RSS

MASALAH KEHAMILAN

KOMPLIKASI KEHAMILAN
Komplikasi kehamilan adalah gejala dan masalah yang berkaitan dengan kehamilan . Baik masalah yang wajar di alami ibu hamil maupun masalah yang serius, bahkan masalah yang berpotensi fatal. Masalah yang wajar adalah komplikasi normal yang sering di alami oleh ibu hamil, dan tidak menimbulkan bahaya yang signifikan baik bagi ibu hamil tersebut ataupun janinnya . Sedangkan masalah serius dapat menyebabkan kematian ibu dan kematian janin jika tidak diobati.
A. Komplikasi Ringan Pada Kehamilan
1. Nyeri Punggung.
Biasanya terjadi terutama saat trimester III ( usia kehamilan 7 – 9 bulan ) di karenakan usia janin yang bertambah besar dan pengaruh daya gravitasi bumi. Studi menunjukkan bahwa sedikitnya setengah dari semua perempuan hamil mengalami sakit punggung selama kehamilan di satu kesempatan atau lain waktu. Rasa sakit biasanya terasa di punggung bawah, ketika Anda berdiri, duduk atau tidur. Sakit punggung selama kehamilan disebabkan baik karena harus membawa atau mengangkat beban yang lebih berat kemana-mana, begitu pula perubahan pada postur yang mengubah pusat gravitasi Anda ke depan, memberikan tekanan yang lebih besar pada punggung Anda. Sakit punggung selama kehamilan juga disebabkan oleh melemahnya otot-otot yang menunjang tulang belakang.
Hal ini dapat mengurangi nyeri punggung :
• Melatih postur yang baik. Kedepankan pinggul dan punggung lurus.
• Hindari mengangkat yang berat-berat. Dan tekuk lutut jika harus mengambil sesuatu dari lantai.
• Duduk dengan punggung lurus dan ditopang dengan baik.
• Gunakan matras yang kokoh saat tidur.
• Lakukan latihan lembut yang dapat membantu meregangkan dan menguatkan otot punggung.
• Kenakan celana hamil dengan pinggiran elastis lebar yang ada di bawah lekukan perut untuk mendapat dukungan yang lebih baik.
• Jika rasa sakitnya sangat hebat, konsultasikan dengan dokter segera karena bisa jadi itu gejala infeksi atau kondisi medis lainnya. Jika ingin meminum penghilang rasa sakit, konsultasikan pada dokter sebelumnya untuk keamanan.
2. Kesemutan pada tangan dan kaki
Kejadian pada ibu hamil antara 21% – 62%, yang kemungkinan dikarenakan adanya edema (pembengkakan).
• Tingkatkan konsumsi cairan, kalsium dan potassium. Konsumsi makanan seperti yoghurt, susu, pisang, dan jus jeruk
• Beristirahatlah lebih sering dengan kaki terangkat di siang hari.
• Berolahragalah jika diijinkan oleh dokter
• Selama terjadi keram, luruskan kaki dan bengkokkan telapak kaki ke arah depan
• Pakailah sepatu berhak rendah atau tidak berhak, sepatu yang nyaman dipakai berjalan
• Hubungi dokter jika salah satu kaki terasa sakit terus menerus, jika terasa hangat atau ada kemerahan di area tertentu, atau jika kaki terasa sakit saat membengkokkan telapak kaki.
3. Konstipasi ( Sembelit )
Hal ini di sebabkan penurunan motilitas usus karena peningkatan progesteron (normal pada kehamilan), sehingga terjadi penyerapan air yang lebih besar.
• Minum 6-8 gelas cairan per hari. Pilihlah air putih, jus buah dan susu.
• Makan makanan berserat tinggi seperti buah-buahan, sayuran, whole grains, sereal berserat tinggi dan kacang-kacangan kering.
• Berolahragalah jika diijinkan
• Jangan mengkonsumsi laksatif, enema, atau obat-obatan yang dijual bebas kecuali diijinkan oleh dokter.
• Hubungi dokter jika konstipasi tidak membaik dalam 2 hari


4. Kontraksi
Hanya terjadi sesekali saja, tidak teratur, kontraksi tanpa rasa sakit yang terjadi beberapa kali per hari adalah normal dan dikenal sebagai kontraksi Braxton Hicks, hal ini sering terjadi saat tubuh kekurangan cairan (kehausan).
• Jika merasakan ada kontraksi, berbaringlah di sisi kiri dan beristirahatlah. Letakkan tangan di bawah perut dan rasakan saat mulai kontraksi dan saat kontraksi berakhir. Hitunglah jarak waktu atau seberapa sering kontraksi terjadi.
• Jika kehamilan berusia di bawah 9 bulan dan merasakan kontraksi, minumlah 8-10 gelas air putih dalam periode 1 jam. Jika tetap terjadi kontraksi sampai 4 kali dalam periode 1 jam setelah minum air putih, hubungi dokter.
• Jika berada di bulan ke 9 kehamilan, hubungi dokter jika terjadi kontraksi yang menimbulkan rasa sakit, berdurasi 15-30 detik, lebih dari 6 kali per jam, atau terdapat pendarahan di vagina atau kebocoran.
• Dokter mungkin akan meminta untuk menghubunginya secepat mungkin ketika Anda merasakan kontraksi.
5. Dehidrasi
Ini karena ruang intravaskular yang meluas dan terjadi peningkatan kebutuhan cairan. Komplikasi: kontraksi rahim, yang mungkin terjadi karena dehidrasi tubuh menyebabkan pelepasan ADH , yang mirip dengan oksitosin. Oksitosin itu sendiri dapat menyebabkan kontraksi rahim sehingga saat ADH terlepas maka bereaksi dengan reseptor oksitosin dan juga menyebabkan kontraksi.
6. Edema ( pembengkakan pada kaki )
Disebabkan oleh kompresi vena cava inferior (IVC) dan vena panggul oleh rahim menyebabkan tekanan hidrostatik meningkat pada ekstremitas bawah.
7. Haemorroid ( wasir )
Stasis vena meningkat dan kompresi IVC menyebabkan kemacetan dalam sistem vena seiring dengan peningkatan tekanan perut sekunder sehingga terjadi sembelit.
• Jagalah gerakan usus besar anda, teratur dan lembut.
• Jangan menahan atau mengejan ketika ada gerakan usus besar.
• Pakai kompres dingin untuk menghilangkan rasa sakit atau bengkak.
• Hubungi dokter jika sakit bertambah parah dan terjadi pendarahan.
8. Mual ( Nausea ) Dan Sering Sendawa.
Adanya relaksasi sfingter esofagus bawah (LES) dan waktu transit meningkat pada perut (normal pada kehamilan). Nausea atau rasa mual di perut atau seringkali disebut morning sickness (sakit di pagi hari) wajar terjadi selama 14 minggu pertama masa kehamilan.
• Coba untuk makan crackers, roti bakar atau sereal sebelum anda bangun di pagi hari. Makanan-makanan ini dapat membantu di saat anda merasa mual.
• Makan dengan porsi lebih kecil namun lebih sering dari 3 x sehari.
• Jangan membiarkan perut kosong.
• Hindari posisi berbaring setelah selesai makan.
• Hindari makanan berlemak tinggi, gorengan, makanan pedas atau berminyak
• Hindari bau makanan yang menyengat
• Hubungi dokter jika tidak dapat menahan rasa mual selama lebih dari 24 jam, jika urin berwarna gelap atau jika merasa lemah dan pusing.
9. Nyeri perut bagian bawah
Karena ekspansi yang cepat dari rahim dan peregangan ligamen pada abdomen.
10. Peningkatan frekuensi kencing
Volume intravaskuler meningkat, peningkatan GFR ( laju filtrasi glomerular ), dan kompresi dari kandung kemih oleh pembesaran rahim.
• Hindari minuman-minuman berkafein seperti kopi, teh dan soda. Semua ini adalah pil kencing atau perangsang yang memicu buang air kecil.
• Condongkan ke depan setiap kali kencing. Ini membantu mengosongkan kandung kemih secara keseluruhan.
• Gunakan alas wanita (pampers) terutama saat keluar rumah. Ini dapat membantu menyerap kebocoran-kebocoran kecil yang datang tiba-tiba sehingga tidak perlu berlari ke toilet yang bisa memalukan.
11. Varises
Adanya relaksasi vena otot polos dan peningkatan tekanan intravaskular.
• Gerakkan kaki sesering mungkin untuk memperbaiki sirkulasi darah.
• Cobalah untuk mempertahankan berat badan ideal yang sesuai pada tingkat kehamilan.
• Tidak duduk dengan kaki menyilang.
• Gunakan kaos kaki tambahan khusus yang dapat dibeli di apotek-apotek besar. Ini dapat menenangkan aliran darah kembali ke jantung dan meminimalisir baik varises maupun bengkak kaki.
12. Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pengangkut oksigen) kurang dari normal. selama hamil, volume darah bertambah sehingga penurunan konsentrasi sel darah merah dan hemoglobin yang sifatnya menengah adalah normal. selama hamil, diperlukan lebih banyak zat besi (yang diperlukan untuk menghasilkan sel darah merah) karena ibu harus memenuhi kebuhan janin dan dirinya sendiri. Sumber makanan yang kaya zat besi seperti daging merah, bayam dan buah-buahan kering.
Faktor resiko :
- Ibu hamil yang kurang nutrisi
- Ibu hamil yang sulit makan karena mual dan muntah
- Kehamilan kembar
- Kehamilan dengan jarak yang berdekatan dengan kehamilan sebelumnya.

Enam tanda bahaya dalam kehamilan :
1. Perdarahan pervaginam
2. Sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang
3. Perubahan visual secara tiba-tiba (mata berkunang-kunang)
4. Pembengkakan pada wajah dan tangan
5. Sakit abdomen atau nyeri pada ulu hati yang hebat
6. Pergerakan bayi berkurang tidak seperti biasanya atau bahkan tidak ada pergerakan

B. Komplikasi Serius Pada Kehamilan
Komplikasi berikut ini berasal dari ibu :
1. Nyeri pada panggul
2. Hipertensi
Hipertensi dalam kehamilan bisa menyebabkan terjadinya keracunan pada kehamilan :
1) Pre Eklampsia : pre eklampsia ringan yang di tandai dengan trias yaitu proteinuria .300mg, edema pada ekstremitas, apabila gejala tersebut di tambahi dg tekanan darah di atas 160/110 mmHg maka di sebut preeklamsia berat
PRE-EKLAMPSIA RINGAN
Pengertian
Timbulnya hipertensi yang disertai protein urine dan
atau edema setelah kehamilan 2 minggu.
Patofisiologi
Penyebabnya sampai sekarang belum jelas benar. Penyakit ini dianggap sebagai suatu “Maladaptation Syndrome” dengan akibat suatu vasospasme general dengan segala akibat-akibatnya
Gejala Klinis
Kenaikan tekanan darah systole > 30 mmHg atau diastole > 15 mmHg (dari tekanan darah sebelum hamil) pada kehamilan 20 minggu atau lebih, atau systole > 140 (< 160 mmHg). Diastole > 90 mmHg ( <110mmHg). Protein urine: 0,3 gr/lt dalam 24 jam atau secara kwalitatif (+ +). Edema pada: • Pretibia • Dinding perut • Lambosakral • Wajah/tangan Pemeriksaan/Diagnosis Kehamilan > 20 minggu.
Kenaikan tekanan darah ( > 140/90 mmHg) dengan pemeriksaan 2 x selang 6jam dalam keadaan istirahat. (Untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2 x setelah istirahat 10 menit).
Edema-edema terdapat pada:
• Tungkai (pre tibial)
• Dinding perut
• Lumbosakral
• Wajah/tangan
Protein urine – > 0,3 gr/lt/24 jam
• Kwalitatif (+ +)
Diagnosis Banding
1. Hipertensi kronik
Hipertensi yang sudah ada 20 minggu atau menetap setelah 6 minggu pasca persalinan.
2. “Transient” hipertensi
Timbul hipertensi saja tanpa gejala yang lain dan hilang setelah 10 hari pasca persalinan.
Komplikasi
1. Preeklampsia berat s/d eklamsia
2. Kegagalan pada organ-organ: hepar, ginjal, anak ginjal, paru, jantung, dan CVA (otak)
3. Janin:
• Premarutis
• IUGR
• Gawat janin
• Kematian janin dalam rahim (IUFD).



PRE-EKLAMPSIA BERAT
Pengertian
Suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi > 160/110 disertai protein
urine dan atau edema, pada kehamilan atau lebih.

Patofisiologi
Penyebabnya sampai sekarang belum jelas. Penyakit ini dianggap sebagai suatu “Maldptation syndrome” dengan akibat suatu vasospasme general dengan segala akibat-akibatnya.

Gejala Klinis
Kehamilan 20 minggu atau lebih dengan tanda:
1. Desakan darah systole > 160mmHg
diastole > 110mmHg
Desakan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di RS dan menjalani tirah baring.
2. Protein urine > 5gr/24jam atau kwalitatif 4+ (+ + + +)
3. Oliguri jumlah produksi urine < 500cc/24 jam atau disertai kenaikan darah. 4. Adanya gejala-gejala impending eklamsia: gangguan visus, gangguan serebral, nyeri eoigastrium, hiper-refleksia. 5. Adanya Syndrome Hellp (H: Hemolysis, EL: Elevated liver Enzymes, LP: Low platelet count) Pemeriksaan Dan Diagnosis 1. Kehamilan 20 minggu atau lebih 2. Didapatkan satu atau lebih gejala-gejala pre-eklamsia berat (Gejala klinis). Diagnosis Banding 1. Kronik hipertensi & kehamilan 2. Kehamilan dengan sindrom nefrotik 3. Kehamilan dengan payah jantung 2) Eklampsia : terjadi pre eklampsia berat dan di sertai kejang EKLAMPSIA Eklampsia didiagnosa jika kejang yang timbul dari hipertensi yang diinduksi dengan kehamilan atau hipertensi yang diperberat dengan kehamilan. Insiden di negara berkembang 0,3 – 0,7 % , sedangkan di negara maju 0,05 – 0,1%. Gejala dan Tanda: Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala dibagian frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri epigastrium dan hiperrefleksia. Konvulsi Eklampsia dibagi atas 4 tingkat : 1) Tingkat awal atau aura Berlangsung 30 detik. Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar. 2) Tingkat kejang klonik Berlangsung kurang 30 detik, seluruh otot kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki bengkok kedalam. Pernafasan berhenti, muka sianotik, lidah dapat tergigit. 3) Tingkat kejang tonik Kejang antara 1-2 menit, spasmus tonik menghilang. Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo cepat. Kejang berhenti dan penderita menarik nafas secara mendengkur. 4) Tingkat Koma Komplikasi Eklampsia 1. Solusio plasenta 2. Hipofibrinogenemia 3. Hemolisis 4. Perdarahan otak (penyebab utama kematian maternal) 5. Kelainan mata 6. Edem paru 7. Nekrosis hati 8. Sindroma HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes and low platelet ) 9. Kelainan ginjal 10. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin Penyebab kematian ibu : perdarahan otak, dekompensasi kordis dan edema paru. Penyebab kematian janin terutama : hipoksia intra uterin an prematuritas. Penanganan Eklampsia Tujuan : Menghentikan dan mencegah kejang, mencegah dan mengatasi timbulnya penyulit khususnya krisis hipertensi. Sebagai penunjang untuk stabilisasi keadaan seoptimal mungkin. Sikap Obstetrik : Mengakhiri kehamilan dengan trauma seminimal mungkin. Pengobatan medisinal : Sama dengan preeklampsia berat. Dosis tambahan magnesium sulfat : bila timbul kejang – kejang lagi maka dapat diberikan tambahan magnesium sulfat 2 gr iv, diberikan sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian akhir. Dosis tambahan 2 gram diberikan 1 kali saja, bila setelah pemberian dosis tambahan masih tetap kejang maka diberikan amobarbital 3-5 mg/kg bb /iv pelan-pelan. Perawatan pada serangan kejang Dirawat di kamar isolasi cukup terang, masukkan sudip lidah kedalam mulut penderita, daerah orofaring dihisap. Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendur guna menghindari fraktur. Penanganan Obstetrik Sikap dasar terhadap kehamilan : semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Bila diakhiri : kehamilan diakhiri bila telah tercapai “stabilisasi” (pemulihan) hemodinamika dan metabolisme ibu. Stabilisasi dicapai dalam waktu 4-6 jam. Stabilisasi yaitu 4-8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan dibawah ini: a. Setelah kejang berakhir b. Setelah pemberian anti kejang c. Setelah pemberian anti hipertensi berakhir d. Penderita mulai sadar (responsive dan orientasi) e. Untuk yang koma, perlu dibuat skor tanda vital (STV) STV > 10 : boleh diterminasi
STV < 9 : tunda 6 jam, kalau tak ada perubahan terminasi Poin untuk penilaian STV adalah tekanan darah, nadi, suhu rectal, nafas, GCS (Glasgow coma score). Untuk prognosis dari PEB dibuat kriteria EDEN yang terdiri dari : 1) Kejang > 10 kali
2) Tekanan darah sistolik > 200 mmHg
3) Nadi > 140 kali/menit
4) Nafas > 40 kali / menit
5) Suhu > 39 °C
6) Edema (+)
7) Protein urin > (+4)
Bila kriteria Eden ³ 1, prognosis jelek
3) Anemia hemolityc : adanya peningkatan enzim pada hati dan trombosit yang rendah

3. Deep Vena trombosis (trombosis vena bagian dalam)
Adanya sumbatan pada vena bagian dalam, hiperkoagulitas sebagai respon fisiologis dan merupakan faktor resiko terjadinya perdarahan saat melahirkan. DVT memiliki insiden 0,5 – 7 per 1000 kehamilan, dan merupakan penyebab kematian ibu no 2 setelah perdarahan pada negara-negara berkembang.

4. Gestational Diabetes
Ada lagi komplikasi kehamilan yang disebut Gestational Diabetes, yaitu kehamilan dimana ibu hamil mengalami kadar gula darah yang tinggi karena tubuh tidak cukup memproduksi cukup insulin. Insulin adalah sebuah hormon yang dibuat oleh pankreas yang membuat sel merubah gula menjadi energi atau bahan bakar yang berguna. Apabila diabetes saat hamil tidak diobati, akan mempengaruhi janin. Bayi akan lahir dengan berat berlebih atau besar.
Yang bisa mengidapnya :
- Ibu hamil dengan riwayat diabetes dalam keluarga
- Ibu hamil yang sebelumnya sudah mengidap diabetes
- Kegemukan
- Ibu hamil di usia matang
Gejalanya :
- Rasa haus dan lapar yang berlebihan
- Sering buang air kecil
- Kenaikan tekanan darah
- Gula dalam urin
- Kelelahan
Cara mengatasinya :
Caranya dengan diet ketat untuk mengurangi berat badan, olah raga teratur dan kontrol gula darah secara teratur.

C. Komplikasi Serius Pada Janin
Masalah berikut terjadi pada janin atau plasenta , tetapi mungkin memiliki konsekuensi serius pada ibu juga.
1. Kehamilan Ektopik (hamil di luar kandungan)
Penyebabnya belum di ketahui secara pasti, tetapi faktor resiko meliputi merokok , lanjut usia ibu, dan kerusakan pada jalur yang menuju saluran telur atau adanya kelainan pada saluran telur.

Gambar Lokasi Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 50 kehamilan. Hal yang menyebabkan besarnya angka kematian ibu akibat kehamilan ektopik adalah kurangnya deteksi dini dan pengobatan setelah diketahui mengalami kehamilan ektopik.
Kehamilan ektopik merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu pada triwulan pertama dari kehamilan. Resiko kehamilan ektopik sangat besar karena kehamilan ini tidak bisa menjadi normal.
Bila telur tersebut tetap tumbuh dan besar di saluran tuba maka suatu saat tuba tersebut akan pecah dan dapat menyebabkan perdarahan yang sangat hebat dan mematikan. Apabila seseorang mengalami kehamilan ektopik maka kehamilan tersebut harus cepat diakhiri karena besarnya risiko yang ditanggungnya.
2. Abraptio Placenta ( terlepasnya placenta dari rahim).
Bisa terjadi dikarena banyak sebab, namun faktor resiko terjadinya abraptio placenta adalah ibu hamil yang menderita hipertensi, trauma dan penggunaan narkoba.
3. Kehamilan multiple

4. Placenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang tertanam di atas atau di dekat serviks (leher rahim), pada rahim bagian bawah. di dalam rahim, plasenta bisa menutupi lubang serviks secara keseluruhan atau hanya sebagian. plasenta previa biasanya terajdi pada wanita yang telah hamil lebih dari 1 kali atau wanita yang memiliki kelainan rahim (misalnya fibroid). pada akhir kehamilan, tiba-tiba terjadi perdarahan yang jumlahnya bisa semakin banyak. darah yang keluar biasanya berwarna merah terang. untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan USG. Jika perdarahannya hebat, dilakukan transfusi darah berulang. jika perdarahannya ringan dan persailinan masih lama, bisanya dianjurkan untuk menjalani tirah baring. hampir selalu dilakukan operasi sesar karena cenderung terjadi pelepasan plasenta sebelum waktunya, bayi bisa mengalami kekurangan oksigen dan ibu bisa mengalami perdarahan hebat.
5. Hiperemesis Gravidarum (muntah yang berlebihan)
Hiperemesis di bagi menjadi 3 yaitu ringan, sedang dan berat. Ini tidak seperti morning sickness melainkan terjadinya muntah yang berlebihan selama kehamilan, penyebabnya tidak diketahui. Faktor psikis bisa memicu atau memperburuk muntah. Berat badan penderita menurun dan terjadi dehidrasi. Dehidrasi bisa menyebabkan perubahan kadar elektrolit di dalam darah sehingga darah menjadi terlalu asam. Jika muntah terus terjadi, bisa terjadi kerusakan hati. Komplikasi lainnya adalah perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah ketika penderita muntah. penderita dirawat dan mendapatkan cairan, glukosa, elektrolit serta vitamin melalui infus.









STROKE
Stroke adalah cedera vascular akut pada otak. Ini memberi arti bahwa stroke adalah suatu cedera mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah di otak. Cedera dapat disebabkan oleh sumbatan pembuluh darah, penyempitan pembuluh darah, sumbatan atau penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah. Semua ini menyebabkan kurangnya pasokan darah yang memadai. Stroke mungkin menampakkan gejala, mungkin tidak (silent stroke), tergantung tempat dan ukuran kerusakan (Feigin, 2006).
WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu.

Epidemiologi
Di seluruh dunia stroke merupakan penyakit yang terutama mengenai usia lanjut. Insiden yang terjadi pada usia 75-84 tahun sekitar 10 kali dari populasi berusia 55-64 tahun. Di Inggris stroke merupakan penyakit kedua setelah Infark Miokard akut sebagai penyebab kematian utama, sedangkan di Amerika stroke masih merupakan penyebab kematian ke-3. Di Perancis stroke di sebut “serangan otak (attaque cerebrale)” yang menunnjukan analogi kedekatan stroke dengan serangan jantung.

Etiologi
Berdasarkan etiologinya stroke diklasifikasikan menjadi dua, yaitu stroke haemoragik (perdarahan) jika arteri pecah dan stroke non haemoragik (iskhemik) jika arteri tersumbat.
Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke Iskemik. Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Stroke Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.
2. Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
3. Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.
Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu:
1. Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.
2. Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
Faktor Penyebab Stroke
Faktor resiko medis, antara lain usia,jenis kelamin, Hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi), Kolesterol, Aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), Gangguan jantung, diabetes, Riwayat stroke dalam keluarga, Migrain.
Faktor resiko perilaku, antara lain Merokok (aktif & pasif), Makanan tidak sehat (junk food, fast food), Alkohol, Kurang olahraga, Mendengkur, Kontrasepsi oral, Narkoba, Obesitas.
80% pemicu stroke adalah hipertensi dan arteriosklerosis, Menurut statistik. 93% pengidap penyakit trombosis ada hubungannya dengan penyakit tekanan darah tinggi.
Pemicu stroke pada dasarnya adalah, suasana hati yang tidak nyaman (marah-marah), terlalu banyak minum alkohol, merokok dan senang mengkonsumsi makanan yang berlemak.
Patologi
Pada thrombotis serebral didapati oklusi di tempat arteri serebral yang berthrombus. Pada emboli serebral penyumbatan disebabkan oleh suatu embolus yang dapat bersumber pada arteri serebral, carotis interna, vertebro-basiler, arcus aorta asendens ataupun katup serta endokardium jantung. Embulus tersebut berupa suatu thrombus yang terlepas dari dinding arteri yang atherosklerotik dan berulserasi, atau gumpalan thrombusit yang terjadi karena fibrilasi atrium, gumpalan kuman karena endokarditis bacterial atau gumpalan darah dan jaringan karena infark mural. Keadaan arteri-arteri serebral yang sudah aterosklerotik atau arteriosklerotik itu mendasari sebagian besar lesi vascular di otak dan batang otak. Secara strukturil arteri-arteri tersebut mempermudah terjadinya oklusi dan turbulensi sehingga mempermudah pembentukan embolus. Secara fungsionil arteri-erteri tersebut tidak dapat mengelola delatasi dan konstriksi vaskuler secara sempurna. Sehingga pada keadaan-keadaan yang kritis akan timbul gangguan sirkulasi yang mengakibatkan terjadinya iskhemik dan infark serebri. Dengan adanya aterosklerosis dan arteriosklerosis serebri, perubahan-perubahan dalam hemodinamika sistemik (aritmia jantung, hipotensi, hipertensi) dan kimia darah (polisithemia, hiperviskositas) dapat menimbulkan iskhemik dan infark serebri global
(Sidharta, 1979).
Pada penderita aterosklerosis, trombosis serebri dianggap terjadi setelah pembekuan darah pada tempat alirannya dirintangi oleh bercak sklerotik pada dinding pembuluh darah. Ischemia dan infark jaringan otak dapat terjadi setelah oklusi arteri serebri dengan kongesti dan udema pada daerah sekitarnya. Setelah beberapa hari, udema menghilang, otak yang ischemic mengalami nekrotis. Jaringan otak yang nekrosis mengalami liquefaction dan diangkut keluar oleh makrofag. Kemudian parut glia dan vaskuler menggantikan sebagian jaringan otak yang rusak, yang menimbulkan pengerutan jaringan otak atau pembekuan kista – kista multikuler yang kecil dan diisi oleh cairan jernih. Kadang sel darah merah mengumpul di daerah yang nekrotik dan membentuk red infarct ( Chusid, 1993 ).
Pemulihan stroke terutama terjadi pada 3 bulan pertama dan hanya sedikit penambahan perbaikan setelah 6 bulan onset. Pemberian terapi latihan gerak fungsional pada masa ini sangat efektif, karena akan memberikan pembelajaran dan pengalaman yang membawa kearah prubahan kemampuan dalam melakukan aktifitas trampil yang sifatnya relatif permanen.
Tanda dan Gejala Klinis
Stroke dapat mengakibatkan tanda dan gejala yang komplek tergantung dari topis lesi atau letak kerusakan dan derajad lesi. Adapun tanda dan gejala yang timbul akibat lesi pada stroke antara lain:
1. Gangguan motorik, berupa abnormalitas tonus otot, gangguan gerak volunteer, gangguan reflek, serta gangguan keseimbangan dan koordinasi.
2. Gangguan sensoris, berupa gangguan interoseptif, gangguan propioseptif, gangguan eksteroseptif.
3. Gangguan kognitif dan memori.
4. Gangguan psikiatri atau emosi, penderita cenderung depresi.
Berdasarkan lokasinya di tubuh, gejala-gejala stroke terbagi menjadi berikut:
1. Bagian sistem saraf pusat : Kelemahan otot (hemiplegia), kaku, menurunnya fungsi sensorik
2. Batang otak, dimana terdapat 12 saraf kranial: menurun kemampuan membau, mengecap, mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan, refleks menurun, ekspresi wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah lemah.
3. Cerebral cortex: aphasia, apraxia, daya ingat menurun, hemineglect, kebingungan.
Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam, dinyatakan sebagai Transient Ischemic Attack (TIA), dimana merupakan serangan kecil atau serangan awal stroke.

Pemeriksaan Laboratorium pada Penderita Stroke
• Pemeriksaan laboratorium pada penderita stroke meliputi:
- Hitung darah tepi lengkap: diskrasia darah, polisitemia, trombositopenia atau trombositosis atau infeksi sebagai faktor risiko stroke.
- Waktu protrombin, waktu protrombin parsial: ditujukan kepada penderita dengan antibodi antifosfolipid (waktu protrombin parsial memanjang).
- Analisa urin: hematuria terjadi pada endokarditis bakterialis subakut (SBE) dengan stroke iskemik oleh karena emboli.
- Kecepatan sedimentasi (LED): peningkatan LED menunjukkan kemungkinan adanya vaskulitis, hiperviskositas atau (SBE) sebagai penyebab stroke.
- Kimia darah: peningkatan kadar glukosa, kolesterol atau trigliserida dalam darah.
- Foto rontgen dada: pelebaran ukuran jantung sebagai suatu sumber emboli pada suatu stroke atau akibat hipertensi lama; dapat menemukan suatu keganasan yang tidak diduga sebelumnya.
- Elektrokardiogram: dapat menunjukkan adanya aritmia jantung, infark miokard baru, atau pelebaran atrium kiri.
- Tomografi terkomputasi (CT-Scan).
1. Tomografi terkomputasi (CT scan) bermanfaat dalam membedakan stroke perdarahan (intraserebral atau subarakhnoid) dengan stroke tanpa perdarahan/iskemik (trombosis atau emboli). Adanya darah pada perdarahan baru mengakibatkan terjadinya suatu daerah dengan peningkatan densitas; sebaliknya suatu infark mengakibatkan suatu daerah dengan penurunan densitas. Sebagai tambahan, CT-scan dapat membantu menentukan lokasi dan ukuran abnormalitas, seperti daerah vaskularisasi, superfisial atau dalam, kecil atau luas.
1. CT-scan benar-benar positif pada perdarahan intraserebral (dengan peningkatan densitas) dan sering menunjukkan darah antar-hemisfer atau perdarahan dalam parenkhim otak pada perdarahan subarakhnoidea. Perubahan-perubahan ini terlihat pada jam pertama setelah timbulnya gejala stroke. Dengan CT yang lebih maju lagi, beberapa penderita dengan diagnosis klinis trombosis dapat ditemukan adanya perdarahan intraparenkhimal.
2. CT-scan positif pada sebagian besar kasus infark serebri (penurunan densitas), tetapi peruhahan-perubahan ini hanya dapat terlihat pada 24 – 48 jam setelah timbulnya gejala stroke. Dengan penyengatan terhadap kontras, infark dapat menyerupai suatu tumor tetapi penyengatan terhadap kontras pada infark serebri pada umumnya tidak berkaitan dengan efek massa yang nyata seperti yang terjadi pada tumor. Pada beberapa kejadian. mungkin efek massa terdapat bersama dengan infark, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah bukan suatu tumor; dalam hal demikian maka dengan MRI, CT-scan secara serial dan observasi klinis dapat memperjelas diagnosis.
3. Suatu infark herdarah sering terjadi sekunder terhadap emboli yang besar. Dalam hal ini terjadi peningkatan densitas pada CT-scan. Pemberian antikoagulan harus ditunda bila terjadi perdarahan yang berkaitan dengan infark embolik.
4. Perdarahan pada batang otak mungkin dapat terlihat pada CT- scan, akan tetapi infark batang otak biasanya tidak.
5. CT-scan mengidentifikasi pergeseran massa intrakranial yang memerlukan tindakan medis dan operatif secara agresif untuk mengontrol edema serebri yang terjadi.
6. Suatu hematoma subdural dapat dikenal pada pemeriksaan CT-scan dengan adanya pergeseran massa intrakranial, menghilangnya sebagian ventrikel lateralis atau sulkus-sulkus, dan perubahan densitas (tergantung pada usia lesi) pada perrnukaan otak.
7. Tumor otak dapat diidentifikasi pada pemeriksaan CT-scan dengan adanya pola densitas yang khas, penyengatan terhadap kontras, dan efek massa. Pada persentase yang kecil tumor otak secara klinis menyerupai stroke.

2. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI memainkan peranan penting dalam diagnosis suatu stroke karena:
1. MRI kadang dapat menunjukkan adanya iskemia serebri pada stadium awal, sebelum dapat terlihat pada CT-scan dan sering bila pemeriksaan CT-scan tetap negatif.
2. MRI sering dapat menunjukkan adanya infark pada batang otak, serebelum, atau lobus temporalis yang tidak terlihat pada CT-scan.
3. Kemampuan MRI dalam mencari trombosis vena sebagai penyebab infark lebih baik dibanding CT-scan.
4. MRI lebih sensitif dalam mencari infark kecil (lakuner). CT-scan tetap lebih baik dihanding MRI pada fase akut stroke bila sasaran utama mencari perdarahan dan terdapat masalah dalam hal kerjasama dengan penderita.
5. Penyengatan kontras pada MRI kemungkinan berguna dalam menentukan umur suatu infark dan mencari adanya tumor atau AVM sebagai penyebab stroke.
Catatan : SPECT (Single photon emission computed tomography) dapat melokalisir iskemia dalam beberapa jam setelah serangan stroke.
3. Arteriografi
Arteriografi, baik yang dikerjakan secara konvensional maupun dengan teknik digital, ditujukan untuk (a) mengidentifikasi suatu lesi yang dapat dikoreksi dengan operasi seperti aneurisma intrakranial dan AVM, stenosis arteria karotis, dan plak arteria karotis yang mengalami ulserasi, (b) membantu memastikan diagnosis, dan (c) memastikan diagnosis sebelum dikerjakan pemberian antikoagulansia. Dalam perencanaan suatu arteriografi, penting untuk ditentukan secara klinis sistem yang terlibat dalam stroke tersebut, sistem karotis atau sistem vertebrobasiler. Bila memungkinkan, angiografi dikerjakan dengan teknik kateterisasi oleh ahli radiologi yang berpengalaman.
4. Elektroensefalografi (EEG)
Elektroensefalografi (EEG) dapat membantu menentukan lokalisasi gangguan fungsi kortikal, dan kadang-kadang pada lesi talamus. EEG dapat abnormal pada jam-jam pertama setelah serangan stroke meskipun CT-scan masih normal. EEG biasanya akan normal pada stroke pada daerah sirkulasi posterior atau stroke lakunar dan abnormal pada stroke daerah sirkulasi anterior atau emboli. EEG biasanya abnormal pada stroke pembuluh darah besar atau emboli.
EEG merupakan hal yang penting untuk dikerjakan bila dicurigai adanya aktivitas epileptik. Kelemahan setelah suatu stroke kemungkinan merupakan bagian dari pasca serangan epilesi (Paralisis Todd).
5. Pungsi Lumbal
Bila cairan serebrospinalis (CSS) mengandung darah (eritrosit) 1.000) dan tekanannya meningkat (200 mmH2O), pungsi lumbal mendukung adanya suatu perdarahan. Perlu diingat bahwa tekanan CSS normal dan tidak ditemukan sel dalam CSS dapat terjadi pada 10% perdarahan intraserebral. Semua perdarahan subarakhnoid menunjukkan perdarahan yang nyata pada CSS, biasanya mengandung eritrosit 25.000. Pungsi lumbal dengan kandungan eritrosit 50 – 500 dalam CSS mengarahkan kecurigaan pada emboli serebri, dan tampak CSS jernih pada sebagian besar emboli.
Pada trombosis serebri dan stroke lakunar tidak ditemukan sel dalam CSS. Kadang-kadang terlihat adanya lekosit dalam CSS setelah serangan trombosis atau perdarahan. Eritrosit dalam jumlah besar (10.000 – 20.000) kadang terlihat pada infark berdarah setelah suatu serangan emboli serebri. Setelah perkembangan lanjut dengan adanya CT, pungsi lumbal jarang dikerjakan lagi dalam upaya evaluasi penderita stroke Pungsi lumbal dikerjakan bila :
- Kecurigaan adanya infeksi susunan saraf pusat.
- Kemungkinan ditegakkannya diagnosis perdarahan sub-arakhnoid. CT-scan dapat menghasilkan negatif palsu pada 5 – 10% penderita perdarahan subarakhnoid,
- Kemungkinan ditegakkannya diagnosis perdarahan intra-serebral, tetapi tidak memungkinkan dilakukan pemeriksaan CT-scan, dan tidak ditemukan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.
- Sebelum dimulai ‘pemberian antikoagulansia, guna mengesampingkan adanya perdarahan bila tidak memungkinkan dilakukan pemeriksaan CT-scan.
- Kecurigaan adanya arteritis.
- Diagnosis penderita yang tidak jelas.
Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi setelah serangan stroke adalah: (1) kejang pada pasien pasca stroke sekitar 4-8 %, (2) Trombosis Vena Dalam (TVD) sekitar 11-75 % dan Embboli Pulmonum sekitar 3-10 %, (3) perdarahan saluran cerna sekitar 1-3 %, (4) dekubitus, (5) pneumonia, (6) stress, (7) bekuan darah, (8) nyeri pundak dan subluxation (Junaidei, 2006).

Prognosis
Menurut Chusid (1993) prognosis thrombosis cerebri ditentukan oleh lokasi dan luasnya infark, juga keadaan umum pasien. Umumnya makin lambat penyembuhannya, maka semakin buruk prognosisnya. Pada emboli cerebri, prognosis ditentukan juga dengan adanya emboli dalam organ-organ yang lain. Bila pasien dapat mengatasi serangan yang akut, prognosis kehidupannya baik. Dengan rehabilitasi yang aktif, banyak penderita dapat berjalan lagi dan mengurus dirinya.

Diagnosis Banding
Diagnosis banding penyebab stroke non haemoragik, yaitu thrombosis dan emboli menurut Chusid (1993) yaitu onset yang relatif lambat menyokong diagnosa thrombosis. Sedang endocarditis infeksiosa, fibrilasi atrium dan infark myocard menyokong diagnosa emboli. Ada beberapa penyakit yang memiliki tanda dan gejala yang menyerupai stroke, misalnya trauma kepala, tumor intracranial, meningitis atau virus. Untuk menegakkan diagnosis tersebut diperlukan pemeriksaan yang lebih spesifik misalnya: Coputerized Tomography Scanning (CT Scan), Magnetic Resonace Imaging (MRI), Possitron Emesion Tomograph Scanning (PET Scan) dan pemeriksaan penunjang laboratorium.

Terapi Medis
Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis yang menyertai harus diobati. Misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur, tekanan darah tinggi, clan infeksi paru-paru. Setelah serangan stroke, biasanya terjadi peruba
han suasana hati (terutama depresi), yang bisa diatasi dengan obat-obatan atau terapi psikis.
Berikut beberapa jenis terapi medis yang dapat diberikan pada penderita stroke.
- Fisioterapi
Fisioterapi dapat membantu memulihkan kekuatan otot-otot serta mengajarkan bagaimana bergerak yang aman dan nyaman dengan keterbatasan gerak akibat kelemahan otot.
- Terapi Okupasi
Terapi okupasi membantu penderita untuk dapat makan, minum, dan berpakaian sendiri.
- Terapi Bicara
Terapi ini bertujuan membantu penderita untuk mengunyah, berbicara, dan mengerti kata-kata.
Terapi Diet
Diet pada Pencegahan Stroke
4 pilar utama Diet pada Pencegahan Stroke dimaksudkan Untuk:
1. Mengatur pola makan yang sehat
2. Mencapai berat badan yang optimal
3. Menjaga Kadar Kolesterol darah terkendali
4. Menjaga Tekanan Darah terkendali
Konsumsi makanan dilakukan dengan jadwal yang teratur, jenis bahan makanan bervariasi, serta jumlah porsi makan yang optimal. Makanan yang dapat dikonsumsi sehari-hari meliputi kelompok serealia, polisakarida, sayuran, buah-buahan, legum, kacang-kacangan, lemak tidak jenuh, produk susu rendah lemak seperti keju rendah lemak dan yoghurt. Makanan yang dikonsumsi 1-2 kali perminggu meliputi telur, daging unggas, dan ikan. Makanan yang dapat dikonsumsi 1-2 kali perbulan adalah golongan daging merah. Asupan cairan untuk tubuh juga harus cukup, yaitu sekitar 6-8 gelas perhari. Untuk Mencapai berat badan ideal maka sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan yang tinggi kalori namun bergizi rendah misalnya makanan yang terlalu manis dan atau mengandung gula tinggi seperti es krim dan permen. Untuk menjaga tekanan darah maka konsumsi garam dalam makanan sehari-sehari tidak lebih dari 6 gram (1½ sdt) garam dapur/hari atau setara dengan 2400 mg natrium/hari.

Bahan Makanan Baik Contoh Kandungan
Serealia beras merah, jagung, oatmeal, tepung gandum, roti gandum Mengandung serat tidak larut air dan beta glukan yang dapat menurunkan kolesterol total dan serta memperlambat pengosongan lambung
Polisakarida nasi putih, roti putih, kentang, sereal,pasta
Buah apel, buah anggur merah,cherry, strawberry,rapsberry

alpukat, pisang

jeruk, semangka, pepaya,melon,dll Mengandung vitamin , mineral , dan antioksidan quercetin (kelompok flavonoid) yang dapat menjadi antiinflamasi
Mengandung kalium sehingga menurunkan tekanan darah
Mengandung serat, air, vitamin, mineral, dan antioksidan
Sayuran Sayuran berwarna hijau tua dan oranye, seperti: brokoli, bayam,wortel ,tomat,lentil







Kangkung, ketimun, terong,sawi,kol,oyong Mengandung Serat, vitamin , mineral , dan antioksidan. Menurunkan kadar kolesterol total . Mengandung Asam Folat dan Vitamin B sehingga mencegah peningkatan Homosistein (kadar homosistein yang tinggi dalam tubuh dapat menyebabkan stroke)
Mengandung serat larut air yang dapat menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL)
Legum Kacang kedelai, kacang kapri, kacang tanah Mengandung serat larut air yang menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL).
Mengandung omega 3 yang dapat melindungi jantung
Kacang-kacangan
kenari, mete, almond,pistachio Mengandung omega 3 yang dapat melindungi jantung
Ikan Salmon, Herring, Tuna Mengandung omega 3 yang dapat melindungi jantung
Lemak tidak jenuh Minyak jagung, Canola, Zaitun,Minyak kedelai Menurunkan LDL, Mengandung omega 3 yang dapat melindungi jantung
Produk Susu Rendah lemak Keju rendah lemak, yoghurt Mengandung kalsium,protein, vitamin B
Lain-lain Teh, Bawang



Jamur segar, agar-agar rumput laut Mengandung antioksidan quercetin (kelompok flavonoid) yang dapat menjadi antiinflamasi
Mengandung serat larut air menurunkan kolesterol



Bahan Makanan Buruk Contoh
Kolesterol Tinggi Telur, mentega, jerohan
Lemak Jenuh Minyak kelapa sawit, santan, minyak kelapa,lemak babi/sapi,mentega
Trans Fat Cookies, kripik, krekers, makanan cepat saji, makanan beku cepat saji (nugget, kentang beku,dll), margarin
Garam Tinggi Ikan Asin, Telur Asin, makanan Instant, Mie Instant, Vetsin, Kripik

















PENUAAN
 Pengertian
Proses penuaan (Aging process) pada seseorang adalah fenomena alamiah sebagai akibat bertambahnya umur, oleh karena itu fenomena ini bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu keadaan yang wajar yang bersifat universal dan bila tidak diantisipasi dengan baik akan menimbulkan berbagi masalah. Menjadi tua adalah suatu proses alamiah yang pasti terjadi pada setiap manusia. Tidak seorangpun yang dapat menghentikan proses penuaan. Siklus ini ditandai dengan tahap-tahap mulai menurunnya berbagai fungsi organ tubuh karena setelah mencapai dewasa, secara alamiah seluruh komponen tubuh tidak dapat berkembang lagi. Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses penuaan. Penuaan merupakan suatu proses multidimensional, yang tidak hanya terkait dengan faktor jasmani, tapi juga psikologis dan sosial. Penuaan itu sendiri adalah suatu proses alamiah kompleks yang melibatkan setiap molekul, sel dan organ dalam tubuh.
Usia lanjut merupakan masa yang cendrung penuh dengan berbagai gangguan kesehatan . Sedikitnya, banyak orang diusia lanjut yang mengeluhkan kondisi fisik dan mental tidak sebugar ketika masih muda dahulu. Padahal, hidup diusia lanjut tidak selalu harus diidentikkan dengan berbagia gangguan kesehatan. Ada keadaan atau batas-batas tertentu masih dianggap normal sebagai perubahan perubahan akibat bertambahnya umur.
Seperti dilaporkan bahwa populasi usia lanjut didunia akan bertambah dengan cepat dibanding pertambahnya penduduk dunia seluruhnya , malahan relatif akan lebih besar dinegara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Populasi usia lanjut di Indonesia diproyeksikan antara tahun 1990 – 2025 akan naik 414%, suatu angka tertinggi diseluruh dunia ( united state bureau of census 1993). Indonesia tahun 2000 merupakan negara urutan ke 4 dengan jumlah usia lanjut paling banyak sesudah China, India & USA.
Secara hakiki tidak diketahui apa sebenarnya proses menua itu, mengapa tejadi dan kapan mulai, sebagai mana halnya belum diketahui pula dengan jelas apa sebenarnya kehidupan itu sendiri.

 Etiologi
Seluruh perubahan yang terjadi pada salah satu organ tubuh dari saat konsepsi sampai saat kematian, jadi berhubungan dengan perubahan-perubahan positip seperti pertumbuhan dan penyusaian yang merupakan bagian dari proses “aging”.
Menurut WHO usia lanjut :
– Elderly ( 64 – 74 th)
- Old (75 – 90 th )
- Very old ( > 90 th)
Indonesia usia lanjut :
– Menjelang lanjut usia ( 45 – 54 th )
- Presenile senile ( 55 – 64 th )
- Senile ( > 65 th )
Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui proses penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor internal adalah radikal bebas, hormon yang menurun kadarnya, proses glikosilasi, sistem kekebalan tubuh yang menurun dan juga faktor genetik.
2. Faktor eksternal adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan hidup yang salah, paparan polusi lingkungan dan sinar ultraviolet, stress dan penyebab sosial lain seperti kemiskinan.
Kedua faktor ini saling terkait dan memainkan peran yang besar dalam penyebab proses penuaan.
Beberapa teori tentang menua:
1. Teori Radikal Bebas
Menyebutkan bahwa produk hasil metabolisme oksidatif yang sangat reatif (radikal bebas) dapat bereaksi dengan berbagai komponen penting seluler, termasuk protein, DNA, lipid, dan menjadi molekul-molekul yang tidak berfungsi namun bertahan lama dan mengganggu fungsi sel lainnya. Teori radikal bebas diperkenalkan pertama kali oleh Denham Harman pada tahun 1956, yang menyatakan bahwa proses menua normal merupakan akibat kerusakan jaringan oleh radikal bebas. Harman menyatakan bahwa mitokondria sebagai generator radikal bebas, juga merupakan target kerusakan dari radikal bebas tersebut. Radikal bebas adalah senyawa kimia yang berisi elektron tidak berpasangan. Radikal tersebut terbentuk sebagai hasil sampingan berbagai proses seluler atau metabolisme normal yang melibatkan oksigen. Radikal bebas juga dapat bereaksi dengan DNA, menyebabkan mutasi kromosom dan karenanya merusak mesin genetik normal dari sel. Radikal bebas dapat merusak fungsi sel dengan merusak membran sel atau kromosom sel. Lebih jauh, teori radikal bebas menyatakan bahwa terdapat akumulasi radikal bebas secara bertahap didalam sel sejalan dengan waktu, dan bila kadarnya melebihi konsentarsi ambang maka mereka mungkin berkontribusi pada perubahan-perubahn yang seringkali dikaitkan dengan penuaan.

2. Teori Glikosilasi
Menyatakan bahwa glikosilasi nonenzimatik yang menghasilkan pertautan glukosa-protein yang disebut sebagai advenced glycation end products (AGEs) dapat menyebabkan penumpukan protein dan makromelekul lain yang termodifikasi sehingga menyebabkan disfungsi pada hewan atau manusia yang menua. Protein glikasi menunjukan perubahan fungsional, meliputi menurunnya aktivitas enzim dan menurunya degradasi protein abnormal. Manakala manusia menua, AGEs berakumulasi di berbagai jaringan, termasuk kologen, hemoglobin, lensa mata. Karena muatan kologennya tinggi, jaringan ikat menjadi kurang elastis dan mengkaku. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi elastisitas dinding pembuluh darah. AGEs diduga juga berinteraksi dengan DNA dan karenanya mengkin menggangu kemampuan sel untuk memperbaiki perubahn pada DNA. Bukti-bukti terbaru yang menunjukan tikus-tikus yang dibatasi kalorinya mempunyai gula darah yang rendah dan menyababkan perlambatan penumpukan proses glikosilasi.

3. Teori DNA repair
Teori ini dikemukakan oleh Hart dan Setlow. Mereka menunjukan bahwa adanya perbedaanpola laju repair kerusakan DNA yang diinduksi sinar ultraviolet (UV) pada berbagai fibroblas pada spesies yang mempunyai umur maksimum terpanjang menunjukan laju DNA repair terbesar, dan korelasi ini dapat ditunjukan pada berbagai mamalia dan primata.

Selain teori-teori diatas, beberapa teori lain juga dikemukakan untuk menjelaskan proses yang terjadi selama penuaan. Yang pasti tidak ada satu teori yang dapat menjelaskan seluruh proses menua. Semua teori-teori tersebut saling mengisi dan menjelaskan bebagai sebab dan perubahan akibat proses menua, walaupun belum seluruh proses belum dapat dipahami sebelumnya

 Patologi Perubahan Metabolik
Proses penuaan secara berangsur mengurangi fungsi tubuh dan berbagai organ tubuh. Dalam hal ini sangat bervariasi sesuai kompensasi individu tiap lansia. Beberapa perubahan yang terjadi pada berbagai sistem tubuh pada proses menua.
1. Sistem endokrin
Toleransi glukosa terganggu (gula darah puasa meningkat 1 mg/dl/dekade, gula darah postprandial meningkat 10 mg/dl/dekade) Insulin serum meningkat, HbA 1C meningkat, IDF-1 berkurang.
penurunan yang bermakna pada dehidropiandrosteron (DHEA)
penurunan testeron bebas maupun yang biovailable
penurunan hormon T3
peningkatan hormon paratiroid (PTH)
penurunan produksi vitamin D oleh kulit
Overian failure disertai menurunnya hormon ovarium
Peningkatan kadar homosistein serum

2. Kardiovaskular
Tidak ada perubahan frekuensi jantung saat istirahat, penurunan frekuensi jantung maksimum.
Berkurangnya pengisian ventrikel kiri
Berkurangnya sel pacu jantung (pacemaker) di nodus SA
Hipertrofi atrium kiri
Kontraksi dan relaksasi ventrikel kiri bertambah lama
Menurunya respons inotrpik, kronoropik, lusitropik terhadap stimulasi beta adrenergik
Menurunnya curah jantung maksimal
Menurunkan hipertrofi sebagai respons terhadap peningkatan volume dan tekanan
Peningkatan atrial natriuretic peptide (ANP) serum
Lapisan subendotel menebal dengan jaringan ikat
Ukuran dan bentuk yang ireguler pada sel-sel endotel
Fragmentasi elastin pada lapisan media dinding arteri
Peningkatna resistensi vaskular perifer

3. Tekanan darah
Peningkatan tekanan darah sistolik, tekanan draah diastolik tidak berubah
Berkurangnya vasodilatasi yang dimediasi beta-adrenergik
Vasokonstriksi yang dimediasi alfa-adrenergik tidak berubah
Terganggunnya perfusi autoregulasi otak

4. Paru-paru
• Penurunan FEV1 dan FVC
• Meningkatan volume batuk
• Berkurangnya efektivitas batuk
• Berkurangnya efektivitas fungsi silia
• Ventilation-perfision masmatching yang menyebabkan PaO2 menurun seiring bertambahnya umur: 100 – (0,32 x umur)
• Peningkatan diameter trakea dan saluran napas utama
• Membesarnya duktus alveolaris akibat berkurangnya elastisitas struktur penyanggaan parenkim paru, menyenabkan berkurannya area permukaan
• Penurunan masa jaringan paru
• Ekspansi toraks
• Penurunan tekanan maksimum insprasi dan ekspirasi
• Berkurangnya kekuatan otot-otot pernapasan
• Kekakuan dinding dada
• Berkurangnya difusi CO
• Berkurangnya respons ventilasi akibat hiperkapnia
5. Hematologik
Berkuranganya cadangan sumsum tulang akibat kebutuhan yang meningkat 'Attenuated' retikulosis terhadap pemberian eritropoietein

6. Ginjal
- Menurunnya bersihan kreatinin (creatinin clearance) dan laju filtrsi gomerulus (GFR) 10 ml/dekade
- Penurunan masa ginjal sebanyak 25%, terutama dari korteks dengan peningkatan relatif perfusi nefron yukstamedular
- Menurunkan ekskresi dan konservasi natrium
- Menurunkan ekskresi dan konservasi kalium
- Menurunkan kapasitas kosentrasi dan dilusi
- Berkurangnya sekresi akibat pembebanan asam
- Aksentuasi pelepasan ADH sebagi respons terhadap dehidrasi
- Berkurangnya produksi nitrit oksida
- Meningkatkannya keterganntungan prostaglandin ginjal untuk mempertahankan perfusi
- Menurunnya aktivasi vitamin D

7. Saluran kemih dan kelamin
- Perpanjangan waktu reflakter untuk para pria
- Berkurangnya intensitas orgasme pada pria maupun wanita
- Pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna dan peningkatan volume residual urin
- Berkurangnya sekresi postat di urin
- Berkurangnya kosentrasi faktor antiadheren protein Tamm-Horsfall

8. Otot
- Masa otot berkurang secra bermakna (sarkopenia) karena berkurangnya serat otot
- Efek penuaan paling kecil pada otot diafragma, lebih pada otot tungkai dibandingkan lengan
- Berkurangnya sistensi rantai berat miosin
- Berkurangnya inervasi, meningkatnya jumlah miofibril per unit otot
- Infiltrasi lemak ke berkas otot
- Peningkatan fatigabilitas
- Berkurangnya laju metabolisme basal (berkurang 4%/dekade setelah usia 50)

9. Regulasi suhu tubuh
- Berkurangnya vasokonstriksi dan vasodilatasi pembuluh darah kutaneus
- Berkurangnya produsi keringat
- Meningkatnya temperatur inti untuk mulai berkeringat

10. Tulang
- Melembabnya penyembuhan fraktur
- Berkurangnya masa tulang pada pria dan wanita, baik pada tulang trabekular maupun kortikal
- Berkurangnya formasi osteoblas tulang

11. Sendi
- Terganggunya matriks kartilago
- Modifikasi preteoglikan dan glikosaminoglikan

12. Sistem saraf perifer
- Hilangnya neuron motor spinal
- Berkurangnya sensasi getar, terutama dikaki
- Berkurangnya sensitivitas termal (hangat-dingin)
- Berkurangnya amplitudo aksi potensial sarf sensorik
- Berkurangnya ukuran serat yang termielinasi
- Meningkatkan heterogenitas selaput akson mielin

13. Sistem saraf pusat
- Berkurangnya sedikit massa otak
- Berkurangnya aliran darah otak danterganggunya autoregulasi perfusi
- Proliferasi astrosit
- Berkurangnya densitas koneksi dendritik
- Berkurangnya mielin dan total lipid otak
- Berubahnya neurotrasmiter, termasuk dopamindan serotonin
- Meningkatnya aktivitas monoamin oksidase
- Berkurangnya reseptor glukokortikoid hipokampal
- Melambatkan proses sentral dan waktu reaksi

14. Gastrointestinal
- Berkurangnya ukuran dan aliran darah hati
- Terganggunya clearance obat oleh hati sehingga membutuhkan metabolisme fase I yang lebih ekstensif
- Terganggunya respon terhadap cedera pada mukosa lambung
- Berkurangnya massa pankreas dan cadangan enzimatik
- Berkurangnya kontraksi kolon yang efektif
- Berkurangnya absorpsi kalsium

15. Penglihatan
- Terganggunya adaptasi gelap
- Pengeruhan pada lensa
- Ketidakmampuan untuk fokus pada benda-benda jarak dekat (presbiopia)
- Berkurangnya sensitivitas terhadap kontaksi
- Berkurangnya lakrimal

16. Pendengaran
- Hilangnya nada berfrekuensi tinggi secara bilateral
- Defisit pada proses setral
- Kesulitan untuk membedakan sumber bunyi
- Terganggunya kemampuan membedakan target dari noise

17. Jaringan adiposa
- Meningkatnya aktivitas aromatase
- Peningkatan kemungkinan lipolisis

18. Sistem imun
- Berkurangnya imunitas yang dimediasi sel
- Rendahnya afinitas produksi antibodi
- Meningkatnya autoantibodi
- Banyaknya nonresponder terhadap vaksinasi
- Berkurangnya hipersensivitas tipe lambat
- Terganggunya fungsi makrofag
- Atrofi timus dan dan hilangnya hormon timus
- Meningkatnya IL-6 dalam sirkulasi
- Berkurangnya produksi sel B oleh sumsum tulang

 Gambaran klinis
Mengolah orang berusia lanjut berbeda dengan mengolah orang muda untuk beberapa alasan, antara lain karena adanya perubahan-perubahan yang terjadi didalam proses menua. Perbedaan yang jelas antara proses menua normal dan perubahan-perubahan yang bersifat patologis sebenarnya penting dipahami dalam mengolah dan mengasuh orang usia lanjuat. Dengan demikian diharapkan dapat dicegah patalogi yang menyertai usia lanjut yang sebenarnya dapat diobati, dan dapat pula dihindari pengobatan masalah kesehatan yang sebenarnya merupakan bagian dari proses menua normal akan tetapi dianggap sebagai suatu penyakit. Banyak perubahan yang dikaitkan dengan proses menua merupakan akibat dari kehilangan yang bersifat bertahap (gradual loss). Berdasarkan perbandingan yang diamati secara potong lintang antar kelompok usia yang berbeda, sebagian besar organ tampak mengalami kehilangan fungsi sekitar 1% pertahun, dimulai pada usia 30 tahun. Namun demikian,data lain menyatakan perubahan pada orang usia lanjut yang diikuti secara longitudinal kurang daramatis dan baru mulai pada usia 70-an. Kadang perubahan-perubahan pada proses menua berlangsung bersamaan sehingga menghasilkan nilai normal untuk beberapa parameter lain.
Proses menua juga bukan serangkaian perubahan biologis. Peroses menua merupakan sebuah waktu untuk berbagai kehilangan, kehilangan peran sosial akibat pensiu, kehilangan mata pencaharian, kehilangan teman dan keluarga. Proses menua, juga sebuah waktu dengan banyak ketakutan atau kecemasan. Cemas akan keamanan pribadi cemas akan tidak adanya jaminan finansial, cemas akan ketergantungan.
Dan salah satu masalah yang sering dihadapi oleh para petugas kesehatan adalah sulitnya memproleh riwayat penyakit yang baik. Hal ini disebabkan karena pasien seringkali sudah beradaptasi dengan penyakitnya melalui mekanisme pengabaian, penyangkalan atau adaptif terhadap masalah atau penyakit tersebut. Sebagai contoh, seseorang yang mengalami gangguan pendengaran justru akan banyak bicara untuk menyembunyikan defisit pendengarannya. Salah satu cara untuk mencegah tidak terdektesinya gangguan fungsi kognitif pada pasien, direkomendasikan evaluasi yang seksama menggunakan pengkajian paripurna geriatri yang memasukkan penapisan formal terhadap fungsi kognitif dan mental. Proses menua juga ditandai oleh berkurangnya tanggapan terhadap stres termasuk stres terhadap penyakit. Intensitas gejala mungkin tertutup oleh menurunnya tanggapan tubuh pada orang berusia lanjut. Pasien juga bisa mengalami imobilisasi akibat ketidak pahaman keluarga atau pengasuh. Serta beberpa masalah kesehatan yang sering muncul adalah: imobilitas, inkontinensia, ganguan intelektual, infeksi, ganguan pendengaran dan penglihatan, isolasi, inanisi (malnutrisi), iatrogenesisi, insomnia, defisensi imun, impotensi.

 Komplikasi Dasar dari Keadaan Khusus

1. Regulasi Suhu pada Usia Lanjut
Diregulasi suhu tubuh pada usia lanjut mempelihatkan penyempitan mekanisme hemeostatis yang terjadi dengan meningkatkan usia. Orang berusia lanjut kurang dapat menyesuaikan diri terhadap suhu lingkungan yang ekstrim. Kondisi hipotermia dan hipertemia merupakan gangguan yang sering terjadi pada usia lanjut, terutama pada usia lanjut yang sakit. Pencegahan merupakan pendekatan yang paling sesuai untuk manajemen disregulasi suhu pada usia lanjut. Pendidikan terhadap pada usia lanjut tentang kerentanan mereka terhadap hipotermia dan hipertemia di lingkungan bersuhu ekstrim, pendidikan tentang perilaku yang tepat pada kondisi tersebut, dan pengawasan ketat bagi individu usia lanjut yang paling rentan harus mampu mengurangi morbilitas dan mortalitas dari gangguan.

2. Dehidrasi dan Gangguan Elektrolit pada Usia Lanjut
Proses menua normal disertai dengan perubahan berikut yang berpengaruh pada regulasi cairan dan natrium: 1).Gangguan persepsi rasa haus, 2).Penurunan laju filtrasi glomerulus, 3).Gangguan kapasitas ginjal untuk memekatkan urin. 4).Gangguan kapsitas ginjal untuk menahan natrium. Sebagai konsukensinya perubahan-perubahan ini, kapasitas seorang berusia lanjut menghadapi berbagai penyakit, obat-obatan, dan stres fisiologis menjadi berkurang sehingga meningkatkan risiko timbulnya perubahan keseimbangan cairan dan natrium yang signifikan secara klinis. Diperlukan kewaspadaan yang tinggi mengenai terdapatnya keterbatasan kemampuan hemeostasis ini guna mengantisipasi akibat penyakit dan obat-obatan terhadap status volume dan elektrolit pasien usia lanjut sehingga intervensi terapi dan tatalaksana menjadi lebih rasional.

3. Ganguan Tidur pada Usia Lanjut
Secara luas ganguan tidur pada usia lanjut dapat dibagi menjadi: kesulitan masuk tidur (sleep onset problems), kesulitan mempertahankan tidur nyenyak (deeo maintenance problem), bangun terlalu pagi (early morning awakening/EMA). Gejala dan tanda yang muncul sering kombinasi ketiganya , munculnya ada sementara atau kronik. Secara internasional insomnia masuk dalam 3 sistem diagnostik yaitu: (International Code of Diagnostic) ICD 10, (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) IV DSM dan (International Classification of sleep disorders) ICSD.
Dalam ICD 10 insomnia dibagi menjadi 2 yaitu organik dan non organik. Untuk non organik dibagi lagi menjadi 2 kategori yaitu dyssomnias (gangguan pada lama, kualitas dan waktu tidur) dan parasomnias (ada episode abnormal yang muncul selama tidur seperti mimpi buruk, berjalan sambil tidur dll). Dalam ICD 10 tidak dibedakan antara insomnia primer atau sekunder akibat penyakit/kondisi abnormal lain. Insomnia disini adalah insomnia kronik yang sudah diderita paling sedikit 1 bulan dan sudah menyababkan gangguan fungsi dan sosial.
Dalam DSM IV, gangguan tidur(insomnia) dibagi menjai 4 tipe yaitu:
1). Ganguan tidur yang berkolerasi dengan gangguan mental lain
2). Ganguan tidur yang disebabkan oleh kondisi medis umum
3). Ganguan tidur yang diinduksi oleh bahan-bahan/keadaan tertentu
4). Ganguan tidur primer (ganguan tidak berhubungan sama sekali dengan kondisi mental, penyakit, ataupun obat-obatan)
Ganguan tidur primer pengertiannya mirip dengan insomnia non organik pada ICD 10 yaitu ganguan tidur menetap dan diderita minimal 1 bulan.
Dalam ICSD klasifikasi gangguan tidur lebih lengkap dan rinci, dibagi dalam 12 subtipe dan lebih dari 50 tipe sindrom insomnia. Untuk mendiagnosisinya sering memerluka bebagai pemerikaan penunjang laboratoriumtidur, klinik, dan radiologi seperti CT scan, PET, serta EEG.
Penyebab Gangguan Tidur pada Usia Lanjut
• Perubahan-perubahan irama sirkadian.
• Ganguan tidur primer (SDB, PLMS, RBD).
• Penyakit-penyakit fisik (hipertiroid, artritis).
• Penyakit-penyakit jiwa (depresi, gangguan ansietas).
• Pengobatan polifarmasi, alkohol, kafein
• Demensia
• Kebiasaan higiene tidur yang tidak baik

4. Depresi pada Usia Lanjut
Depresi pada pasien geriatri sulit diagnosis antara lain karena gejalanya tidak khas, dan keluarga pasien maupun dokter acap kali tidak mewaspadai kondisi ini. Kondisi multipatologi selain menyulitkan pengenalan gejala dini, juga merupakan faktor risiko penting selain polifarmasi, obat-obat tertentu, rasa kehilangan dan berbagai faktor lain. Penatalaksanaan meliputi psikoterapi suportif pada tahap ringan dan obat antidepresanuntuk depresi sedang sampai berat. Terapi elektrokunvulsi masih ada tempatnya terutama pada depresi berat.keluarga amat penting peranannya jika dilibatkan pada saat tepat. Asuhan rumah juga dapat memberikan alternatif solusi lain yang lebih mendekatkan pasien pada suasana rumah.

5. Ganguan Keseimbangan dan Jatuh
Gangguan keseimbangan dan jatuh merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada orang berusia lanjutakibat berbagai perubah fungsi organ, penyakit, dan faktor lingkungan. Jatuh juga seringkali merupakan pertanda kerapuhan (frailty), dan merupakan faktor prediktor kematian atau penyebab tidak langsung kematian melalui patah tulang. Patah tulang tersebut merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada usia lanjut tersebut. Patah tulang umumnya disebabkanoleh komplikasi dan imobilitas yang ditimbulkan.


6. Imobilitasi pada Usia Lanjut
Imobilitasi didefinisikan sebagai keadaaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih, dengan gerak anatomik tubuh menghilang akibat perubahn fungsi fisiologik. Terdapat beberapa faktor risiko utama imobilisasi seperti kontraktur, demensia berat, osteoporosis, ulkus, gangguan penglihatan, dan fraktur merupakan beberapa faktor resiko utama imobilitas. Imobilitas sering sekali tidak dapat dicegah, namun beberpa komplikasi akibat imobilitas dapat dicegah. Perubahan pada beberapa sistem organ dan fungsi metabolik akan terjadi sebagai akibat imobilitas. Perubahan-perubahan tersebut akan menimbulkan berbagai komplikasi yang akan memperberat kondisi dan memlambat proses penyembuhan serta dapat menyebabkan kematian. Upaya seperti mobilitas dini dapat dilakukan untuk mengurangi insiden dan mengurangi beratnya komplikasi imobilitas, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan dan kualitas hidup pasien.

 Interaksi Gizi
Jenis Gangguan Gizi pada Usia Lanjut
• Malnutrisi Energi protein
Malnutrisi energi protein adalah kondisi dimana energi atau protein yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan metabolik. Malnutrisi energi protein dapat terjadi karena buruknya asupan protein atau kalori, meningkatkan kebutuhan metabolik bila terdapat penyakit atau trauma, atau meningkatkan kehilangan zat gizi lainnya. Dan pada usia lanjut sangat rentan mengalami malutrisi.

• Obesitas
Berat badan lebih per definisi adalah indeks masa tubuh ≥ 25 kg/m2. Pasien disebut menderita obesitas bila indeks masa tubuh ≥ 30 kg/m2. Terdapat kontroversi apakah pedoman ini bisa menjadi acuhan pada usia lanjut juga. Berat badan yang berlebihan merupakan penyebab utama osteoatritis lutut dan panggul pada usia lanjut. Pada wanita pasca monepause, kegemukan berkaitan dengan risio kanker payudarah dan kanker kolon. Kegemukan juga meningkatkan risiko diabetes dan penyakit jantung koroner. Risiko timbulnya hendak juga berkaitan dengan kegemukan, terutama pada wanita.
• Defisiensi Vitamin dan Mineral
Tidak memadainya asupa mikronutrien sering terdapat pada usia lanjut, bahkan pada negara telah sangat maju, yang berkaitan dengan resiko penyakit kronik. Data dari beberapa studi memperlihatkan bahwa kadar vitamin B yang rendah sering pada usia lanjut. Begitu pula dengan vitamin C dan E, penggunaan vitamin C dan E atau vitamin E saja memiliki nilai skor kognitif global yang lebih baik daripada yang tidak meminum atau yang hanya meminum vitamin C saja. Penggunaan vitamin E pada makanan dapat mengurangi risiko penyakit Alzheimer. Serta suplemen vitamin C dan zink pada usia lanjut dengan ulkus dekubitus akan mempercepat proses penyembuhan luka. Kalsium dan vitamin K sangat perlu mendapatkan perhatian lebih pada usia lanjut. Dengan bertambahnya usia, penurunan fungsi ginjal menyebabkan malabsorpsi kalsium dan meningkatkan masa tulang.
Menariknya, kebutuhan terhadap zat besi dan vitamin A pada usi lanjut, lebih rendah daripada dewasa muda. Pada usia lanjut terdapat penuruna kliens vitamin A lewat Hepar dan jaringan perifer lainnya. Cadangan zat besi pada usia lanjut terakumulasi dengan tingginya kadar feritin serum berkaitan dengan makin besarnya risiko penyakit jantung koroner.

 Pengobatan dengan Indikasi Terapi Diet
• Turunnya Berat Badan dengan Berat Badan Kurang
Langkah awal adalah dengan megidentifikasi penyebab kehilangan berat badan yang dapat dikoreksi seperti penggunanan obat (digoksin, fluoksetin), tirotoksikosis, dan depresi. Bila penyebabnya adalah kurangnya asupan kalori,dapat diatasi dengan pemberian diet yang lebih enak dagi pasien, seringkali berupa diet tinggi lemak dan protein. Pada pasien-pasien ini seringkali berupa diet tinggi lemak dan protein. Pada pasien-pasien ini risikohiperkolesterol rendah. Makanan porsi kecil dan sering harus dianjurkan, studi terbaru menunjukan bahwa peningkatan asupan kalori dapat dicapai bila terapi nutrisi bersamaan dengan program olah raga/aktivitas yang agresif dan proaktif.



• Malnutrisi Energi Protein
Pada penderita dengan penyakit akut, perhatian pertama ditinjaukan untuk mengatasi problem akut tersebut seperti mengatasi infeksi, kontrol tekanan darah, dan menjaga kondisi keseimbangan metabolik, elektrolit, dan cairan. Setelah masalh teratasi, pasien diminta untuk secara sadar mengkonsumsi sebanyak mungkin makanan. Tujuannya adalah memberikan asupan kalori kira-kira 35 kkal/kg BB ideal. Karena biasanya hanya sekitar 10% orang tua mengkonsumsi cukup makanan untuk mengatasi defiensiasinya maka perlu dilakuakn upaya itervensi nutrisi yang lebih agresif.
Pemberian diet per NGT harus dihindari pada pasien usia lanjut denga delirium mengingat risiko aspirasi dan tarikan selang oleh pasien. Bila pasien tidak dilerium dapt diberikan diet per flowcare. Selang ini tidak mengiritasi dan tidak terlalu menggangu mobilitas atau kemampuan menelan makanan. Sangat penting untuk meyakini bahwa selang benar-benar telah masuk ke dalam lambung sebelum diet cair diperlukan. Untuk pasien yang memerlukan terapi nutrisi selama 6 minggu atau lebih dianjurkan pemberian melaui gastrotomi atau yeyunostomi. Diet cair harus mengandung tidak lebih dari 1 kkal/ml agar tidak terlalu kental dan dapat masuk ke selang dengan mudah. Diet cairan vla flowcare maupun gastrostomi diberikan dengan kecepatan 25 ml/jam. Kecepatan dapat ditingkatkan secara bertahap sehingga dalam waktu 48 jam kebutuhan kalori dan protein total harian dapat terpenuhi. Diet enteral memiliki efek samping yang harus diwaspadai. Salah satunya yang paling sering adalah retensi cairan berlebih. Bila terapi nutrisi telah diberikan, akan diperoleh peningkatan berat badan dalam waktu 2-3 hariperjam mencerminkan adanya retensi cairan bila penambahan berat badan berkaitan dengan penurunan signifikan kadar hemoglobin dan albumin serum. Bila hal ini terjadi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dapat terjdi edema perifer atau bahkan gagal jantung. Pada kondisi ini diet dimodifikasi dalam bentuk yang lebih padat. Masalah lain yang mungkin timbul dengan diet enteral ini adalah diet berat. Pemberian diet cair secra bolus melalui NGT pada usia lanjut akan menimbulkan resiko diare, muntah serta pneumonia aspirasi.

• Obesitas
Tujuan program penurunan berat badan seharusnya untuk mencapai penurunan berta badan sedang yang menyababkan membaiknya status kesehatan. Upaya-upaya meningkatkan aktivitas fisik dan mengurangi asupan kalori lebih diutamakan daripada penggunaan obat.

• Dukungan Nutrisi pada Pasien dengan Ulkus Dekubitus
Banyak hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa terapi dan pencegahan defisiensi nutrisi dapat menurunkan risiko ulkus dekubitus damn membantu penyembuhan luka. Juga terdapat hasil studi yang dapat menunjuakn bahwa penyembuhan ulkus dekubitus dapat dipercepat dengan pemberian zinc dan vitamin C dosis besar. Selain itu asupan protein juga berpengaruh.

• Dukungan Nutrisi Enteral Jangka Panjang
Pada pasien imobilisasi, kebutuhan energi ditentukan secra eksklusif melalui laju metabolik istirahat. Pertambahan berat badan biasanya dicapai dengan pemberian 25 kkal/kgBB/hari. Jumlah ini harus ditambah bila diberikan sebanyak 20% dari total kalori. Dan kebutuhan cairan rata-rata 35 ml/kgBB/hari.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar