Patologi
Manusia Dasar
“Penyakit
Hati ”
Disusun Oleh :
1.
Mia
Zulfiana (P2.31.31.0.14.027)
2.
Tiara
Nurlita (P2.31.31.0.14.048)
3.
Verawati
(P2.31.31.0.14.049)
D – III B
Politeknik
kesehatan kementrian kesehatan jakarta II
HATI
Hati merupakan organ yang sangat penting dalam pengaturan
homeostasis tubuh meliputi metabolisme, biotransfromasi, sintesis, penyimpanan
dan imunologi. Penyebab penyakit hati bervariasi , sebagian besar disebabkan
oleh virus yang menular secara fekal-oral, parenteral, seksual, efek toksik
dari obat-obatan, akohol, racun, jamur dan lain-lain.
Gangguan penyakit hati
seringkali dihubungkan dengan penyakit hati tertentu, yang dibedakan menjadi
akut dan kronis. Dikatakan akut karena apabila kelainan hati tersebut terjadi
berlangsung selama 6 bulan. Sedangkan penyakit hati kronis apabila kelainan
hati tersebut terjadi berlangsung selama lebih dari 6 bulan.
Klasifikasi Penyakit Hati :
1. Hepatitis
2. Sirosis hati
3. Kanker hati
4. Perlemakan Hati
5. Koleostasis dan jaundice
6. Hemochromatosis
7. Abses hati
DEFINISI HEPATITIS
Hepatitis berasal dari dua
kata yaitu hepa (hepar/hati) dan itis (radang). Hepatitis merupakan radang yang
terjadi pada organ hati. Karena hampir seluruh tubuh penderita berwarna kekuning-kuningan
maka dalam masyarakat dikenal dengan istilah penyakit kuning (jaundice). Namun,
sebenarnya istilah sakit kuning dapat menimbulkan kerancuan karena tidak semua
sakit kuning disebabkan radang hati.
EPIDEMIOLOGI HEPATITIS
Hepatitis banyak melanda pada bayi dari usia 0-12 bulan, pada
anak-anak diperkirakan terjadi dari mulai usia 2- 15 tahun, orang dewasa 15-20
tahun dan orang tua diatas usia 40 tahun keatas. Namun
hepatitis yang banyak terjadi dan dialami oleh penduduk Indonesia adalah hepatitis
B.
Gambar
: virus dari jenis hepatitis yang kemudian akan merusak fungsi organ hati
Problem penyakit hati sangat besar, 1 dari 10 masyarakat Indonesia terserang
hepatitis B. Kurang lebih 20 juta masyarakat Indonesia menderita hepatitis, 15
juta diantaranya menderita hepatitis B dan 5 juta hepatitis C. Sayangnya, tingginya angka ini tidak diikuti dengan kesadaran
dari masyarakat. Bahkan sebelumnya pemerintah pun juga tidak banyak menaruh
perhatian. Hepatitis B seperti fenomena gunung es yang hanya nampak sebagian
kecil saja, yaitu hanya sekitar 30%. Sementara menurut catatan Kementrian
Kesehatan sekitar 5-10 %. Sedangkan sisanya 70% tidak terjamah atau terdeteksi
oleh tenaga kesehatan.
Angka penyebaran virus hepatitis di Indonesia
yaitu berkisar 3-15%. Selain itu, tingginya angka penyebaran virus hepatitis
juga berkaitan degan kondisi kebersihan dan kepadatan penduduk yang mempermudah
penularan. Mahalnya pengobatan masih menjadi kendala utama. Terutama pada kasus
hepatitis B dan C. Untuk periksa darah saja sekitar 2 juta. Apalagi pengobatan
hepatitis. Pada hepatitis C, harga obatnya sangat mahal, bisa sampai ratusan
juta. Untuk satu suntikan 9 juta.
ETIOLOGI HEPATITIS
Penyebabnya dapat berbagai macam,
mulai dari virus, hingga obat-obatan, alkohol, bahkan obat tradisional sekalipun.
GEJALA/GAMBARAN UMUM HEPATITIS
Gambar : Urutan pada kerusakan fungsi organ hati
Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis.
Hepatitis terdiri dari beberapa jenis diantaranya, Hepatitis A,B,
C, D, E, F dan G. Meskipun gejala yang dialami sama, tetapi ada perbedaan
antara jenis hepatitis yang satu dengan yang lainnya. Diantaranya dalam hal
penularan, penanganan dan dampaknya terhadap kesehatan.
Hepatitis A
Jenis ini adalah yang paling ringan
dibanding dengan jenis hepatitis
yang lain, dan dapat sembuh dengan sendirinya bahkan tanpa meninggalkan
bekas/jejak.
Hepatitis A dapat menyebabkan pembengkakan hati, tetapi jarang menyebabkan kerusakan permanen. Anda mungkin merasa seperti terkena flu, mual, lemas, kehilangan nafsu makan, nyeri perut dan ikterik (mata/kulit berwarna kuning, tinja berwarna pucat dan urin berwarna gelap) atau mungkin tidak merasakan gejala sama sekali.
Hepatitis A dapat menyebabkan pembengkakan hati, tetapi jarang menyebabkan kerusakan permanen. Anda mungkin merasa seperti terkena flu, mual, lemas, kehilangan nafsu makan, nyeri perut dan ikterik (mata/kulit berwarna kuning, tinja berwarna pucat dan urin berwarna gelap) atau mungkin tidak merasakan gejala sama sekali.
- Kelelahan
- Mual dan muntah
- Nyeri perut atau rasa tidak nyaman, terutama di daerah hati (pada sisi kanan bawah tulang rusuk)
- Kehilangan nafsu makan
- Demam
- Urin berwarna gelap
- Nyeri otot
- Menguningnya kulit dan mata (jaundice).
- Nyeri perut atau rasa tidak nyaman, terutama di daerah hati (pada sisi kanan bawah tulang rusuk)
- Kehilangan nafsu makan
- Demam
- Urin berwarna gelap
- Nyeri otot
- Menguningnya kulit dan mata (jaundice).
Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B" (VHB)/ hepatitis serum, suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B" (VHB)/ hepatitis serum, suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.
Pada meraka yang terinfeksi VHB akut, 90% pada anak-anak dan 70% pada dewasa tidak menampakkan gejala sama sekali. Hanya sepertiga dari yang terinfeksi memperlihatkan keluhan, terutama mata kuning. Gejala mirip hepatitis A, seperti flu, hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam.
Secara vertikal cara penularan Hepatitis B dapat melalui darah, khususnya dari ibu ke bayi. Secara horizontal dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama (Hanya jika penderita memiliki penyakit mulut, sariawan, gusi berdarah,dll), lendir (berciuman) atau luka yang mengeluarkan darah serta hubungan seksual dengan penderita.
Hepatitis C
Hepatitis C adalah infeksi yang
terutama menyerang organ hati. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C
(HCV). Hepatitis C seringkali tidak memberikan gejala, namun infeksi kronis
dapat menyebabkan parut (eskar) pada hati, dan setelah menahun menyebabkan
sirosis (pengerasan hati),stadium akhir penyakit hati dan kanker hati.
Dalam beberapa kasus, orang yang mengalami sirosis juga mengalami gagal hati, kanker hati, atau pembuluh yang sangat membengkak di esofagus dan lambung, yang dapat mengakibatkan perdarahan hingga kematian.
Hepatitis C menular terutama melalui darah. Sebelumnya, transfusi darah bertanggung jawab atas 80% kasus hepatitis C. Kini hal tersebut tidak lagi terjadi berkat kontrol yang lebih ketat dalam proses donor dan transfusi darah. Virus ditularkan terutama melalui penggunaan jarum suntik untuk menyuntikkan obat-obatan, pembuatan tato yang dilakukan dalam kondisi tidak higienis.
Gejala hepatitis C sama dengan hepatitis B. Namun, hepatitis
C lebih berbahaya karena virusnya sulit menghilang. Pada sebagian besar pasien
(70% lebih), virus HCV terus bertahan di dalam tubuh sehingga mengganggu fungsi
liver.
Peginterferon dan ribavirin merupakan obat-obatan standar untuk HCV. Antara 50-80% pasien yang diobati sembuh. Pasien dengan sirosis atau kanker hati mungkin memerlukan transplantasi hati, namun biasanya virus muncul kembali setelah transplantasi.
Tidak ada vaksin untuk hepatitis
C.
Hepatitis D
Hepatitis D (virus delta), adalah
virus cacat yang memerlukan pertolongan virus hepatitis B untuk berkembang biak
sehingga hanya ditemukan hanya pada orang yang terinfeksi hepatitis B. Virus
hepatitis D (HDV) adalah yang paling jarang tapi paling berbahaya dari semua
virus hepatitis.
Pola penularan hepatitis D mirip dengan hepatitis B. Diperkirakan sekitar 15 juta orang di dunia yang terkena hepatitis B (HBsAg +) juga terinfeksi hepatitis D. Infeksi hepatitis D dapat terjadi bersamaan (koinfeksi) atau setelah seseorang terkena hepatitis B kronis (superinfeksi).
Orang yang terkena koinfeksi hepatitis B dan hepatitis D mungkin mengalami penyakit akut serius dan berisiko tinggi mengalami gagal hati akut. Orang yang terkena superinfeksi hepatitis D biasanya mengembangkan infeksi hepatitis D kronis yang berpeluang besar (70% - 80%) menjadi sirosis.
Tidak ada vaksin hepatitis D, namun dengan mendapatkan vaksinasi hepatitis B maka otomatis Anda akan terlindungi dari virus ini karena HDV tidak mungkin hidup tanpa HBV.
Penularan hepatitis D dapat melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.
Hepatitis E
Hepatitis E adalah suatu penyakit
yang menyerang hati (liver) yang disebabkan oleh Virus Hepatitis E.
Penyebarannya melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh virus ini.
Virus ini menurut lebih mudah menyebar pada daerah yang memiliki sanitasi yang
buruk.
Hepatitis E menyebabkan penyakit akut tetapi tidak menyebabkan infeksi kronis. Secara umum, penderita hepatitis E sembuh tanpa penyakit jangka panjangkeculai bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat mematikan.
Pada sebagian sangat kecil pasien (1-4%), terutama pada ibu hamil, hepatitis E menyebabkan gagal hati akut yang berbahaya. Saat ini belum ada vaksin hepatitis E yang tersedia secara komersial. Anda hanya dapat mencegahnya melalui penerapan standar kebersihan yang baik.
Hepatitis F
Baru ada sedikit kasus
yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit
hepatitis yang terpisah.
Hepatitis G
Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.
Tabel
perbandingan Virus Hepatitis A, B, C, D, dan E
|
Hepatitis A
|
Hepatitis B
|
Hepatitis C
|
Hepatitis D
|
Hepatitis E
|
1. Inkubasi
|
2 – 4 minggu
|
1 – 6 bulan
|
2 miggu – 6 bulan
|
3 minggu – 3 bulan
|
3 – 6 minggu
|
2.penularan
|
- fekal oral
- jarang terjadi melalui daerah / seks
|
- Darah
-Seksual
-perinatal : tsk ada laporan
|
-sporadik
-seksual : sering berganti pasangan
-perinatal
|
-darah
-seksual
|
-fekal oral
-kontaminasi makanan
|
3.Kelompok
Beresiko
|
-militer
-penitipan anak
|
-pecandu obat
-seksual
-tenaga kesehatan
-resipien darah
|
-pecandu obat
-tenaga kesehatan
-resipien darah
|
-pecandu obat
-penderita hepatitis B
|
-pelancong daerah endemik
|
4. Diagnosis akut
|
IgM Anti – HAV
|
IgM Anti – HBc
HBs Ag
|
klinis
|
IgM Anti - HDV
|
klinis
|
5. Diagnosis kronis
|
|
Anti – HBc total
HBs Ag
|
HCV Ab
|
HDV Ag
|
|
Tips mencegah hepatitis
1. Menjaga kebersihan makanan, lingkungan hidup.
2. Menggunakan tusuk jarum, termasuk transfusi darah yang steril.
3. Tidak melakukan seks bebas, terlebih seks bebas terhadap seorang pengidap hepatitis.
4. Tidak menggunakan narkoba, terlebih yang menggunakan jarum suntik dalam proses penggunaannya.
5. Istirahat yang cukup.
6. Olah raga teratur.
7. Khusus untuk bayi agar diberikan imunisasi lengkap.
KOMPLIKASI
Secara ringkas perjalanan akhir dari penyakit
hepatitis adalah sirosis hati dan hepatoma (kanker
hati). Oleh karena itu perlu diketahui perjalanan penyakit hepatitis, hepatitis
B dan C yang dapat menjadi kronis dan sering menimbulkan dua komplikasi tersebut.
HEPATITIS B
Infeksi hepatitis B yang didapatkan pada masa
perinatal dan balita biasanya asimtomatik dan dapat menjadi kronik pada 90%
kasus. Sedangkan bila infeksi terjadi pada orang dewasa hanya 5% yang menjadi
kronik, sisanya akan sembuh dengan sempurna. Pada beberapa pasien hepatitis B
kronik karsinoma hati dapat terjadi walaupun tidak ditemukan sirosis
hati. Perkembangan menjadi sirosis dapat terjadi rata-rata 2-5% per
tahun dengan HbeAg positif dan 8-10% pada pasien HbeAg negatif. Sirosis
hati akan lebih banyak terjadi apabila ditemukan kadar HBV-DNA yang tinggi.
Gagal hati (dekompensasi ditemukan pada 3,3%
kasus sirosis tiap tahunnya), dengan gejala asites merupakan gejala terbanyak
diikuti oleh ikterus dan perdarahan.
Angka kematian adalah 0-2% tanpa sirosis hati,
sedangkan dengan sirosis 14-20% dalam waktu 5 tahun sedangkan bila terjadi
dekompensasi meningkat hingga 70-80%.
Hepatitis akut dapat sembuh sempurna pada 90%
kasus sedangkan
pada hepatitis kronik hilangnya virus amat sukar. Walaupun demikian replikasi
virus dapat terkontrol dengan anti virus, sehingga kemungkinan untuk menjadi
sirosis dan kanker hati dapat dikurangi.
HEPATITIS C
Infeksi akan menjadi kronik pada 70-90% kasus
dan seringkali tidak menimbulkan gejala apapun walaupun proses kerusakan hati
berjalan terus. Hilangnya virus setelah terjadinya hepatitis kronik sangat
jarang terjadi. Pada 15-20% pasien hepatitis C kronik terjadi sirosis hati,
dalam waktu 20-30 tahun.
Kerusakan hati akibat infeksi kronik tidak
dapat tergambar pada pemeriksaan fisis maupun laboratorik. Kecuali bila sudah terjadi sirosis
hati. Pada pasien dimana ALT selalu normal, sekitar 18-20% sudah terdapat
kerusakan hati yang bermakna, sedangkan di antara pasien dengan peningkatan ALT
hampir semuanya sudah mengalami kerusakan hati sedang sampai berat.
Progresivitas hepatitis kronik menjadi sirosis
hati tergantung beberapa faktor resiko yaitu : asupan alkohol, ko-infeksi
dengan virus hepatitis B atau HIV, jenis kelamin laki-laki dan usia tua saat
terjadinya infeksi. Setelah terjadi sirosis hati, maka dapat timbul kanker
hati dengan frekuensi 1-4% tiap tahunnya. Kanker hati dapat terjadi tanpa
melalui sirosis hati walaupun hal ini amat jarang terjadi.
Selain gejala gangguan hati, dapat pula timbul
manifestasi ekstra hepatik, antara lain:
cryoglobulinemia dengan komplikasi -
komplikasinya ( glomerulopati, kelemahan, vaskulitis, purpura,
atau atralgia ), porphyria cutanea tarda, sicca
syndrome atau lichen planus. Patofisiologinya belum jelas,
namun dihubungkan kemampuan Virus Hepatitis C menganggu respon sistem
imunologis. Contohnya sel limfoid yang terinfeksi dapat berubah sifatnya
menjadi ganas karena dilaporkan tingginya angka kejadianl imfoma non -
Hodgkin pada pasien hepatitis C.
Perjalanan Penyakit Hepatitis B
Infeksi VHB dapat akut maupun kronis.
Pada infeksi VHB yang akut, mayoritas penderita sembuh. Pada penderita yang
berlanjut menjadi infeksi kronis,
risiko untuk terjadinya sirosis hepatis, karsinoma hepatoselular, dan gagal
hati meningkat.6 Infeksi kronis ditandai dengan adanya HBsAg + minimal 6 bulan.
Fase
|
HbeAg
Anti HbeAg
|
HBV DNA
|
ALT Level
|
Biopsi Hati
|
Imun
tolerans
|
HbeAg+
|
>
20.000 IU/ml
|
Normal
|
Normal
atau aktivitas minimal
|
Imun
klirens
|
HbeAg +
atau
anti HbeAg +
|
>
2.000 IU/ml
|
Meningkat
|
Inflamasi
aktif
|
Karier
inaktif (replikasi rendah)
|
HbeAg - /
anti HbeAg +
|
<
2.000 IU/ml
|
Normal
|
Normal
atau inflamasi minimal
|
Reaktivasi
|
HbeAg - /
anti HbeAg +
|
2.000 -
20.000 IU/ml
|
Meningkat
|
Inflamas,
Fibrosis
|
Fase 'imun
tolerans
Fase imun tolerans
kebanyakan terjadi pada anak yang terinfeksi saat lahir oleh ibu positif
hepatitis B dengan level HBV DNA yang tinggi dan pada dewasa muda. Fase ini
biasanya terjadi selama 2–4 minggu, tetapi dapat bertahan sampai bertahun–tahun
pada mereka yang terinfeksi pada masa perinatal. Individu yang berada pada fase
ini sangat mudah menularkan ke individu lain.
Fase 'imun
klirens’
Pada fase ini,
sistem imun tubuh berusaha untuk mengeradikasi VHB dengan menghancurkan sel
hati yang terinfeksi.2 Sel hati yang hancur akan mengeluarkan ALT sehingga pada
fase ini level HBV DNA menurun, ALT meningkat, dan pada biopsi hati ditemukan
inflamasi hati yang aktif. Pada fase ini pengobatan untuk hepatitis
B diberikan. Pada fase ini dapat terjadi serokonversi HBeAg.
Fase 'karier’
Pada fase
ini level HBV DNA tidak terdeteksi atau rendah dan ALT biasanya normal
menunjukkan tidak ada replikasi VHB atau replikasi yang terjadi rendah. Fase
ini dapat berlangsung selama bertahun–tahun atau bahkan seumur hidup.
Fase ‘reaktivasi’
Pada fase ini
level HBV DNA kembali meningkat diikuti dengan kadar ALT yang meningkat dan
inflamasi sel hati bahkan bisa sampai terjadi fibrosis. Penderita pada fase ini
juga perlu diberikan pengobatan
Sirosis Hepatis
Sirosis
Hepatis atau sirosis hati atau pengerasan pada hati merupakan kelainan bentuk
dan fungsi hati sebagai salah satu organ besar manusia yang menetralisir racun
dalam tubuh. Seseorang dengan sirosis mengalami pergantian jaringan hati yang
normal dengan jaringan parut yang merusak sel hati sehingga hati tidak dapat
berfungsi secara normal. Sirosis hepatis dapat terdiri atas sirosis hepatis
ringan hingga parah. Sirosis hepatis ringan dapat memperbaiki fungsi hati
dengan sendirinya, sehingga hati dapat bekerja secara normal kembali. Sedangkan
pada sirosis hepatis parah, jaringan parut yang terlalu banyak telah membuat
fungsi hati tidak dapat berfungsi dengan normal. Beberapa penyebab sirosis
hepatis adalah virus, obat-obatan tertentu, ataupun penyakit autoimun hati.
Cara penyembuhan terbaik bagi sirosis hepatis adalah dengan melakukan
pencangkokan hati.
Epidemiologi Sirosis
Penderita
sirosis hati lebih banyak dijumpai pada laki-laki jika dibandingkan dengan
wanita sekitar 1,6:1, dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur
30-59 tahun, dengan puncaknya sekitar umur 40-49 tahun.
Gejala Cirrhosis (Sirosis Hepatis)
Beberapa
gejala umum yang dialami penderita sirosis hepatis adalah :
- Sering merasa lelah
- Mual dan muntah
- Kehilangan nafsu makan
- Berat badan berkurang
- Gangguan pencernaan
- Terjadi pendarahan pada perut atau saluran esophagus
- Gatal pada tubuh
- Mudah mengalami memar dan pendarahan
- Warna kulit perlahan menguning (jaundice)
Penyebab Cirrhosis (Sirosis Hepatis)
Berikut
adalah penyebab terjadinya sirosis hepatis :
- Penggunaan akohol secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama
- Hepatitis B dan C
- Obat-obatan tertentu
- Terlalu sering terkena paparan racun seperti arsenik
- Kerusakan saluran empedu (primary biliary cirrhosis)
- Penumpukan lemak dalam hati (nonalcoholic fatty liver disease)
- Penyakit hati yang disebabkan sistem kekebalan tubuh (autoimmune hepatitis)
Komplikasi Akibat Cirrhosis (Sirosis
Hepatis)
Beberapa
komplikasi yang dapat terjadi akibat sirosis hepatis adalah :
- Lebih mudah terinfeksi penyakit lainnya
- Hilangnya nafsu makan. Hal ini d iakibatkan ketidakmampuan tubuh untuk menerima protein secara normal dalam tubuh
- Pendarahan
- Pembengkakan pada kaki dan perut akibat penumpukan cairan akibat tidak berhasilnya hati dalam menciptakan protein hati.
- Lebih rentan terkena kanker hati
Diagnosa Cirrhosis (Sirosis Hepatis)
Sebelum
memutuskan seseorang menderita sirosis hepatis, dokter biasanya akan melakukan
tes darah dan CT Scan. Tes tersebut dilakukan untuk melihat tingkatan gangguan
hati yang terdapat pada tubuh pasien. Guna memastikan sirosis hepatis positif
atau tidak, dokter akan melakukan pembedahan guna melihat kondisi jaringan
hati.
Pengobatan Cirrhosis (Sirosis Hepatis)
Berbeda
tingkatan berbeda pula pengobatan yang dilakukan bagi penderita sirosis
hepatis. Seorang penderita sirosis hepatis ringan masih dapat melakukan
pengobatan seperti mengonsumsi obat-obatan penawar hepatitis B dan C. Selain
itu penderita sirosis hepatis ringan harus dapat meninggalkan kebiasaan merokok
guna mempercepat penyembuhan.
Sedangkan
bagi penderita sirosis hepatis parah, pemberian antibiotik, serta rangkaian tes
darah serta CT scan hingga transplantasi hati.
Transplantasi
dilakukan jika hati sudah dinyatakan tidak berfungsi kembali. Melakukan
transplantasi merupakan keputusan yang sulit karena membutuhkan pendonor dan
mengeluarkan biaya yang mahal. Selain itu, tidak selamanya hati dari hasil
donor cocok bagi pasien penerima donor
Pencegahan Cirrhosis (Sirosis Hepatis)
Beberapa
pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
- Menghindari konsumsi minuman beralkohol
- Tetap perhatikan jadwal imunisasi/vaksinasi
- Lakukan diet sodium rendah
Kanker
Hati
EpidEmiologi kanker hati
Banyak Terjadi di Negara-negara
Berkembang ,Kanker hati adalah tipe kanker paling umum kelima di antara
laki-laki dan ketujuh di antara wanita. Sekitar 85% kasus kanker hati di dunia
terjadi di negara-negara yang masih berkembang. Di Indonesia, diperkirakan terdapat sekitar 33.000 kasus baru
kanker hati setiap tahunnya. Angka ini diperkirakan akan meningkat seiring
dengan bertambahnya jumlah penderita hepatitis B dan C yang saat ini mencapai
30 juta jiwa.
Etiologi
Kanker Hati
Penyebab
tingginya kasus kanker hati di negara-negara yang masih berkembang adalah
tingginya kasus hepatitis B dan C di negara-negara tersebut, termasuk di
Indonesia. Sebanyak 59% kasus kanker hati di negara yang masih berkembang
disebabkan oleh hepatitis B dan 33% oleh hepatitis C. Sedangkan di
negara-negara yang sudah maju seperti negara-negara di Eropa, penyebab utama
kanker hati adalah konsumsi alkohol yang tinggi dan obesitas yang
meningkat. Penyebab dan
bagaimana terjadinya perubahan pada sel-sel dalam kanker hati masih belum bisa
dipastikan. Walau demikian, risiko kanker hati sepertinya meningkat seiring
dengan kerusakan pada organ hati, seperti penyakit sirosis. Tetapi, tidak semua
kasus sirosis akan berujung pada kanker hati.
Gejala
kanker hati
Umumnya
pengidap kanker hati stadium awal tidak merasakan gejala yang berarti. Bentuk
gejala hanya akan terasa jelas pada stadium lanjut. Meski demikian beberapa
gejala berikut ini dapat diwaspadai sebagai gejala kanker hati:
- Merasa sangat lelah dan lemas.
- Urin berwarna gelap.
- Sakit perut.
- Gatal-gatal.
- Organ hati membengkak.
- Merasa mual dan muntah.
- Turunnya berat badan tanpa sebab.
- Kulit dan bagian putih mata yang menguning.
- Gumpalan tumor terbentuk ketika sel-sel mulai berkembang dan bereproduksi secara tidak terkendali.
Diagnosis
kanker hati
·
Pemantauan untuk Deteksi Kanker Hati secara Intensif
Jika
Anda termasuk kelompok orang yang
berisiko tinggi mengidap kanker hati seperti penderita sirosis, disarankan untuk melakukan pemeriksaan
berkala setiap enam bulan sekali.
Pemeriksaan
biasanya melalui dua tahap, yaitu tes darah dan ultrasonografi (USG). Tes darah
berfungsi untuk mendeteksi ada atau tidak adanya protein di dalam darah yang
disebut alfa fitoprotein (AFP). Selain itu, ultrasonografi atau USG dilakukan
untuk mengetahui kelainan pada organ hati.
·
Tes Konfirmasi Diagnosis
Ada
beberapa tes yang dapat digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis kanker hati,
yaitu:
- MRI scan
- CT scan
- Biopsi
- Laparoskopi
Meski
demikian, Anda tidak perlu menggunakan semua jenis tes untuk memastikan
diagnosis tersebut.
Tahap-tahap Perkembangan Kanker Hati
Sistem
peringkat Barcelona Clinic Liver Cancer (BCLC) membagi lima tahap perkembangan
kanker hati sebagai berikut:
Stadium
A: pasien dalam kondisi sehat dan
hatinya berfungsi normal. Tapi telah tumbuh sebuah tumor berdiameter kurang
dari 5 cm, atau terdapat tiga tumor atau lebih dengan diameter kurang dari 3
cm.
Stadium
B: terdapat beberapa tumor dalam hati,
namun belum berpengaruh pada fungsi hatinya.
Stadium
C: kanker telah mulai menyebar ke dalam
pembuluh darah, ke dalam nodus getah bening sekitarnya atau bagian tubuh yang
lain. Tubuh sang pengidap tidak begitu sehat dan fungsi hatinya tidak bekerja
dengan begitu baik.
Stadium
D: si pengidap mulai menunjukkan gejala
tahap akhir penyakit hati, seperti penumpukan cairan dalam perut. Hati telah
kehilangan sebagian besar kemampuan fungsionalnya.
Koleostasis dan jaundice
¡ Koleostasis
merupakan keadaan akibat kegagalan produksi / pengeluaran empedu. Lamanya
menderita kolestasis dapat menyebabkan gagalnya penyerapan lemak dan vitamin A,
D, E, K oleh usus, juga adanya penumpukan asam empedu, bilirubin, dan kolestrol
di hati
¡ Adanya
kelebihan bilirubin dalam dalam sirkulasi darah dan penumpukan pigmen empedu
pada kulit, membran mukosa dan bola mata (pada sklera) disebut jaundice. Pada
keadaan ini kulit penderita terlihat kuning , warna urine lebih gelap, warna
feses lebih terang. Biasanya gejala tersebut timbul bila kadar bilirubin total
dalam darah melebihi 3 mg/dl. Pemeriksaam yang dilakukan untuk kolestasis dan
jaundice yaitu terhadap Alkali posfatase, Gamma GT, Bilirubin total dan
bilirubin direk.
Hemochromatosis
¡ Hemochromatosis
merupakan kelainan metabolisme besi yang
ditandai dengan adanya pengendapan besi secara berlebihan dalam jaringan.
Penyakit ini bersifat genetik / turunan. Pemeriksaan laboratorium untuk
mendeteksi terjadinya hemochromatosis adalah pemeriksaan terhadap transferin
dan ferritin
Abses Hati
¡ Abses
hati dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau amuba. Kondisi ini disebabkan
karena bakteri berkembang biak dengan cepat, menimbulkan gejala dan menggigil.
Daftar Pustaka :
1.
Hayes C. Peter, Mackay, Thomas W., Buku Saku Diagnosis dan Terapi,
cetakan I, EGC, Jakarta, 1997: 165-184.
2.
http: // www.Labtestonline.org/understanding/conditions/Hati_disease-4.html.
3. http://medicastore.com
4. Anonim,
Martindale The Extra Pharmacopoeia, Ed 30th, The
Pharmaceutical Press, London, 1993.
5. Anonim,
MIMS Petunjuk Konsultasi, PT. InfoMaster Lisensi CMP Medica, 2005:
84-87. Dipiro, Joseph T., Gastrointestinal Disorders, hal 195-246.
6.
www.hepatologi.org
7.
Ebook : Hepatologi
0 komentar:
Posting Komentar