terdapat di kanan bawah dan disilang oleh
kolon dekstra dan vosa iliaka iliokolika, dekat apertura pelvis akan dilewati
oleh bagian bawah mesenterium dan bagian akhir ilium. Ureter kiri disilang oleh
vasa koplika sinistra dekat apertura pelvis superior dan berjalan di belakang
kolon sigmoid dan mesenterium.
Pars pelvis ureter berjalan pada bagian dinding
lateral pada kavum pelvis sepanjang tepi anterior dari insura iskhiadikamayor
dan tertutup olehperitoneum. Ureter dapt ditemukan di depan arteri
hipogastrikabagian
dalam nervus obturatoris arteri vasialia anterior dan arteri hemoroidalis
media. Pada bagian bawah insura iskhiadika mayor, ureter agak miring ke bagian
medial untuk mencapai sudut lateral dari vesika urinaria
2.2.2.
Ureter Pria
Ureter pada pria terdapat di dalam
visura seminalis atas dan disilang oleh duktus deferens dan dikelilingi oleh
pleksus vesikalis. Selanjutnya ureter berjalan oblique sepanjang 2 cm di dalam
dinding vesika urinaria pada sudut lateral dari trigonum vesika. Sewaktu menembus
vesika urinaria, dinding atas dan dinding bawah ureter akan tertutup dan pada
waktu vesika urinaria penuh akan membentuk katup (valvula) dan mencegah
pengambilan urine dari vesika urinaria.
2.2.3.
Ureter Wanita
Ureter
pada wanita terdapat
di belakang fossa ovarika urinaria dan berjalan ke bagian medial dan ke depan
bagian lateralis serviks uteri bagian atas, vagina untuk mencapai fundus vesika
urinaria. Dalam perjalanannya, ureter didampingi oleh arteri uterina sepanjang
2,5 cm dan selanjutnya arteri ini menyilang ureter dan menuju ke atas di antara
lapisan ligamentum. Ureter mempunyai 2 cm dari sisi serviks uteri. Ada tiga
tempat yang penting dari ureter yang mudah terjadi penyumbatan yaitu pada
sambungan ureter pelvis diameter 2 mm, penyilangan vosa iliaka diameter 4 mm
dan pada saat masuk ke vesika urinaria yang berdiameter 1-5 cm.
2.2.4. Pembuluh
darah ureter
1.
Arteri
renalis
2.
Arteri
spermatika interna
3.
Arteri
hipogastrika
4.
Arteri
vesika inferior
2.2.5. Persarafan
ureter
Persarafan ureter merupakan cabang
dari pleksus mesenterikus inferior, pleksus spermatikus, dan pleksu pelvis;
seperti dari nervus; rantai eferens dan nervus vagusrantai eferen dari nervus
torakalis ke-11 dan ke-12, nervus lumbalis ke-1, dan nervus vagus mempunyai
rantai aferen untuk ureter.
2.3.
Vesika
Urinaria
2.3.1. Deskripsi
Vesika urinaria (kandung kemih),
dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang
simfisis pubis di dalam rongga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut
yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika
umbilikalis medius.
Dinding vesika urinaria terdiri dari lapisan sebelah luar
(peritonium), tunika muskularis (lapisan otot), tunika submukosa, dan lapisan
mukosa (lapisan bagian dalam). Pembuluh limfe vesika urinaria mengalirkan cairan
limfe ke dalam nadi limfatik iliaka interna dan eksterna.
2.3.2. Bagian Vesika Urinaria
1.
Fundus yaitu, bagian yang menghadap ke
arah belakang dan bawah,bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium
rectovesikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferen, vesika seminalis
dan prostat.
2.
Korpus, yaitu bagian antara verteks dan
fundus.
3.
Verteks, bagian yang mancung ke arah muka
dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.
2.3.3. Lapisan
Otot Vesika Urinaria
Lapisan otot vesika urinaria terdiri
dari otot polos yang tersusun dan saling berkaitan dan disebut m. detrusor
vesikae. Peredaran darah vesika urinaria berasal dari arteri vesikalis superior
dan inferior yang merupakan cabang dari arteri iliaka interna. Venanya
membentuk pleksus venosus vesikalis yang berhubungan dengan pleksus prostatikus
yang mengalirkan darah ke vena iliaka interna.
2.3.4. Persarafan
Vesika Urinaria
Persarafan vesika urinaria berasal
dari pleksus hipogastrika inferior. Serabut ganglion simpatikus berasal dari
ganglion lumbalis ke-1 dan ke-2 yang berjalan turun ke vesika urinaria melalui
pleksus hipogastrikus. Serabut preganglion parasimpatis yang keluar dari nervus
splenikus pelvis yang berasal dari nervus sakralis 2, 3 dan 4 berjalan melalui
hipogastrikus inferior mencapai dinding vesika urinaria.
Sebagian besar serabut aferen
sensoris yan g keluar dari vesika urinaria menuju sistem susunan saraf pusat
melalui nervus splanikus pelvikus berjalan bersama saraf simpatis melalui
pleksus hipogastrikus masuk kedalam segmen lumbal ke-1 dan ke-2 medula spinalis.
2.4.
Uretra
2.4.1. Deskripsi
Uretara
merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar
2.4.2. Uretra Pria
Pada laki-laki uretra berjalan
berkelok kelok melalaui tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa
yang menembus tulang fubis ke bagian penis panjangnya ± 20 cm. Uretra pada
laki-laki terdiri dari:
1.
Uretra
prostatika
2.
Uretra
membranosa
3.
Uretra
kevernosa
Lapisan uretra laki-lakin terdiri
lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa.Uretra mulai dari
orifisium uretra interna di dalam vesika urinaria sampai orifisium eksterna.
Pada penis panjangnya 17,5-20 cm yang terdiri dari bagian-bagian berikut:
1. Uretra prostatika, merupakan saluran terlebar yang
panjangnya 3 cm, berjalan hampir vertikulum melalui glandula prostat, mulai
dari basis sampai ke apaks dan lebih dekat ke permukaan anterior.
2. Uretra pars membranasea ini merupakan saluran yang paling
pendek dan paling dangkal, berjalan mengarah ke bawah dan ke depan di antara
apaks glandula prostata dan bulbus uretra. Pars membranesea menembus diagfragma
urogenitalis, panjangnya kira-kira 2,5 cm, di belakang simfisis pubis diliputi
oleh jaringan sfingter uretra membranasea. Di depan saluran ini terdapat vena
dorsalis penis yang mencapai pelvis di antara ligamentum transversal pelvis dan
ligamentum arquarta pubis.
3. Uretra pars kavernosus merupakan saluran terpanjang dari
uretra dan terdapat di dalam korpus kavernosus uretra, panjangnya kira-kira 15
cm, mulai dari pars membranasea sampai ke orifisium dari diafragma
urogenitalis. Pars kavernosus uretra berjalan ke depan dan ke atas menuju
bagian depan simfisis pubis. Pada keadaan penis berkontraksi, pars kavernosus
akan membelok ke bawah dan ke depan. Pars kavernosus ini dangkal sesuai dengan
korpus penis 6 mm dan berdilatasi ke belakang. Bagian depan berdilatasi di
dalam glans penis yang akan membentuk fossa navikularis uretra
4. Oriifisium uretra eksterna merupakan bagian erektor yang
paling berkontraksi berupa sebuah celah vertikal ditutupi oleh kedua sisi bibir
kecil dan panjangnya 6 mm. glandula uretralis yang akan bermuara ke dalam
uretra dibagi dalam dua bagian, yaitu glandula dan lakuna. Glandula terdapat di
bawah tunika mukosa di dalam korpus kavernosus uretra (glandula pars
uretralis). Lakuna bagian dalam epitelium. Lakuna yang lebih besar dipermukaan
atas di sebut lakuna magma orifisium dan lakuna ini menyebar ke depan sehingga
dengan mudah menghalangi ujung kateter yang dilalui sepanjang saluran
2.4.3. Uretra Wanita
Uretra pada wanita terletak di
belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit ke arah atas, panjangnya ± 3-4
cm. Lapisan uretra wanita terdiri dari tunika muskularis (sebelah luar),
lapiosan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa
(lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas
vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai salura
ekskresi. Apabila tidak berdilatasi diameternya 6 cm. uretra ini menembus fasia
diagfragma urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di depan permukaan
vagina, 2,5 cm di belakang glans klitoris. Glandula uretra bermuara ke uretra,
yang terbesar diantaranya adalah glandula pars uretralis (skene) yang bermuara
kedalam orifisium uretra yang hanya berfungsi sebagai saluran ekskresi.
Diagfragma urogenitalis dan
orifisium eksterna langsung di depan permukaan vagian dan 2,5 cm di
belakang glans klitoris. Uretra wanita jauh lebih pendek daripada pria dan
terdiri lapisan otot polos yang diperkuat oleh sfingter otot rangka pada
muaranya penonjolan berupa kelenjar dan jaringan ikat fibrosa longggar yang
ditandai dengan banyak sinus venosus merip jaringan kavernosus.
3. URINARIA
3.1.
Proses
pembentukan urine
1.
Filtrasi (Penyaringan)
Filtrasi
merupakan perpindahan cairan dari glomelurus menuju ke ruang kapsula
bowmandengan menembus membran filtrasi. Membran filtrasi terdiri dari tiga
lapisan, yaitu sel endotelium glomelurus, membran basiler, dan epitel kapsula
bowman. Tahap ini adalah proses pertama dalam pembentukan urine.
Darah dari
arteriol masuk ke dalam glomerulus dan kandungan air, glukosa, urea, garam,
urea, asam amino, dll lolos ke penyaringan dan menuju ke tubulus.
Glomerulus
adalah kapiler darah yang bergelung-gelung di dalam kapsula bowman. Ukuran
saringan pada glomerulus membuat protein dan sel darah tidak bisa masuk ke tubulus.
Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium yang berfungsi untuk memudahkan
proses penyaringan.
Filtrasi
menghasilkan urine primer/filtrat glomerulus yang masih mengandung zat-zat yang
masih bermanfaat seperti glukosa, garam, dan asam amino. Urin primer mengandung
zat yang hampir sama dengan cairan yang menembus kapiler menuju ke ruang antar
sel. Dalam keadaan normal, urin primer tidak mengandung eritrosit, tetapi
mengandung protein yang kadarnya kurang dari 0,03%. Kandungan elektrolit
(senyawa yang larutannya merupakan pengantar listrik) dan kristaloid
(kristal halus yang terbentuk dari protein) dari urin primer juga hampir sama
dengan cairan jaringan. Kadar anion di dalam urin primer termasuk ion Cl- dan
ion HCO3-, lebih tinggi 5% daripada kadar anion plasma, sedangkan
kadar kationnya lebih rendah 5% daripada kation plasma. selain itu urin primer
mengandung glukosa, garam-garam, natrium, kalium, dan asam amino.
2.
Reabsorpsi (Penyerapan Kembali)
Reabsorpsi
terjadi di dalam tubulus kontortus proksimal dan dilakukan oleh sel-sel
epitelium di tubulus tersebut. Fungsinya adalah untuk menyerap kembali zat-zat
di urine primer yang masih bermanfaat bagi tubuh seperti glukosa, asam amino,
ion-ion Na+, K+, Ca, 2+, Cl-, HCO3-, dan HbO42-. Air akan diserap kembali
melalui proses osmosis di tubulus dan lengkung henle. Zat-zat yang masih
berguna itu akan masuk ke pembuluh darah yang mengelilingi tubulus. Hasil dari
reabsorpsi adalah urine sekunder/filtrat tubulus yang kadar ureanya lebih
tinggi dari urine primer.
Urine
sekunder masuk ke lengkung henle.Pada tahap ini terjadi osmosis air di lengkung
henle desenden sehingga volume urin sekunder berkurang dan menjadi pekat.
Ketika urine sekunder mencapai lengkung henle asenden, garam Na+ dipompa keluar dari tubulus,
sehingga urea menjadi lebih pekat.
3. Augmentasi (Pengumpulan)
Urine
sesungguhnya mengandung urea, asam urine, amonia, sisa-sisa pembongkaran
protein, dan zat-zat yang berlebihan dalam darah seperti vitamin, obat-obatan,
hormon, serta garam mineral.
Kemudian
urine sesungguhnya akan menuju tubulus kolektivus untuk dibawa menuju pelvis
yang kemudian menuju kandung kemih (vesika urinaria) melalui ureter. Urine
inilah yang akan keluar menuju tubuh melalui uretra.
3.2.
Ciri-Ciri
Urin Yang Normal
Jumlahnya rata-rata 1-2 liter
sehari, tetapi beda-beda sesaui jumlah cairan yang dimasukan. Banyaknya
bertambah pula bila terlampau banyak protain dimakan, sehingga tersedia cukup
cairan yang diperlukan untuk melarutkan ureanya.
· Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan,
tetapi adakalanya jenjot lendir tipis tanpak terapung di dalamnya.
· Baunya tajam.
· Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan
pH rata-rata 6.
· Berat jenis berkisat dari 1010 sampai 1025.
3.3.
Kompisisi
Urin Normal
Urine terutama terdiri atas air,
urea, dan natrium klorida. Pada seseorang yang menggunakan diet yang rata-rata
berisi 80 sampai 100 gram protein dalam 24 jam, jumlah persen air dan benda
padat dalam urine adalah seperti berikut:
·
Air 96%
·
Benda padat 4% (terdiri atas urea 2% dan produk metabolik lain
2%)
Ureum adalah hasil akhir metabolisme
protein. Berasal dari asam amino yang telah dipindah amonianya di dalam hati dan
mencapai ginjal, dan diekskresikan rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah
yang normal adalah 30 mg setiap 100 ccm darah, tetapi hal ini tergantung dari
jumlah normal protein yang dimakan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum.
Asam urat. Kadar normal asam urat di dalam
darah adalah 2 sampai 3 mg setiap 100 cm, sedangkan 1,5 sampai 2 mg setiap hari
diekskresikan ke dalam urine.
Kreatinin adalah produk
sisa dari perombakan kreatin fosfat yang terjadi di otot.. Produk metabolisme lain mencangkup
benda-benda purin, oksalat, fosfat, sulfat, dan urat. Kreatinin ini termasuk
zat racun dalam darah, terdapat pada seseorang yang ginjalnya sudah tidak
berfungsi dengan normal.
1.
Kadar
kreatinin pada pria max 1.6 jika sudah melebihi 1.7 harus hati-hati, karena bisa
saja dilakukan cuci darah. Kreatinin adalah hasil katabolisme kreatin.
Koefisien kreatinin adalah jumlah mg kreatinin yang diekskresikan dalam 24
jam/kg BB. Nilai normal pada laki-laki sekitar 20-26 mg/kg BB.
2.
Kadar
kreatinin pada wanita sekitar 14 - 22 mg/kg BB. Ekskresi kreatinin meningkat
pada penyakit otot. Kreatinin merupakan produk sampingan dari hasil pemecahan
fosfokreatin (kreatin) di otot yang dibuang melalui ginjal. Pada pria normalnya
0.6 - 1.2 mg/dl. Diatas rentang itu salah satunya mengindikasikan adanya
gangguan fungsi ginjal. Tetapi pada angka 1.3 mg/dl masih tergolong normal,
tetap harus waspada.
·
Batas
normal ureum adalah 20 - 40 mg/dl
·
Batas
normal kreatinin adalah 0.5 - 1.5 mg/dl
Elektrolit atau garam, seperti natrium kalsium dan kalium klorida, diekskresikan
untuk mengimbangi jumlah yang masuk melalui mulut.
3.4.
Mikturisi
Karena dibuat di dalam, urine
mengalir melalaui ureter ke kandung kencing. Keinginan membuang air kecil
disebabkan penambahan tekanan di dalam kandung kencing, dan tekanan ini di
sebabkan isi urine di dalamnya. Hal ini terjadi bila tertimbun 170 sampai
230 ml. Mikturisi adalah gerak reflek yang dapat dikendalikan dan ditahan oleh
pusat-pusat persarafan yang lebih tinggi pada manusia. Gerakannya ditimbulkan
kontraksi otot abdominal yang menambah tekanan di dalam rongga abdomen, dan
berbagai organ yang menekan kandung kencing membantu mengkosongkannya. Kandung
kencing dikendalikan saraf pelvis dan serabut saraf simpatis dari pleksus
hipogastrik.
B.
SISTEM
REPRODUKSI
1. PENGERTIAN
Reproduksi
merupakan ciri utama makhluk hidup yang bertujuan untuk mempertahankan
kelestarian jenisnya. Reproduksi pada manusia diawali oleh peleburan sel
kelamin jantan (sperma) dengan sel kelamin betina (ovum) yang menghasilkan
zigot. Berdasarkan kepemilikan alat kelaminnya, manusia dikelompokkan menjadi
organisme yang bersifat gonochoris (satu individu memiliki satu alat
kelamin).
2.
JENIS
SISTEM REPRODUKSI
2.1. Sistem Reproduksi Pria
2.1.1.
Organ Eksterna
1.
Penis
Merupakan organ untuk kopulasi. Terdiri dari 2 bagian, yaitu Corpus Cavernosum dan
Corpus Spongiosum. Corpus
Cavernosum penis terletak disebelah
dorsal, dibungkus albugenia dengan tebal ± 0,5 mm, ketika ereksi tersusun oleh serabut
kolagen sirkuler (sebelah dalam) dan longitudinale (luar). Corpus Spongiosum
penis terletak disebelah ventral,
dilapisi albugenia, cavernae lebih padat dan kecil-kecil, bagian tengah ditembus oleh urethra.
2.
Skrotum
Merupakan kantung yang berisi
testis. Terdiri dari lapisan kulit luar yang tebal dengan sejumlah
kelenjar lemak dan keringat. Berfungsi
sebagai
penyangga bagi testis dan regulasi temperature.
2.1.2. Organ Interna
1. Testis
Merupakan
organ primer untuk reproduksi pria. Mengalami penurunan dari daerah asalnya, melalui kanalis inguinalis ke dalam skrotum. Fungsi
dan struktur
diatur oleh hormon gonadotropin.
Tidak terdapat dalam tubuh. Alat ini tersusun atas kerangka bungkus
dan struktur
dalam.
2. Epididymis
Merupakan saluran transport sperma pertama
yaitu caput, corpus dan cauda.
Mempunyai 4 fungsi :
·
Transpor
sperma
·
Konsentrasi
sperma
·
Penyimpanan
sperma
·
Maturasi/pematangan sperma (khususnya di daerah cauda)
3. Saluran
Keluar Testis
·
Vas
deferens/duktus deferens
Merupakan
saluran panjang dan lurus yang mengarah keatas dan berujung di kelenjar prostat.
Berfungsi sebagai saluran sperma dari epididimis menuju vesika seminalis.
·
Saluran
ejakulasi / duktus ejaculatorius.
Merupakan saluran pendek yang
menghubungkan vesika seminalis dengan uretra. Saluran ini mempunyai keistimewaan,
yaitu mampu menyemprotkan sperma tinggi masuk ke uretra dan selanjutnya keluar.
·
Uretra
Terdapat di penis. Berfungsi sebagai saluran
kelamin yang berasal dari vesika seminalis dan juga saluran untuk membuang urin
dari vesika seminalis dari vesika urinaria
·
Vesikula
Seminalis
Merupakan kelenjar berlekuk-lekuk yang
jumlahnya sepasang. Terletak di belakang kantung kemih. Sekret vesikula seminalis
mengandung protein, enzim, fruktosa, fosforilklon dan prostaglandin. Berfungsi sebagai
penghasil zat makanan untuk sperma.
·
Glandula Prostata
Berjumlah satu, terletak di atas uretra,
bagian bawah kantung kemih. Prostat mengeluarkan secret cairan yang bercampur
secret dari testis, perbesaran prostat akan membendung uretra dan menyebabkan retensi
urin. Menghasilkan getah yang mengandung kolestrol, garam dan fosfolipid untuk kelangsungan
hidup sperma.
·
Kelenjar Bulbouretral
Merupakan sepasang kelenjarkecil yang
terletak di sepanjang uretra, di bawah prostat yang panjangnya 2 – 5 cm.
Menghasilkan getah yang sifatnya basa dan dialirkan ke uretra.
2.1.3.
Spermatogenesis
1. spermatogonium
diploid asli terletak pada tubulus seminiferus memiliki dua kali jumlah
kromosom, yang mereplikasi secara mitosis saat interfase sebelum meiosis 1
untuk membentuk 46 pasang kromatid kakak.
2. kromatid
bertukar informasi genetik dengan proses sinapsis, sebelum membagi melalui
meiosis menjadi spermatosit haploid.
3. Di
divisi meiosis kedua, dua sel anak baru lebih lanjut membagi diri menjadi empat
spermatid, yang memiliki kromosom unik yang memiliki setengah jumlahnya dengan
spermatogonium asli.
4. Sel-sel
ini sekarang bergerak melalui lumen testis ke epididimis, di mana mereka tumbuh
menjadi empat sel sperma dengan menumbuhkan mikrotubulus pada sentriol,
membentuk axoneme, yaitu, tubuh basal, dan beberapa sentriol memanjang untuk
membentuk ekor sperma, difasilitasi oleh testosteron.
2.1.4. Hormon
Pada Pria
1. Testosteron
: disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat diantara tubulus seminiferus.
Hormon ini penting dalam pembelahan meiosis I
2. Follicle
Stimulating Hormon : disekresi oleh hipofisis anterior. Hormon ini mennstimulasi
sel-sel sertoli untuk mengubah spermatid menjadi sperma (spermiasi)
2.2.
SISTEM
REPRODUKSI WANITA
1.
Vulva
Vulva merupakan celah terluar dari organ
kelamin wanita. Vulva terdiri dari :
·
Mons pubis dan mons veneris yang merupakan
daerah terluar dari vulva yang banyak mengandung jaringan lemak.
·
Labium
mayora dan labium minora, keduanya berfungsi melindungi vagina.
·
Saluran uretra
·
Saluran kelamin.
·
Klitoris yang merupakan gabungan organ erektil yang dapat disamakan dengan
penis pada pria. Tersusun dari korpus carvenosa dan juga banyak pembuluh darah dan
ujung-ujung saraf perasa.
2.2.2. Organ
Dalam
1. Tuba
Valopi
Adalah saluran telur yang berjumlah sepasang
dengan panjang sekitar 10 cm. Bagian pangkal berbentuk corong disebut
infundibulum dengan rumbai-rumbai untuk menangkap ovum yang dilepaskan ovarium.
berfungsi berfungsi untuk menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus.
2. Ovarium
(IndungTelur)
Kelenjar kelamin wanita yang berfungsi menghasilkan
ovum, hormon estrogen, dan hormon progesteron. Estrogen disekresi oleh folikel
de Graaf dan dirangsang oleh FSH. Estrogen berfungsi untuk menimbulkan dan mempertahankan
tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita. Progesteron disekresi oleh Korpus Luteum
dan dirangsang oleh LH. Progesteron berfungsi mempersiapkan dinding uterus agar
dapat menerima ovum yang sudah dibuahi. Ovarium ada sepasang kiri dan kanan.
3. Uterus
(Rahim)
Uterus adalah rongga pertemuan dari oviduk
kiri dan kanan, berbentuk buah pir dengan bagian bawah mengecil disebut serviks
(leher rahim). Uterus berfungsi sebagai tempat perkembangan zygot jika terjadi fertilisasi.
Dinding uterus terdiri dari beberapa lapisan jaringan otot polos dan
endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah dan menghasilkan lendir.
4. Vagina
Vagina adalah saluran akhir dari saluran
reproduksi bagian dalam wanita. Dinding vagina terdiri dari beberapa lapisan yaitu
dari lapisan dalam berturut-turut adalah jaringan ikat berserat, jaringan otot dan
lapisan terluar kelenjarBertholin. Jaringan berserat dan jaringan otot bersifat
elastic untuk memberikan jalan bagi janin ketika melahirkan.
2.2.3. Menstruasi
2.2.3.1.
Pengertian
Pendarahan secara periodik dan siklik dari
uterus yang disertai dengan pelepasan endometrium pada saat ovum tidak dibuahi.
Siklus menstruasi dipengaruhi oleh pelepasan
hormon-hormon yang berkaitan dengan adanya kerjasama hipotalamus dan ovarium
2.2.3.2.
Siklus
Menstruasi
1. Fase
Menstruasi
Bila tidak terjadi fertilisasi, korpus luteum
akan mengkerut menjadi korpus albicans sehingga produksi hormon estrogen dan
progesterone terhenti. Hal tersebut menyebabkan peluruhan endometrium dan ovum,
ditandai dengan pendarahan dari uterus.
2. Fase
Pra Ovulasi
Fase
ini terjadi pada hari ke 5 s/d 15. Hormon yang berperan adalah gonadotrophin
releasing hormone (GnRH) yang disekresikan oleh hipotalamus. GnRH akan
merangsang hipofisis anterior untuk mensekresikan yang akan merangsang
pertumbuhan folikel pada ovarium. Pada fase ini hanya satu folikel yang tumbuh
menjadi sebuah sel telur (ovum). Follikel akan mensekresi
hormone esterogen.
3. Fase
Ovulasi
Fase
ini terjadi pada hari ke-15. Meningkatnya kadar esterogen yang disekresi
follikel pada fase pra ovulasi mengakibatkan kadar FSH turun sehingga
menyebabkan hipotalamus mensekresi GnRH yang akan merangsang hipofisis anterior
mensekresi LH yang akan mendorong pemasakan folikel sehingga sel
telur dibebaskan.
4. Fase
Pasca Ovulasi
Fase
ini terjadi pada hari ke -15 hingga ke-28. Follikel yang telah melepaskan
telur akan mengalami perubahan menjadi korpus luteum. Korpus luteum akan
mensekresi hormone progesterone yang berfungsi memelihara endometerium.
2.2.4. Fertilisasi
2.2.4.1.
Pengertian
Fertilisasi
atau pembuahan adalah peristiwa
penyatuan sperma dengan ovum yang terjadi pada makhluk hidup. Pada manusia,
sperma dihasilkan di testis sedangkan ovum dihasilkan di ovarium. Peristiwa
fertilisasi pada manusia terjadi pada tuba falopi di tubuh wanita. Penyatuan
ini akan menghasilkan zigot yang akan berkambang menjadi embrio manusia yang
baru.
Dalam sekali ejakulasi
(sperma keluar dari kelamin pria), terdapat berjuta-juta sperma yang semuanya
saling berlomba untuk membuahi ovum. Sperma tersebut dapat bertahan hidup dalam
tubuh wanita selama beberapa hari hingga mencapai ovum. Dari berjuta-juta
sperma yang dikeluarkan pria, normalnya hanya ada 1 sperma saja yang akan
membuahi ovum. Setelah 1 sperma berhasil membuahi ovum, akan terbentuk
pelindung yang menghalangi sperma lain untuk melakukan pembuahan.
2.2.4.2.
Proses Fertilisasi
·
Sperma akan berjalan melalui lapisan sel folikel dan berikatan
dengan reseptor pada zona pelusida ovum.
·
Pengikatan tersebut akan memicu terjadinya reaksi akrosomal
dimana sperma membebaskan enzim-enzim hidrolitik pada akrosom menuju zona
pelusida.
·
Enzim hidrolitik akan mencerna zona pelusida dan membuat lubang
yang memungkinkan sperma dapat mencapai membran sel ovum. Protein khusus pada
membran sel sperma akan berikatan dengan reseptor pada membran sel ovum
sehingga kedua membran menyatu.
·
Setelah terjadi penyatuan membran sel, nukleus sel sperma dapat
keluar dan menuju nukleus ovum untuk terjadinya penyatuan nukleus.
·
Setelah terjadin penyatuan antara membran sperma dan ovum,
butiran kortikal pada ovum menyatu dengan membran ovum dan memebaskan enzim dan
makromolekul lain yang akan mengeraskan zona pelusida untuk menghalangi sperma
lain membuahi ovum.
·
Fertilisasi akan menghasilkan zigot yang akan
mengalami pembelahan berulang-ulang dan tumbuh untuk membangun jaringan tubuh
manusia. Seiring dengan pembelahannya, zigot tersebut akan berjalan dari tuba
falopi menuju uterus untuk menempel dan berkembang pada uterus.
2.2.5. Gestasi
(Kehamilan)
2.2.5.1.
Pengertain
Kehamilan
manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan
kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk
wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut
embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran).
Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primi gravida atau gravida
1. Seorang wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida 0.
2.2.5.2.
Masa Kehamilan
1.
Trimester pertama (1-3 bulan)
Trimester pertama merupakan masa yang
rawan, karena biasanya wanita tidak sadar pada awal masa kehamilan. Pada
kehamilan bulan pertama janin berbentuk seperti udang dan terjadi pembentukan
organ vital seperti jantung. Pada bulan kedua wajah bayi sudah terbentuk,
ukuran kepala membesar, dan jantung sudah berdetak lembut. Pada bulan ketiga
bentuk jantung, kaki, dan tangan sudah sempurna.
2.
Trimester kedua (4.6 bulan)
Pada bulan keempat bayi sudah mulai
bergerak, karena hormon pada bayi yang bereaksi dengan situasi dalam kandungan
sudah aktif. Pada bulan kelima ari-ari mulai terbentuk. Pada bulan keenam
system pencernaan bayi sudah tumbuh sempurna dan bayi janin mulai bias
mendengar.
3.
Trimester ketiga (7-9 bulan)
Pada bulan ketujuh system saraf pada janin sudah mulai bekerja serta perkembangan otak. Pada bulan kedelapan janin dapat membuka dan menutup kelopak mata, tendangannya pun terasa semakin jelas. Pada bulan kesembilan paru-paru janin telah berkembang sepenuhnya, system kekebalan tubuh berfungsi, otaknya sudah mulai bekerja, dan memiliki reflek menghisap.
Pada bulan ketujuh system saraf pada janin sudah mulai bekerja serta perkembangan otak. Pada bulan kedelapan janin dapat membuka dan menutup kelopak mata, tendangannya pun terasa semakin jelas. Pada bulan kesembilan paru-paru janin telah berkembang sepenuhnya, system kekebalan tubuh berfungsi, otaknya sudah mulai bekerja, dan memiliki reflek menghisap.
1.
ANATOMI
KELENJAR MAMAE
1.1.
Pengertian
Payudara
adalah pelengkap organ reproduksi pada wanita dan mengeluarkan air susu. Buah
dada terletak dalam fasia superfisialis di daerah antara sternum dan aksila,
melebar dari iga kedua sampai iga ke tujuh. Berat dan ukuran buah dada
berlain-lainan, pada masa pubertas membesar kurang lebih dua ratus gram, dan
bertambah besar selama hamil menjadi enam ratus gram dan sesudah melahirkan
(saat menyusui) menjadi delapan ratus gram, dan menjadi atrofik pada usia
lanjut.
a.
Korpus (badan)
Korpus adalah bagian yang membesar. Terdiri dari jaringan
kelenjar payudara, saluran susu (duktus laktiferus), jaringan ikat, lemak,
pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe
·
Korpus alveolus, yaitu unit terkecil
yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak,
sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah
·
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
·
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang
berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.
ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil
(duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus
laktiferus)
b. Areola
Areola adalah daerah berwarna
coklat yang mengitari puting. Areola manusia hampir semuanya berbentuk
lingkaran, namun banyak pria yang memiliki areola berbentuk elips. Diameter areola
pria kebanyakan sekitar 2,5 cm, sedangkan wanita dewasa rata-rata 3 cm, wanita
yang pernah melahirkan sekitar 10 cm. Sedangkan wanita yang sedang menyusui
atau memiliki payudara yang lebih besar cenderung memiliki areola yang lebih
besar.
·
Kelenjar montgemery yang menyediakan
pelumas untuk menjaga kelembapan area disekitar putting saat dihisap bayi
ataupun dipompa
·
Sinus
laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat
ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun
saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI
keluar.
c. Papilla
atau puting
Papilla adalah bagian yang menojol yang dimasukan ke mulut bayi untuk aliran air susu. Mengandung
ujung-ujung saraf perasa yang sensitif, dan otot polos yang akan berkontraksi
bila ada rangsangan. Kulit
puting susu berpigmen banyak dan tidak berambut. Papilla dermis mengandung
banyak kelenjar sebasea. Ada empat macam bentuk puting, yaitu bentuk yang
normal/umum, pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted). Namun
bentuk-bentuk putting ini tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi, yang
penting adalah bahwa putting susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk
tonjolan atau “dot” ke dalam mulut bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi dimana
putting tidak lentur, terutama pada bentuk puting terbenam, sehingga butuh
penanganan khusus.
Kulit areola juga berpigmen banyak tetapi berbeda dengan
kulit puting susu ia kadang-kadang mengandung folikel rambut. Kelenjar
sebaseanya biasanya terlihat sebagai nodulus kecil pada permukaan areola dan
disebut tuberkel montgomery. Pada papilla dan areola saraf peraba yang sangat
penting untuk reflex menyusui. Bila putting diisap, terjadilah reflex yang
sangat diperlukan dalam proses menyusui.
1.3.
Sumber Perdarahan Payudara
1. Cabang-cabang perforantes a.mammaria
interna. Cabang-cabang I, II, III, dan IV dari a. mammaria interna menembus
dinding dada dekat pinggir sternum pada interkostal yang sesui, menembus
m.pektoralis mayor dan memberi pendarahan tepi medial glandula mamma.
2. Rami pektoralis a.
thorako-akromialis Arteri ini berjalan turun diantara m. pektoralis minor dan
m. pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh utama m. pektoralis mayor,
arteri ini akan mendarahi glandula mamma bagian dalam (deep surface).
3. A. thorakalis lateralis (a. mammaria
eksterna) Pembuluh darah ini jalan turun menyusuri tepi lateral m. pektoralis
mayor untuk mendarahi bagian lateral payudara.
4. A. thorako-dorsalis Pembuluh darah
ini merupakan cabang dari a. subskapularis. Arteri ini mendarahi m. latissimus
dorsi dan m. serratus magnus. walaupun arteri ini tidak memberikan pendarahan
pada glandula mamma, tetapi sangat penting artinya. Karena pada tindakan
radikal mastektomi, perdarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit
dikontrol, sehingga daerah ini dinamakan ”the bloody angel”.
5. Vena
1.4.
Vena Pada Payudara
1. Cabang-cabang perforantes v.
mammaria interna Vena ini merupakan vena terbesar yang mengalirkan darah dari payudara.
Vena ini bermuara pada v. mammaria interna yang kemudian bermuara pada v.
innominata.
2. Cabang-cabang v. aksillaris yang
terdiri dari v. thorako-akromialis, v. thorakalis lateralis dan v.
thorako-dorsalis.
3. Vena-vena kecil yang bermuara pada
v. interkostalis. Vena interkostalis bermuara pada v. vertebralis, kemudian
bermuara pada v. azygos (melalui vena-vena ini metastase dapat langsung terjadi
di paru)
1.5.
Sistem
Limfatik Pada Payudara
Pembuluh
getah bening aksilla
Pembuluh gatah bening aksilla ini mengalirkan getah bening
dari daerah- daerah sekitar areola mamma, kuadran lateral bawah dan kuadran
lateral atas payudara. Pembuluh getah bening mammaria interna: Saluran limfe
ini mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan medial payudara. Pembuluh ini
berjalan di atas fasia pektoralis lalu menembus fasia tersebut dan masuk ke
dalam m. pektoralis mayor. Lalu jalan ke medial bersama-sama dengan sistem
perforantes menembus m. interkostalis dan bermuara ke dalam kelenjar getah
bening mammaria interna. Dari kelenjar mammaria interna, getah bening mengalir
melalui trunkus limfatikus mammaria interna. Sebagian akan bermuara pada v.
kava, sebagian akan bermuara ke duktus thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus
limfatikus dekstra (untuk sisi kanan). Pembuluh getah bening di daerah tepi
medial kuadran medial bawah payudara. Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa
epigastrika superior, menembus fasia rektus dan masuk ke dalam kelenjar getah
bening preperikardial anterior yang terletak di tepi atas diafragma di atas
ligamentum falsiform. Kelenjar grtah bening ini juga menampung getah bening
dari diafragma, ligamentum falsiforme dan bagian antero-superior hepar. Dari
kelenjar ini, limfe mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna.
2.
FISIOLOGI
LAKTASI
2.1.
Pengertian
Laktasi
atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan
pengeluaran ASI (oksitosin). Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia
18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai menstruasi. Selama kehamilan hormon
prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh
hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun
pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi
ASI.
2.2.
Tahap
Laktasi
a. Sekresi
air susu. Pada kehamilan minggu ke 16 mulai terjadi sekresi cairan bening dalam
saluran kelenjar buah dada yang disebut kolostrum yang kaya protein. Setelah
bayi lahir, pengeluaran kolostrum air susu dirangsang oleh hormone prolaktin.
b. Pengeluaran
air susu. Air susu mendapat rangsangan dari bayi supaya keluar secara normal
bergantung pada isapan bayi, mekanisme dalam buah dada berkontraksi memeras air
susu keluar dari alveoli masuk dalam saluran air susu.
2.3.
Faktor
Pengaruh Hormon Pada Laktasi
1. Produksi
air susu (prolaktin). Dalam fisiologi laktasi, prolaktin merupakan hormone yang
disekresi oleh glandula pituitaria anterior yang penting untuk memproduksi air
susu ibu. Kadar hormone ini di dalam sirkulasi maternal meningkat selama
kehamilan. Kerja hormone ini dihambat oleh plasenta, dengan lepasnya plasenta
pada proses persalinan maka kadar estrogen dan progesterone berangsur-angsur
turun sampai pada tingkat terendah dan diaktifkannya prolaktin.
Kadar normal hormon prolaktin di dalam darah sekitar 5-10 ng/mL.
2. Pengeluaran air susu (oksitosin).
Dua factor yang terlibat dalam
mengalirkan air susu dari sel-sel sekretorik ke papilla mamae :
·
Tekanan dari belakang. Tekanan globuli
yang baru terbentuk didalam sel akan mendorong globuli tersebut ke dalam tubuli
laktiferus dan isapan bayi akab memacu sekresi air susu lebih banyak
·
Reflex neurohormonal. Gerakan menghisap
bayi akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat di dalam glandula
pituitary posterior. Akibat langsung dari reflex ini adalah dikeluarkannya
oksitoksin dari pituitaria posterior, disekitar alveoli akan berkontraksi
mendorong air susu masuk ke dalam vasa laktiver dengan demikian lebih banyak
air susu mengalir ke dalam ampula. Sekresi oksitosin akan menyebabkan otot
uterus berkontraksi dan membantu involusi (kemunduran) uterus selama puerperium
(nifas).
2.4.
Reflex Pada Laktasi
1.
Refleks
prolaktin
Seperti telah dijelaskan diatas, dalam putting susu banyak
terdapat ujung saraf peraba. Bila ini dirangsang, maka akan timbul implus
(aliran listrik) yang menuju hipotalamus selanjutnya kekelenjar hipofisis
bagian depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon inilah
yang memegang peran utama dalam produksi ASI di tingkat afeolus. Dengan
demikian mudah dipahami bahwa makin sering rangsangan penyusuan makin banyak
pula produksi ASI.
2. Refleks Aliran (Let down reflex)
Rangsangan yang berasal dari putting susu, tidak hanya
diteruskan sampai kekelenjar hipofisis depan, tetapi juga kekelenjar hipofisis
bagian belakang. Akibatnya bagian ini mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini
berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding
saluran, sehingga asi di pompa keluar. Makin sering menyusui, pengkosongan
alveolus dan saluran makin baik sehingga kemungkinan terjadinya bendungan susu
makin kecil, dan menyusui makin lancar. Saluran asi yang mengalami bendungan
tidak hanya mengganggu penyususan, tetapi juga mudah terkena infeksi.
Dengan
keluarnya oksitosin, hormon ini akan memacu otot rahim sehingga involusi rahim
makin cepat dan baik. Tidak jarang perut ibu merasa mulas pada hari pertama
menyusu ini adalah mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya rahim ke bentuk
semula.
3. MEKANISME
HISAPAN BAYI
1.
Refleksi mencari (Rooting reflex)
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau derah
sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada
bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang menempel
tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian puting susu ditarik masuk ke
dalam mulut.
2.
Refleks mengisap (Sucking reflex)
Teknik menyusui yang baik adalah apabila kalang
payudara sedapat mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini
tidak mungkin dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk itu maka
sudah cukup bila rahang bayi supaya menekan sinus laktiferus yang terletak di
puncak kalang payudara di belakang puting susu. Tidak dibenarkan bila rahang
bayi hanya menekan puting susu saja, karena bayi hanya dapat mengisap susu
sedikit dan pihak ibu akan timbul lecet-lecet pada puting susunya.
Puting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan
bantuan lidah, di mana lidah dijulurkan di atas gusi bawah puting susu ditarik
lebih jauh sampai pada orofaring dan rahang menekan kalang payudara di belakang
puting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit-langit keras (palatum
durum). Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka gusi akan
menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu akan mengalir
ke puting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting susu pada
langit-langit yang mengakibatkan air susu keluar dari puting susu. Cara yang
dilakukan oleh bayi ini tidak akan menimbulkan cedera pada puting susu.
3.
Refleks menelan (Swallowing
reflex)
Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan
disusul dengan gerakan mengisap (tekanan negatif) yang ditimbulkan oleh otot-otot
pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan
mekanisme menelan masuk ke lambung. Keadaan akan terjadi berbeda bila bayi
diberisusu botol di mana rahang mempunyai peranan sedikit di dalam menelan dot
botol, sebab susu dengan mudah mengalir dari lubang dot. Dengan adanya gaya
berat, yang disebabkan oleh posisi botol yang dipegang ke arah bawah dan
selanjutnya dengan adanya isapan pipi (tekanan negatif) kesemuanya ini akan
membantu aliran susu, sehingga tenaga yang diperlukan oleh bayi untuk mengisap
susu menjadi minimal. Kebanyakan bayi-bayi yang masih baru belajar menyusui
pada ibunya, kemudain dicoba dengan susu botol secara bergantian, maka bayi
tersebutkan menjadi bingung puting (nipple confusion). Sehingga sering bayi menyusu
pada ibunya, caranya menyusui seperti mengisap dot botol, keadaan ini berakibat
kurang baik dalam pengeluaran air susu ibu. Oleh karena itu kalau terpaksa bayi
tidak bisa langsung disusui oleh ibunya pada awal-awal kehidupan, sebaiknya
bayi diberi minum melalui sendok, cangkir atau pipet, sehingga bayi tidak
mengalami bingung putting.
4. ZAT PENGHAMBAT
Produksi ASI juga dikendalikan di dalam payudara itu sendiri. Bila dalam satu payudara ada banyak ASI yang tertinggal, maka zat penghambat akan memerintahkan sel-sel pembuat susu untuk berhenti bekerja. Penghentian ini diperlukan untuk mencegah payudara yang bersangkutan mengalami efek kepenuhan.
Hal ini menjelaskan kepada kita
mengapa jika bayi lebih banyak menyusu pada satu payudara, maka payudara
tersebut menghasilkan lebih banyak ASI dan ukurannya menjadi lebih besar dari
payudara lainnya. Agar satu payudara tetap menghasilkan ASI, maka ASI yang ada
di dalamnya harus dikeluarkan.
5.
HORMON
YANG BERPERAN DALAM PROSES LAKTASI
1. Estrogen
: pembesaran mamae
2. Progesteron
:
·
Perkembangan sistim sekresi mamae
·
Pertumbuhan lobulus, pembentukan
alveolus baru, perkembangan sekresi dalam sel-sel alveolus
3. Prolaktin
: Merangsang produksi ASI
4. Somototropin
: Laktogenik ( ringan )
5. Glukokorticoid
: Mengatur transportasi ASI selama laktasi
6. Tyroid
: Stimulasi nafsu makan (metabolisme)
6.
FAKTOR
PENGELUARAN AIR SUSU
1. Tekanan
dari belakang
Tekanan globuli yang baru terbentuk
didalam sel akan mendorong globuli tersebut kedalam tubulus laktifer dan
pengisapan oleh bayi akan memacu sekresi air susu lebih banyak
1.
Reflek neurohormonal
Apabila bayi di susui akan menghasilkan
rangsangan saraf yang terdapat didalam glandula pituitaria posterior. Sekresi
oksitoksin yang sama akan menyebabkan otot uterus brkontraksi dan membantu
involusi uterus selama puerperium (masa nifas)
Untuk
menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan
pada kelenjar mamae yaitu :
1.
Proliferasi jaringan pada alveoli dan
jaringan lemak bertambah
2.
Keluaran cairan susu jolong dari ductus
laktiferus disebut colostrum bewarna kuning – putih susu
3.
Hipervaskularisasi pada permukaan dan
bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas
4.
Setelah persalinan, pengaruh supresi
estrogen dan progesterone hilang
7. AIR SUSU IBU (ASI)
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara
ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Komposisi asi tidak sama berdasarkan
waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium
laktasi.
7.1.
Stadium
ASI
1.
Kolustrum,
Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolostrum ini disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari ke empat
pasca persalinan. Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental , lengket dan
berwarna kekuningan. Kolostrum mengandung
tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI matur. Selain itu, kolostrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa.
Protein utama pada kolostrum adalah immunoglobulin (IgG, IgA dan IgM), yang
digunakan sebagai zat antibodi
untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasite. Meskipun
kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume kolostrum yang
ada dalam payudara mendekati kapasitas
lambung bayi yang berusia 1-2
hari. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam. Kolostrum juga merupakan
pencahar ideal untuk membersihkan
zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan
saluran pencernaan makanan bagi makanan bayi yang akan datang.
2. ASI
Transisi / Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah
kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10.
Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna serta
komposisinya. Kadar imunoglobin dan protein berkurang, sedangkan lemak dan
laktosa meningkat.
3. ASI
Matur
ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan
seterusnya. ASI matur tampak
berwarna putih. Kandungan ASI
matur relative konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau
saat lima menit pertama disebut foremilk.
8.
KOMPOSISI
ASI
Asi
adalah cairan yang alkalis (basa) berwarna putih kebiruan dengan berat jenis
1031. Rata-rata kandungan Asi dikumpulkan selama 24 jam :
·
Protein 1,5%
·
Lemak 3,5%
·
Karbohidrat 7,0%
·
Garam mineral 0,2 %
·
Zat besi
·
Vitamin
Kadar vitamin A, B, C, D dan E lebih
tinggi dibandingkan kadarnya dalam ASS, tetapi lebih sedikit vitamin K dalam
ASI
·
Air 78,8%
BAB III
PENUTUPAN
1. KESIMPULAN
Sistem urogenital
merupakan sistem penggabungan antara sistem urinaria dan genital, yaitu sistem
eskresi dan sistem reproduksi. Sistem urinaria terdiri atas sepasang ginjal, ureter, kandung
kemih dan uretra. Sistem reproduksi pria terdiri dari sepasang tetstis, aluran
reproduksi berupa vas deferens, epididimis, vas everen dan uretra tunggal. Pada
pria dilengkapi penis sebagai organ kopulatoris dan kelenjar asesoris. Sisem
reproduksi wanita terdiri dari sepasang ovarium, saluran reproduksi berupa
sepasang tuba falopii serta uterus dan vagina tunggal. Pada wanita juga
terdapat organ genitalia eksternae dan kelenjar mammae.
DAFTAR PUSTAKA
Evelyn C. Pears. 2011. Anatomi dan
fisiologi untuk paramedis–Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Gibson, John MD. 1995. Anatomi dan
fisiologi modern untuk perawat edisi 2 – Jakarta : EGC
Syafuddin. 2006. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa perawat edisi 3 –
Jakarta : EGC
0 komentar:
Posting Komentar