PATOLOGI
MANUSIA
“ Obesitas “
Kelompok
3
Anggota
:
Fiska Melinda
Masliani Novaria
Zulfa Nazifa
Kelas B D3 – Gizi
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
JAKARTA II
A. PENGERTIAN OBESITAS
Obesitas
sering didefinisikan sebagai kondisi abnormal atau kelebihan lemak yang serius
dalam jaringan adiposa sedemikian sehingga mengganggu kesehatan. Obesitas
adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang
berlebihan. Keadaan ini tentunya berbeda dengan kelebihan berat badan karena
penambahan massa otot atau tulang. Setiap 9,3 kalori energi berlebih masuk ke
dalam badan menimbulkan 1 gram lemak yang disimpan.
Sesorang
yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat
badanya yang normal dianggap mengalami obesitas. Jika kelebihan mencapai
sekitar 100% disebut superobese, sedangkan obesitas yang telah menimbulkan
kelainan, keluhan, atau gejala panyakit disebut morbidly obese. Sesorang yang
kegemukan sudah pasti kelebihan berat badan, tetapi orang yang kelebihan berat
badan belum tentu kegemukan. Wanita dikatakan obese bila lemak dalam tubuhnya
lebih dari 27% berat badan, sedangkan laki-laki disebut obese bila lemak
tubuhnya lebih dari 25% berat badanya. Obesitas tidak hanya ditemukan pada
penduduk dewasa, tetapi juga pada anak-anak dan remaja. Obesitas 3 kali lebih
banyak dijumpai pada wanita. Keadaan ini disebabkan oleh metabolisme pada
wanita lebih rendah, apalagi pada pasca menopause. Obesitas dapat menyebabkan
gangguan proses reproduksi pada wanita, salah satunya adalah Sindroma Ovarium
Polikistik (SOPK).
B. KEBUTUHAN DAN KECUKUPAN LEMAK
Kebutuhan lemak tidak
dinyatakan secara mutlak. WHO (1990) menganjurkan konsumsi lemak sebanyak
15-30% kebutuhan energy total dianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini
memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan untuk membantu penyerapan
vitamin larut lemak. Diantara lemak yang yang dinsumsi sehrai dianjurkan paling
banyak 10% dari kebutuhan energy total bersal dari lemak jenuh, dan 3-7% dari
lemak tidak jenuh ganda. Konsumsi kolesterol yang dianjurkan adalah kurang dari
sama dengan 300 mg sehari.
Diet sangat rendah lemak dapat menimbulkan rasa capek dan
menghilangkan rasa kenyang. Sebaliknya pemberian lemak berlebihan dapat
menyebabkan obesitas.
Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak
dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat
badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan
lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap
mengalami obesitas.
Kebutuhan tubuh akan lemak ditinjau dari sudut fungsinya
:
1.
Lemak sebagai sumber utama energy
2.
Lemak sebagai sumber PUFA
3.
Lemak sebagai pelarut vitamin yang larut lemak (vitamin A, D,
E, dan K).
C. PENENTUAN OBESITAS
Penentuan
obesitas yang sangat mudah adalah dengan perhitungan BMI (Body Mass Index) atau
IMT (Index Masa Tubuh) yang sebenarnya adalah rasio yang dinyatakan sebagai
berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter).
Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika memiliki nilai IMT sebesar 30 atau
lebih.
IMT
= BB/TB2(m).
D. FAKTOR PENYEBAB OBESITAS
Obesitas
terjadi akibat mengonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh.
Faktor utama terjadinya obesitas adalah ketidaksimbangan asupan energi yang diperoleh
dengan keluaran energi. Asupan energi tinggi bila konsumsi makanan berlebihan,
sedangkan keluaran energi menjadi rendah bila metabolisme tubuh dan aktivitas
fisik rendah. Penimbunan lemak tersebut terjadi karena adanya ketidakseimbangan
antara jumlah energi yang dikonsumsi dan yang digunakan. Obesitas dapat saja
terjadi sejak bayi. Bila kedua orangtua obesitas, kemungkinan 80% anak mereka
juga akan obesitas. Peningkatan resiko obesitas tersebut kemungkinan disebabkan
oleh pengaruh gen atau faktor lingkungan dalam keluarga.
Faktor Genetik
Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33%
terhadap berat badan seseorang.
Faktor Lingkungan
Lingkungan
ini termasuk perilaku/gaya hidup. Anggota keluarga tidak hanya berbagi gen,
tapi makanan dan kebiasaan hidup juga mendorong terjadinya obesitas. Seseorang
tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, namun dia dapat mengubah pola
hidup, seperti pola makan dan aktivitasnya.
Faktor Psikis
Apa
yang ada didalam pikiran seseorang dapat memengaruhi kebiasaan makannya. Banyak
orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Ada dua pola makan
abnormal yang dapat memicu terjadinya obesitas, diantaranya adalah
·
Makan dalam jumlah yang sangat
banyak (binge)
·
Makan di malam hari (sindrome
makan pada malam hari)
Berkurangnya
nafsu makan di pagi hari yang diikuti dengan bertambahnya nafsu makan di malam
hari.
Faktor Kesehatan
Beberapa
penyakit yang dapat menyebabkan obesitas diantaranya adalah:
·
Hipotiroidisme
Ini terjadi karena kadar tiroid yang
rendah dalam tubuh. Kadar tiroid yang rendah juga dapat menjadi pemicu berat
badan seseorang mudah naik. Seseorang yang kekurangan cairan tiroid dalam
tubuhnya menyebabkan lemak yang menumpuk dalam darah, susah dicairkan dan laju metabolisme tubuh
berjalan lamban. Gejala gangguan tiroid adalah mudah lelah, lesu, sering cemas,
pembengkakan wajah, mata bengkak, rambut rontok, kulit kering, penurunan
produksi keringat, depresi, mudah lupa, bicara terdengar lambat dan suara agak
serak, sakit kepala, kesemutan di tangan dan kaki, infertilitas atau keguguran
berulang.
·
Sindroma Cushing
Sindrom Cushing adalah kondisi ketika
terjadinya produksi hormon kortisol yang berlebihan sehingga mneyebabkan
akumulasi lemak terutama pada bagian wajah, perut dan pundak bertambah lebar,
kecuali tangan dan kaki. Keadaan seperti inilah yang bertanggung jawab dengan
tingkat kortisol yang semakin meningkatnya kenaikan berat badan terutama pada
bagian perut. Efek negatif dari meningkatnya jumlah kortisol membuat otot-otot
tubuh cepat merasa lelah dan lemah, kulit tipis, luka yang lama sembuh, mudah
memar, tekanan darah tinggi, kadar glukosa yang tidak terkendali, stretch mark
( sejenis selulit ) berwarna ungu pada bagian perut, menstruasi tidak teratur,
rambut rontok dan lain sebagainya.
·
Menopause
Jika seorang wanita memasuki masa
menopause atau sudah menopause akan mengalami penurunan dan perubahan hormon,
selama masa menopasuse secara tiba–tiba nafsu makan akan meningkat drastis.
Menopause juga memperlambat metabolisme yang mengakibatkan lemak sulit terbakar
yang mengakibatkan kenaikan berat badan. Ditambah lagi jika pada masa
menopause, kebanyakan wanita tidak di imbangi dengan olahraga.
Obat-obatan
Jika
seorang wanita yang sedang menjalani program KB dengan Pil KB, biasanya
mempengaruhi siklus menstruasi menjadi tidak beraturan. Obat pil KB sangat
berpengaruh pada peningkatan nafsu, obat-obat steroid, anti peradangan, anti
depresan dan obat diabetes juga menjadi pemicu kenaikan berat badan.
Faktor Perkembangan
Penambahan
ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya
jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas pada masa
kanak-kanak bisa memilki sel-sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan
anak-anak yang berat badannya normal. Jmlah sel-sel lemak tidak dapat
dikurangi, karena itu, penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara
mengurangi jumlah lemak dalam setiap sel.
Orang-orang
yang tidak aktif memerlukan kalori yang lebih sedikit. Oleh karena itu, seseorang
yang cenderung mengonsumsi banyak makanan (apalagi yang kaya lemak) tetapi
aktivitas fisiknya ringan, maka terjadi ketidakseimbangan antara energi yang
diperoleh dengan yang dikeluarkannya. Dan dapat memicu terjadinya obesitas.
Hasil penelitian terbaru mengungkapkan bahwa sarapan secara teratur dapat
mengurangi resiko obesitas. Selain itu, semakin sering kita mengonsumsi
makanan, maka semakin kecil pula resiko menderita obesitas. Tim peneliti
mengungkapkan bahwa orang yang mengonsumsi makanan sampai 3 kali perhari
berisiko mederita obesitas 45% lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang
mengonsumsi makanan 4 kali atau lebih perhari. Hal ini dikarenakan frekuensi
makanan yang rendah berkaitan dengan sekresi insulin yang tinggi. Insulin dapat
berperan sebagai penghambat enzim lipase (3/4 enzim yang memecah lemak). Semain
banyak insulin yang disekresikan, semakin besar hambatan pada enzim lipase.
Akibatnya, semakin banyak lemak yang ditimbun didalam tubuh.
Kebiasaan
makan secara teratur menurunkan resiko menderita obesitas. Karena asupan energi
cenderung meningkat ketika sarapan dilewatkan. Melewati pagi hari tanpa sarapan
dapat mengakibatkan perubahan ritme, pola, dan siklus waktu makan. Orang yang
tidak sarapan akan merasa lebih lapar di waktu siang dan malam hari
dibandingkan dengan mereka yang memulai harinya dengan sarapan. Akibatnya
mereka yang tidak sarapan akan mengonsumsi makanan lebih banyak di waktu siang
dan malam hari. Asupan makanan yang meningkat pada malam hari akan berakibat
pada meningkatnya glukosa yang disimpan sebagai glikogen. Karena aktivitas
fisik pada malam hari sangat rendah, glikogen tersebut kemudian disimpan dalam
bentuk lemak.
E.
PROSES TERJADINYA KEGEMUKAN
Kegemukan
merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat
badan akibat kelebihan jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan
berat badan yang melampaui ukuran ideal. Namun, pada dasarnya kegemukan terjadi
akibat energi yang masuk ke dalam tubuh selalu berlebih sehingga tertimbun dalam
bentuk lemak atau sel adipose di bagian bawah kulit. Peningkatan cadangan lemak
dalam tubuh dapat berupa penambahan jumlah sel-sel lemak, penambahan ukuran sel
lemak, atau kombinasi dari keduanya. Kelebihan 1.000 kkal energi per hari akan
menambah hampir 1 kg timbunan lemak per minggu. Dengan demikian, orang yang
makan berlebihan secara terus menerus akan mudah mengalami obesitas
(kegemukan).
Pertumbuhan dan perkembangan jaringan
lemak dimulai sejak bayi berumur lima bulan. Jumlah sel lemak meningkat
hingga bayi berumur satu tahun, diikuti dengan membesarnya sel-sel lemak.
Pembentukan sel lemak akan berhenti saat seseorang berumur dua puluh tahun.
Setelah itu, proses berlanjut pada pembesaran sel lemak tubuh. Dengan melihat
proses terjadinya kegemukan, asupan makanan yang berlebihan pada masa
kanak-kanak merupakan tindakan yang kurang bijaksana dan bisa berakibat kurang
baik saat anak tumbuh dewasa.
F. MACAM-MACAM OBESITAS
Obesitas
digolongkan menjadi tiga kelompok :
·
Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
·
Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
·
Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%
G. TIPE-TIPE OBESITAS
Tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh
·
Obesitas tipe buah pear
(Gynoid)
Tipe ini cenderung dimiliki oleh wanita,
lemak yang ada disimpan di sekitar pinggul dan bokong. Resiko terhadap penyakit
pada tipe gynoid umumnya kecil.
·
Obesitas tipe buah apel (Apple
Shape)
Tipe seperti ini biasanya terdapat pada
pria. Dimana lemak tertumpuk di sekitar perut. Resiko kesehatan pada tipe ini
lebih tinggi dibandingkan dengan tipe buah pear (Gynoid).
·
Tipe Ovid (Bentuk Kotak Buah)
Ciri dari tipe ini adalah "besar di
seluruh bagian badan". Tipe Ovid umumnya terdapat pada orang-orang yang
gemuk secara genetik.
Tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak
·
Tipe hiperlastik
Tipe hiperlastik merupakan kegemukan
yang disebabkan oleh jumlah sel lemak lebih banyak dibandingkan dengan kondisi
normal. Akan tetapi, ukuran sel lemak tersebut masih sesuai dengan ukuran sel
yang normal. Kegemukan tipe hiperlastik biasanya terjadi sejak masa anak-anak
dan sulit untuk diturunkan ke berat badan normal. Bila terjadi penurunan berat
tubuh sifatnya hanya sementara dan kondisi tubuh akan mudah kembali ke keadaan
semula.
·
Tipe hipertropik
Kegemukan yang termasuk dalam tipe ini
mempunyai jumlah sel yang normal, tetapi ukuran sel lebih besar dari ukuran
normal. Kegemukan ini biasanya terjadi pada orang dewasa dan relatif lebih
mudah menurunkan berat tubuh dibanding tipe hiperlastik. Namun, kegemukan tipe
ini mempunyai risiko lebih mudah terserang penyakit gula dan tekanan darah
tinggi.
·
Tipe hiperlastik-hipertropik
Pada kegemukan tipe ini jumlah maupun
ukuran sel yang terdapat pada tubuh seseorang melebihi ukuran normal. Proses
kegemukan dimulai sejak masa anak-anak dan berlangsung terus hingga dewasa.
Mereka yang mengalami kegemukan tipe ini paling sukar menurunkan berat tubuh.
Dengan demikian, seseorang dengan tipe kegemukan seperti ini paling mudah
terserang berbagai penyakit degeneratif.
Tipe Obesitas Berdasarkan Umur
·
Kegemukan saat bayi
Kegemukan pada masa bayi disebabkan
kurangnya pengetahuan orang tua, terutama tentang kebutuhan konsumsi makanan.
Pihak orang tua harus paham benar akan waktu dan menu yang tepat untuk memberi
makan terhadap bayinya. Kegemukan pada masa bayi perlu dihindari karena jumlah
bayi yang menderita kegemukan pada umur enam bulan pertama ternyata lebih dari
sepertiganya menjadi gemuk pada saat dewasa.
·
Kegemukan saat anak-anak
Kegemukan pada masa anak-anak disebabkan
oleh pola makan yang salah disertai aktivitas fisik yang rendah. Aktivitas
fisik sangat diperlukan dalam proses pembakaran kelebihan lemak dalam tubuh.
·
Kegemukan saat dewasa
Kegemukan sering terjadi pada masa
dewasa karena lemak tubuh mulai menumpuk. Umur 30 tahun merupakan umur saat
seseorang mulai mantap dengan kariernya, ditandai dengan tanggung jawab makin
besar, ambisi tinggi, dan pekerjaan menumpuk. Kesibukan-kesibukan tersebut
menjadi penyebab kekurangan waktu untuk olahraga. Oleh karena itu, bila kurang
hati-hati dalam menjaga tubuh, perlahan-lahan kegemukan mulai mengintai. Bila
dibiarkan, pada umur 45-60 tahun sering menjadi kritis akibat tubuh digerogoti
penyakit seperti jantung koroner, diabetes, dan penyakit lainnya, terutama pada
orang-orang yang kegemukan.
Tipe Kegemukan Berdasarkan Tingkat Kegemukan
·
Simple obesity (kegemukan
ringan)
Merupakan kegemukan akibat kelebihan
berat tubuh sebanyak 20% dari berat ideal dan tanpa disertai penyakit diabetes
melitus, hipertensi, dan hiperlipidemia.
·
Mild obesity
Merupakan kegemukan akibat kelebihan
berat tubuh antara 20-30% dari berat ideal yang belum disertai penyakit
tertentu, tetapi sudah perlu diwaspadai.
·
Moderat obesity
Merupakan kegemukan akibat kelebihan
berat tubuh antara 30-60% dihitung dari berat ideal. Pada tingkat ini penderita
termasuk berisiko tinggi untuk menderita penyakit yang berhubungan dengan
obesitas.
·
Morbid obesity
Merupakan kegemukan akibat kelebihan
berat tubuh dari berat ideal lebih dari 60% dengan risiko sangat tinggi
terhadap penyakit pernapasan, gagal jantung, dan kematian mendadak.
H. GEJALA OBESITAS
Penimbunan
lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan
paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun
penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa
terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara
waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas
bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan
memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan
kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita
obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan
berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan
mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan
akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
I. PENYAKIT YANG TIMBUL AKIBAT OBESITAS
Jantung Koroner
Distribusi
jaringan lemak berpengaruh pada tingginya risiko jantung koroner. Penyakit
jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat adanya penurunan suplai
oksigen ke otot jantung karena penyempitan atau penyumbatan aliran darah arteri
koronaria. Obesitas dapat meningkatkan kadar kolesterol dan LDL kolesterol.
Resiko Jantung Koroner akan jelas meningkat bila BB mulai melebihi 20 % dari BB
ideal.
Diabetes Mellitus type 2
Kelebihan massa lemak juga dikaitkan
dengan keadaan resistensi insulin yang berhubungan dengan diabetes melitus.
Overweight akan meningkatkan angka kejadian diabetes melitus 3-4 kali
dibandingkan orang dengan IMT normal. Ini sering terjadi pada orang obesitas,
yaitu orang dengan IMT lebih dari 25 kg/m2 atau kelebihan lemak minimal
20% dari berat badan ideal. Diet dan olahraga merupakan penatalaksanaan paling
tepat untuk golongan ini. Seiring peningkatan angka obesitas, WHO memperkirakan
tahun 2020 sekitar 21,3 juta orang indonesia terkena diabetes. Diabetes sangat
erat kaitanya dengan kegemukan atau obesitas. Ini berati orang yang mengalamai
obesitas akan memiliki risiko yang besar terkena diabetes.
Penelitian di USA menunjukkan bahwa
wanita dengan IMT antara 25-26,9 kg/m2 beresiko menderita diabetes
type 2 delapan kali lebih besar dibandingkan dengan wanita dengan IMT < 22
kg/m2. Resiko ini pun meningkat 40 kali lebih besar daripada wanita
dengan IMT > 31 kg/m2. Obesitas juga berhubungan dengan
peningkatan Low Density Lipoprotein (LDL), peningkatan VLDL dan Trigliserida,
serta penurunan Hig Density Lipoprtein (HDL).
Hipertensi
Hubungan
antara angka kejadian hipertensi dan berat badan meningkat tajam sesuai
peningkatan berat badan. Salah satu penyebabnya adalah Kolesterol yang identik
dengan lemak berlebih yang tertimbun pada dinding pembuluh darah. Pembuluh
darah yang dipenuhi dengan kolesterol ini akan mengalami penyempitan dan
mengakibatkan tekanan darah pun meningkat. Risiko terjadinya hipertensi
meningkat 1,6 kali untuk overweight dan menjadi 2,5-3,2 kali untuk obesitas kelas
1 serta menjadi 3,9-5,5 kali untuk obesitas kelas 2 dan 3. Obesitas merupakan
penyebab hipertensi. Awalnya, kegemukan lebih cepat terjadi dengan pola hidup
pasif (kurang gerak dan olahraga). Jika makanan yang dimakan banyak mengandung
lemak jahat (seperti kolesterol), dapat menyebabkan penimbunan lemak di
sepanjang pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah ini menyebabkan aliran
darah menjadi kurang lancar.
Pada
orang yang memiliki kelebihan lemak (hyperlipidemia), dapat menyebabkan
penyumbatan darah sehingga mengganggu suplai oksigen dan zat makanan ke organ
tubuh. Penyempitan dan sumbatan lemak ini memacu jantung untuk memompa darah
lebih kuat lagi, agar dapat memasok kebutuhan darah ke jaringan. Akibatnya
tekanan darah menjadi meningkat, maka terjadilah hipertensi.
Dislipidemia
Dislipidemia
adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun
penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama
adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida
serta penurunan kadar HDL.
Dislipidemia
adalah gangguan kesehatan akibat kelainan lemak dalam darah. Pada dislipidemia
kadar lemak-lemak jahat yaitu LDL kolesterol dan trigliserida mengalami
peningkatan. Sebaliknya kadar lemak yang baik yaitu HDL kolesterol justru
mengalami penurunan.
LDL
kolesterol dan Trigliserida disebut lemak jahat karena lemak ini membawa
kolesterol dari dalam hati dan melepaskannya pada dinding pembuluh darah.
Keadaan ini bisa menimbulkan timbunan kolesterol (plak) pada dinding pembuluh
darah yang disebut ateroma. Ateroma menyebabkan penyempitan dan pengerasan
pembuluh darah yang dinamakan aterosklerosis. Kalau penyempitan ini terjadi di
pembuluh darah jantung akan menyebabkan jantung koroner, bila terjadi di ginjal
akan menyebabkan gagal ginjal dan bila terjadi di otak akan menyebabkan stroke.
HDL
kolesterol disebut lemak yang baik karena jenis ini berperan mengangkut
kolesterol yang tercecer pada dinding pembuluh darah dan dibawa kembali ke
hati. Dengan kata lain HDL kolesterol mencegah terjadinya aterosklerosis
sehingga tidak terjadi penyakit jantung koroner.
J. CARA MENANGANI OBESITAS
Penurunan
bobot badan secara bertahap akan memberi hasil yang lebih awet daripada
penurunan bobot badan instan yang bersifat sementara. Berkonsentrasi bukan
sekadar mendapatkan bobot tubuh ideal, tetapi turut menyingkirkan kelebihan
lemak tubuh. Indikator penyusutan lemak tubuh ada pada lingkar pinggang. Salah satu cara untuk mengurangi
berat badan adalah membiasakan diri dengan
mengonsumsi snack dan makanan yang sehat, serta membiasakan berolahraga, agar
otot-otot tubuh dibiasakan untuk aktif beraktivitas.
REFERENSI
Buku
Gizi Masyarakat
http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_ii/07410071-finna-ayu-f.ps
1 komentar:
thx buat artikelnya,,, gue sering juga baca artikel2 kesehatan di http://udoctor.co.id,, ada 4 tipe diet untuk menghindari obesitas,,,
Posting Komentar