RSS






Patologi Manusia Dasar
“Penyakit Hati ”


Disusun Oleh :
1.    Mia Zulfiana (P2.31.31.0.14.027)
2.    Tiara Nurlita (P2.31.31.0.14.048)
3.    Verawati (P2.31.31.0.14.049)
D – III B
         
Politeknik kesehatan kementrian kesehatan jakarta II

HATI
Hati merupakan organ yang sangat penting dalam pengaturan homeostasis tubuh meliputi metabolisme, biotransfromasi, sintesis, penyimpanan dan imunologi. Penyebab penyakit hati bervariasi , sebagian besar disebabkan oleh virus yang menular secara fekal-oral, parenteral, seksual, efek toksik dari obat-obatan, akohol, racun, jamur dan lain-lain.

Gangguan penyakit hati seringkali dihubungkan dengan penyakit hati tertentu, yang dibedakan menjadi akut dan kronis. Dikatakan akut karena apabila kelainan hati tersebut terjadi berlangsung selama 6 bulan. Sedangkan penyakit hati kronis apabila kelainan hati tersebut terjadi berlangsung selama lebih dari 6 bulan.
Klasifikasi Penyakit Hati :
1. Hepatitis
2. Sirosis hati
3. Kanker hati
4. Perlemakan Hati
5. Koleostasis dan jaundice
6. Hemochromatosis
7. Abses hati
DEFINISI HEPATITIS
Hepatitis berasal dari dua kata yaitu hepa (hepar/hati) dan itis (radang). Hepatitis merupakan radang yang terjadi pada organ hati. Karena hampir seluruh tubuh penderita berwarna kekuning-kuningan maka dalam masyarakat dikenal dengan istilah penyakit kuning (jaundice). Namun, sebenarnya istilah sakit kuning dapat menimbulkan kerancuan karena tidak semua sakit kuning disebabkan radang hati.
EPIDEMIOLOGI HEPATITIS
Hepatitis banyak melanda pada bayi dari usia 0-12 bulan, pada anak-anak diperkirakan terjadi dari mulai usia 2- 15 tahun, orang dewasa 15-20 tahun dan orang tua diatas usia 40 tahun keatas. Namun hepatitis yang banyak terjadi dan dialami oleh penduduk Indonesia adalah hepatitis B.
Gambar : virus dari jenis hepatitis yang kemudian akan merusak fungsi organ hati
Problem penyakit hati sangat besar, 1 dari 10 masyarakat Indonesia terserang hepatitis B. Kurang lebih 20 juta masyarakat Indonesia menderita hepatitis, 15 juta diantaranya menderita hepatitis B dan 5 juta hepatitis C. Sayangnya, tingginya angka ini tidak diikuti dengan kesadaran dari masyarakat. Bahkan sebelumnya pemerintah pun juga tidak banyak menaruh perhatian. Hepatitis B seperti fenomena gunung es yang hanya nampak sebagian kecil saja, yaitu hanya sekitar 30%. Sementara menurut catatan Kementrian Kesehatan sekitar 5-10 %. Sedangkan sisanya 70% tidak terjamah atau terdeteksi oleh tenaga kesehatan.
Angka penyebaran virus hepatitis di Indonesia yaitu berkisar 3-15%. Selain itu, tingginya angka penyebaran virus hepatitis juga berkaitan degan kondisi kebersihan dan kepadatan penduduk yang mempermudah penularan. Mahalnya pengobatan masih menjadi kendala utama. Terutama pada kasus hepatitis B dan C. Untuk periksa darah saja sekitar 2 juta. Apalagi pengobatan hepatitis. Pada hepatitis C, harga obatnya sangat mahal, bisa sampai ratusan juta. Untuk satu suntikan 9 juta.

ETIOLOGI HEPATITIS
Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus, hingga obat-obatan, alkohol, bahkan obat tradisional sekalipun.

GEJALA/GAMBARAN UMUM HEPATITIS
Gambar : Urutan pada kerusakan fungsi organ hati

Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis.
Hepatitis terdiri dari beberapa jenis diantaranya, Hepatitis A,B, C, D, E, F dan G. Meskipun gejala yang dialami sama, tetapi ada perbedaan antara jenis hepatitis yang satu dengan yang lainnya. Diantaranya dalam hal penularan, penanganan dan dampaknya terhadap kesehatan.
Hepatitis A
Jenis ini adalah yang paling ringan dibanding dengan jenis hepatitis yang lain, dan dapat sembuh dengan sendirinya bahkan tanpa meninggalkan bekas/jejak.
Hepatitis A dapat menyebabkan pembengkakan hati, tetapi jarang menyebabkan kerusakan permanen. Anda mungkin merasa seperti terkena flu, mual, lemas, kehilangan nafsu makan, nyeri perut dan ikterik (mata/kulit berwarna kuning, tinja berwarna pucat dan urin berwarna gelap) atau mungkin tidak merasakan gejala sama sekali.


Kebersihan yang buruk pada saat menyiapkan dan menyantap makanan memudahkan penularan virus ini. Karena itu, penyakit ini hanya berjangkit di masyarakat yang kesadaran kebersihannya rendah. Penyebaran/ penularan penyakit ini bisa melalui kotoran/tinja penderita; biasanya melalui makanan (fecal - oral), bukan melalui aktivitas seksual atau melalui darah.


Tanda dan gejala Hepatitis A yaitu:
- Kelelahan
- Mual dan muntah
- Nyeri perut atau rasa tidak nyaman, terutama di daerah hati (pada sisi kanan bawah tulang rusuk)
- Kehilangan nafsu makan
- Demam
- Urin berwarna gelap
- Nyeri otot
- Menguningnya kulit dan mata (jaundice).

Ciri penderita hepatitis
Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B" (VHB)/ hepatitis serum, suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.
Gambar virus hepatitis B

Pada meraka yang terinfeksi VHB akut, 90% pada anak-anak dan 70% pada dewasa tidak menampakkan gejala sama sekali. Hanya sepertiga dari yang terinfeksi memperlihatkan keluhan, terutama mata kuning. Gejala mirip hepatitis A, seperti flu, hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam.
Gambar penderita hepatitis B

Secara vertikal cara penularan Hepatitis B dapat melalui darah, khususnya dari ibu ke bayi. Secara horizontal dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama (Hanya jika penderita memiliki penyakit mulut, sariawan, gusi berdarah,dll), lendir (berciuman) atau luka yang mengeluarkan darah serta hubungan seksual dengan penderita.


Hepatitis C
Hepatitis C adalah infeksi yang terutama menyerang organ hati. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C seringkali tidak memberikan gejala, namun infeksi kronis dapat menyebabkan parut (eskar) pada hati, dan setelah menahun menyebabkan sirosis (pengerasan hati),stadium akhir penyakit hati dan kanker hati.

Dalam beberapa kasus, orang yang mengalami sirosis juga mengalami gagal hati, kanker hati, atau pembuluh yang sangat membengkak di esofagus dan lambung, yang dapat mengakibatkan perdarahan hingga kematian.

Hepatitis C menular terutama melalui darah. Sebelumnya, transfusi darah bertanggung jawab atas 80% kasus hepatitis C. Kini hal tersebut tidak lagi terjadi berkat kontrol yang lebih ketat dalam proses donor dan transfusi darah. Virus ditularkan terutama melalui penggunaan jarum suntik untuk menyuntikkan obat-obatan, pembuatan tato yang dilakukan dalam kondisi tidak higienis.


Gejala hepatitis C sama dengan hepatitis B. Namun, hepatitis C lebih berbahaya karena virusnya sulit menghilang. Pada sebagian besar pasien (70% lebih), virus HCV terus bertahan di dalam tubuh sehingga mengganggu fungsi liver.

Peginterferon dan ribavirin merupakan obat-obatan standar untuk HCV. Antara 50-80% pasien yang diobati sembuh. Pasien dengan sirosis atau kanker hati mungkin memerlukan transplantasi hati, namun biasanya virus muncul kembali setelah transplantasi.
Tidak ada vaksin untuk hepatitis C.


Hepatitis D
Hepatitis D (virus delta), adalah virus cacat yang memerlukan pertolongan virus hepatitis B untuk berkembang biak sehingga hanya ditemukan hanya pada orang yang terinfeksi hepatitis B. Virus hepatitis D (HDV) adalah yang paling jarang tapi paling berbahaya dari semua virus hepatitis.

Pola penularan hepatitis D mirip dengan hepatitis B. Diperkirakan sekitar 15 juta orang di dunia yang terkena hepatitis B (HBsAg +) juga terinfeksi hepatitis D. Infeksi hepatitis D dapat terjadi bersamaan (koinfeksi) atau setelah seseorang terkena hepatitis B kronis (superinfeksi).

Orang yang terkena koinfeksi hepatitis B dan hepatitis D mungkin mengalami penyakit akut serius dan berisiko tinggi mengalami gagal hati akut. Orang yang terkena superinfeksi hepatitis D biasanya mengembangkan infeksi hepatitis D kronis yang berpeluang besar (70% - 80%) menjadi sirosis.

Tidak ada vaksin hepatitis D, namun dengan mendapatkan vaksinasi hepatitis B maka otomatis Anda akan terlindungi dari virus ini karena HDV tidak mungkin hidup tanpa HBV.

Penularan hepatitis D dapat melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.


Hepatitis E
Hepatitis E adalah suatu penyakit yang menyerang hati (liver) yang disebabkan oleh Virus Hepatitis E. Penyebarannya melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh virus ini. Virus ini menurut lebih mudah menyebar pada daerah yang memiliki sanitasi yang buruk.




Hepatitis E menyebabkan penyakit akut tetapi tidak menyebabkan infeksi kronis. Secara umum, penderita hepatitis E sembuh tanpa penyakit jangka panjangkeculai bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat mematikan.
Wilayah rentan hepatitis E

Pada sebagian sangat kecil pasien (1-4%), terutama pada ibu hamil, hepatitis E menyebabkan gagal hati akut yang berbahaya. Saat ini belum ada vaksin hepatitis E yang tersedia secara komersial. Anda hanya dapat mencegahnya melalui penerapan standar kebersihan yang baik.




Hepatitis F
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.


Hepatitis G

Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.

Tabel perbandingan Virus Hepatitis A, B, C, D, dan E

Hepatitis A
Hepatitis B
Hepatitis C
Hepatitis D
Hepatitis E
1. Inkubasi
2 – 4 minggu
1 – 6 bulan
2 miggu – 6 bulan
3 minggu – 3 bulan
3 – 6 minggu
2.penularan
- fekal oral
- jarang terjadi melalui daerah / seks

- Darah
-Seksual
-perinatal : tsk ada laporan

-sporadik
-seksual : sering berganti pasangan
-perinatal
-darah
-seksual
-fekal oral
-kontaminasi makanan
3.Kelompok
Beresiko
-militer
-penitipan anak

-pecandu obat
-seksual
-tenaga kesehatan
-resipien darah
-pecandu obat
-tenaga kesehatan
-resipien darah
-pecandu obat
-penderita hepatitis B
-pelancong daerah endemik
4. Diagnosis akut
IgM Anti – HAV
IgM Anti – HBc
HBs Ag
klinis
IgM Anti - HDV
klinis
5. Diagnosis kronis

Anti – HBc total
HBs Ag
HCV Ab
HDV Ag



Tips mencegah hepatitis

1. Menjaga kebersihan makanan, lingkungan hidup.
2. Menggunakan tusuk jarum, termasuk transfusi darah yang steril.
3. Tidak melakukan seks bebas, terlebih seks bebas terhadap seorang pengidap hepatitis.
4. Tidak menggunakan narkoba, terlebih yang menggunakan jarum suntik dalam proses penggunaannya.
5. Istirahat yang cukup.
6. Olah raga teratur.
7. Khusus untuk bayi agar diberikan imunisasi lengkap.

KOMPLIKASI
Secara ringkas perjalanan akhir dari penyakit hepatitis adalah sirosis hati dan hepatoma (kanker hati). Oleh karena itu perlu diketahui perjalanan penyakit hepatitis, hepatitis B dan C yang dapat menjadi kronis dan sering menimbulkan dua komplikasi tersebut.

HEPATITIS B
Infeksi hepatitis B yang didapatkan pada masa perinatal dan balita biasanya asimtomatik dan dapat menjadi kronik pada 90% kasus. Sedangkan bila infeksi terjadi pada orang dewasa hanya 5% yang menjadi kronik, sisanya akan sembuh dengan sempurna. Pada beberapa pasien hepatitis B kronik karsinoma hati dapat terjadi walaupun tidak ditemukan sirosis hati. Perkembangan menjadi sirosis dapat terjadi rata-rata 2-5% per tahun dengan HbeAg positif dan 8-10% pada pasien HbeAg negatif. Sirosis hati akan lebih banyak terjadi apabila ditemukan kadar HBV-DNA yang tinggi.
Gagal hati (dekompensasi ditemukan pada 3,3% kasus sirosis tiap tahunnya), dengan gejala asites merupakan gejala terbanyak diikuti oleh ikterus dan perdarahan.
Angka kematian adalah 0-2% tanpa sirosis hati, sedangkan dengan sirosis 14-20% dalam waktu 5 tahun sedangkan bila terjadi dekompensasi meningkat hingga 70-80%.
Hepatitis akut dapat sembuh sempurna pada 90% kasus sedangkan pada hepatitis kronik hilangnya virus amat sukar. Walaupun demikian replikasi virus dapat terkontrol dengan anti virus, sehingga kemungkinan untuk menjadi sirosis dan kanker hati dapat dikurangi.

HEPATITIS C
Infeksi akan menjadi kronik pada 70-90% kasus dan seringkali tidak menimbulkan gejala apapun walaupun proses kerusakan hati berjalan terus. Hilangnya virus setelah terjadinya hepatitis kronik sangat jarang terjadi. Pada 15-20% pasien hepatitis C kronik terjadi sirosis hati, dalam waktu 20-30 tahun.
Kerusakan hati akibat infeksi kronik tidak dapat tergambar pada pemeriksaan fisis maupun laboratorik. Kecuali bila sudah terjadi sirosis hati. Pada pasien dimana ALT selalu normal, sekitar 18-20% sudah terdapat kerusakan hati yang bermakna, sedangkan di antara pasien dengan peningkatan ALT hampir semuanya sudah mengalami kerusakan hati sedang sampai berat.
Progresivitas hepatitis kronik menjadi sirosis hati tergantung beberapa faktor resiko yaitu : asupan alkoholko-infeksi dengan virus hepatitis B atau HIV, jenis kelamin laki-laki dan usia tua saat terjadinya infeksi. Setelah terjadi sirosis hati, maka dapat timbul kanker hati dengan frekuensi 1-4% tiap tahunnya. Kanker hati dapat terjadi tanpa melalui sirosis hati walaupun hal ini amat jarang terjadi.
Selain gejala gangguan hati, dapat pula timbul manifestasi ekstra hepatik, antara lain:
cryoglobulinemia dengan komplikasi - komplikasinya ( glomerulopati, kelemahan, vaskulitis, purpura, atau atralgia ), porphyria cutanea tardasicca syndrome atau lichen planus. Patofisiologinya belum jelas, namun dihubungkan kemampuan Virus Hepatitis C menganggu respon sistem imunologis. Contohnya sel limfoid yang terinfeksi dapat berubah sifatnya menjadi ganas karena dilaporkan tingginya angka kejadianl imfoma non - Hodgkin pada pasien hepatitis C.

Perjalanan Penyakit Hepatitis B

Infeksi VHB dapat akut maupun kronis. Pada infeksi VHB yang akut, mayoritas penderita sembuh. Pada penderita yang berlanjut menjadi infeksi kronis, risiko untuk terjadinya sirosis hepatis, karsinoma hepatoselular, dan gagal hati meningkat.6 Infeksi kronis ditandai dengan adanya HBsAg + minimal 6 bulan.

Fase
HbeAg
Anti HbeAg
HBV DNA
ALT Level
Biopsi Hati
 Imun tolerans
 HbeAg+
 > 20.000 IU/ml
 Normal
 Normal atau aktivitas minimal
 Imun klirens
 HbeAg + atau
anti HbeAg +
 > 2.000 IU/ml
 Meningkat
 Inflamasi aktif
 Karier inaktif (replikasi rendah)
 HbeAg - / anti HbeAg +
 < 2.000 IU/ml
 Normal
 Normal atau inflamasi minimal
 Reaktivasi
 HbeAg - / anti HbeAg +
 2.000 - 20.000 IU/ml
 Meningkat
 Inflamas, Fibrosis

Fase 'imun tolerans
Fase imun tolerans kebanyakan terjadi pada anak yang terinfeksi saat lahir oleh ibu positif hepatitis B dengan level HBV DNA yang tinggi dan pada dewasa muda. Fase ini biasanya terjadi selama 2–4 minggu, tetapi dapat bertahan sampai bertahun–tahun pada mereka yang terinfeksi pada masa perinatal. Individu yang berada pada fase ini sangat mudah menularkan ke individu lain.

Fase 'imun klirens’
Pada fase ini, sistem imun tubuh berusaha untuk mengeradikasi VHB dengan menghancurkan sel hati yang terinfeksi.2 Sel hati yang hancur akan mengeluarkan ALT sehingga pada fase ini level HBV DNA menurun, ALT meningkat, dan pada biopsi hati ditemukan inflamasi hati yang aktif. Pada   fase ini pengobatan untuk hepatitis B diberikan. Pada fase ini dapat terjadi serokonversi HBeAg.   

Fase 'karier’
 Pada fase ini level HBV DNA tidak terdeteksi atau rendah dan ALT biasanya normal menunjukkan tidak ada replikasi VHB atau replikasi yang terjadi rendah. Fase ini dapat berlangsung selama bertahun–tahun atau bahkan seumur hidup.

Fase ‘reaktivasi’

Pada fase ini level HBV DNA kembali meningkat diikuti dengan kadar ALT yang meningkat dan inflamasi sel hati bahkan bisa sampai terjadi fibrosis. Penderita pada fase ini juga perlu diberikan pengobatan


Sirosis Hepatis
Sirosis Hepatis atau sirosis hati atau pengerasan pada hati merupakan kelainan bentuk dan fungsi hati sebagai salah satu organ besar manusia yang menetralisir racun dalam tubuh. Seseorang dengan sirosis mengalami pergantian jaringan hati yang normal dengan jaringan parut yang merusak sel hati sehingga hati tidak dapat berfungsi secara normal. Sirosis hepatis dapat terdiri atas sirosis hepatis ringan hingga parah. Sirosis hepatis ringan dapat memperbaiki fungsi hati dengan sendirinya, sehingga hati dapat bekerja secara normal kembali. Sedangkan pada sirosis hepatis parah, jaringan parut yang terlalu banyak telah membuat fungsi hati tidak dapat berfungsi dengan normal. Beberapa penyebab sirosis hepatis adalah virus, obat-obatan tertentu, ataupun penyakit autoimun hati. Cara penyembuhan terbaik bagi sirosis hepatis adalah dengan melakukan pencangkokan hati.
Epidemiologi Sirosis
Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada laki-laki jika dibandingkan dengan wanita sekitar 1,6:1, dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30-59 tahun, dengan puncaknya sekitar umur 40-49 tahun.
Gejala Cirrhosis (Sirosis Hepatis)
Beberapa gejala umum yang dialami penderita sirosis hepatis adalah :
  • Sering merasa lelah
  • Mual dan muntah
  • Kehilangan nafsu makan
  • Berat badan berkurang
  • Gangguan pencernaan
  • Terjadi pendarahan pada perut atau saluran esophagus
  • Gatal pada tubuh
  • Mudah mengalami memar dan pendarahan
  • Warna kulit perlahan menguning (jaundice)

Penyebab Cirrhosis (Sirosis Hepatis)
Berikut adalah penyebab terjadinya sirosis hepatis :
  • Penggunaan akohol secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama
  • Hepatitis B dan C
  • Obat-obatan tertentu
  • Terlalu sering terkena paparan racun seperti arsenik
  • Kerusakan saluran empedu (primary biliary cirrhosis)
  • Penumpukan lemak dalam hati (nonalcoholic fatty liver disease)
  • Penyakit hati yang disebabkan sistem kekebalan tubuh (autoimmune hepatitis)
Komplikasi Akibat Cirrhosis (Sirosis Hepatis)
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat sirosis hepatis adalah :
  • Lebih mudah terinfeksi penyakit lainnya
  • Hilangnya nafsu makan. Hal ini d iakibatkan ketidakmampuan tubuh untuk menerima protein secara normal dalam tubuh
  • Pendarahan
  • Pembengkakan pada kaki dan perut akibat penumpukan cairan akibat tidak berhasilnya hati dalam menciptakan protein hati.
  • Lebih rentan terkena kanker hati
Diagnosa Cirrhosis (Sirosis Hepatis)
Sebelum memutuskan seseorang menderita sirosis hepatis, dokter biasanya akan melakukan tes darah dan CT Scan. Tes tersebut dilakukan untuk melihat tingkatan gangguan hati yang terdapat pada tubuh pasien. Guna memastikan sirosis hepatis positif atau tidak, dokter akan melakukan pembedahan guna melihat kondisi jaringan hati.

Pengobatan Cirrhosis (Sirosis Hepatis)
Berbeda tingkatan berbeda pula pengobatan yang dilakukan bagi penderita sirosis hepatis. Seorang penderita sirosis hepatis ringan masih dapat melakukan pengobatan seperti mengonsumsi obat-obatan penawar hepatitis B dan C. Selain itu penderita sirosis hepatis ringan harus dapat meninggalkan kebiasaan merokok guna mempercepat penyembuhan.
Sedangkan bagi penderita sirosis hepatis parah, pemberian antibiotik, serta rangkaian tes darah serta CT scan hingga transplantasi hati.
Transplantasi dilakukan jika hati sudah dinyatakan tidak berfungsi kembali. Melakukan transplantasi merupakan keputusan yang sulit karena membutuhkan pendonor dan mengeluarkan biaya yang mahal. Selain itu, tidak selamanya hati dari hasil donor cocok bagi pasien penerima donor

Pencegahan Cirrhosis (Sirosis Hepatis)
Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
  • Menghindari konsumsi minuman beralkohol
  • Tetap perhatikan jadwal imunisasi/vaksinasi
  • Lakukan diet sodium rendah
Kanker Hati
EpidEmiologi kanker hati
Banyak Terjadi di Negara-negara Berkembang ,Kanker hati adalah tipe kanker paling umum kelima di antara laki-laki dan ketujuh di antara wanita. Sekitar 85% kasus kanker hati di dunia terjadi di negara-negara yang masih berkembang. Di Indonesia, diperkirakan terdapat sekitar 33.000 kasus baru kanker hati setiap tahunnya. Angka ini diperkirakan akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penderita hepatitis B dan C yang saat ini mencapai 30 juta jiwa.
Etiologi Kanker Hati
 Penyebab tingginya kasus kanker hati di negara-negara yang masih berkembang adalah tingginya kasus hepatitis B dan C di negara-negara tersebut, termasuk di Indonesia. Sebanyak 59% kasus kanker hati di negara yang masih berkembang disebabkan oleh hepatitis B dan 33% oleh hepatitis C. Sedangkan di negara-negara yang sudah maju seperti negara-negara di Eropa, penyebab utama kanker hati adalah konsumsi alkohol yang tinggi dan obesitas yang meningkat. Penyebab dan bagaimana terjadinya perubahan pada sel-sel dalam kanker hati masih belum bisa dipastikan. Walau demikian, risiko kanker hati sepertinya meningkat seiring dengan kerusakan pada organ hati, seperti penyakit sirosis. Tetapi, tidak semua kasus sirosis akan berujung pada kanker hati.

 

Gejala kanker hati
Umumnya pengidap kanker hati stadium awal tidak merasakan gejala yang berarti. Bentuk gejala hanya akan terasa jelas pada stadium lanjut. Meski demikian beberapa gejala berikut ini dapat diwaspadai sebagai gejala kanker hati:
  • Merasa sangat lelah dan lemas.
  • Urin berwarna gelap.
  • Sakit perut.
  • Gatal-gatal.
  • Organ hati membengkak.
  • Merasa mual dan muntah.
  • Turunnya berat badan tanpa sebab.
  • Kulit dan bagian putih mata yang menguning.
  • Gumpalan tumor terbentuk ketika sel-sel mulai berkembang dan bereproduksi secara tidak terkendali.

Diagnosis kanker hati
·         Pemantauan untuk Deteksi Kanker Hati secara Intensif
Jika  Anda termasuk  kelompok orang yang berisiko tinggi mengidap kanker hati seperti penderita sirosis, disarankan untuk melakukan pemeriksaan berkala setiap enam bulan sekali.
Pemeriksaan biasanya melalui dua tahap, yaitu tes darah dan ultrasonografi (USG). Tes darah berfungsi untuk mendeteksi ada atau tidak adanya protein di dalam darah yang disebut alfa fitoprotein (AFP). Selain itu, ultrasonografi atau USG dilakukan untuk mengetahui kelainan pada organ hati.
·         Tes Konfirmasi Diagnosis
Ada beberapa tes yang dapat digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis kanker hati, yaitu:
  • MRI scan
  • CT scan
  • Biopsi
  • Laparoskopi
Meski demikian, Anda tidak perlu menggunakan semua jenis tes untuk memastikan diagnosis tersebut.
Tahap-tahap Perkembangan Kanker Hati
Sistem peringkat Barcelona Clinic Liver Cancer (BCLC) membagi lima tahap perkembangan kanker hati sebagai berikut:
Stadium A: pasien dalam kondisi sehat dan hatinya berfungsi normal. Tapi telah tumbuh sebuah tumor berdiameter kurang dari 5 cm, atau terdapat tiga tumor atau lebih dengan diameter kurang dari 3 cm.
Stadium B: terdapat beberapa tumor dalam hati, namun belum berpengaruh pada fungsi hatinya.
Stadium C: kanker telah mulai menyebar ke dalam pembuluh darah, ke dalam nodus getah bening sekitarnya atau bagian tubuh yang lain. Tubuh sang pengidap tidak begitu sehat dan fungsi hatinya tidak bekerja dengan begitu baik.
Stadium D: si pengidap mulai menunjukkan gejala tahap akhir penyakit hati, seperti penumpukan cairan dalam perut. Hati telah kehilangan sebagian besar kemampuan fungsionalnya.

Koleostasis dan jaundice
¡  Koleostasis merupakan keadaan akibat kegagalan produksi / pengeluaran empedu. Lamanya menderita kolestasis dapat menyebabkan gagalnya penyerapan lemak dan vitamin A, D, E, K oleh usus, juga adanya penumpukan asam empedu, bilirubin, dan kolestrol di hati
¡  Adanya kelebihan bilirubin dalam dalam sirkulasi darah dan penumpukan pigmen empedu pada kulit, membran mukosa dan bola mata (pada sklera) disebut jaundice. Pada keadaan ini kulit penderita terlihat kuning , warna urine lebih gelap, warna feses lebih terang. Biasanya gejala tersebut timbul bila kadar bilirubin total dalam darah melebihi 3 mg/dl. Pemeriksaam yang dilakukan untuk kolestasis dan jaundice yaitu terhadap Alkali posfatase, Gamma GT, Bilirubin total dan bilirubin direk.
Hemochromatosis
¡  Hemochromatosis merupakan kelainan metabolisme  besi yang ditandai dengan adanya pengendapan besi secara berlebihan dalam jaringan. Penyakit ini bersifat genetik / turunan. Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi terjadinya hemochromatosis adalah pemeriksaan terhadap transferin dan ferritin
Abses Hati
¡  Abses hati dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau amuba. Kondisi ini disebabkan karena bakteri berkembang biak dengan cepat, menimbulkan gejala dan menggigil.


Daftar Pustaka :
1. Hayes C. Peter, Mackay, Thomas W., Buku Saku Diagnosis dan Terapi, cetakan I, EGC, Jakarta, 1997: 165-184.
2. http: // www.Labtestonline.org/understanding/conditions/Hati_disease-4.html.
3. http://medicastore.com
4. Anonim, Martindale The Extra Pharmacopoeia, Ed 30th, The Pharmaceutical Press, London, 1993.
5. Anonim, MIMS Petunjuk Konsultasi, PT. InfoMaster Lisensi CMP Medica, 2005: 84-87. Dipiro, Joseph T., Gastrointestinal Disorders, hal 195-246.
6. www.hepatologi.org
7. Ebook : Hepatologi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar